"Sedang Apa Kalian?"
"Wah! Mereka Mesum!"
"Sudah jangan banyak bacot! Kawinin Pak saja! Kalo gak mau Arak Keliling Kampung!"
"Apa?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Kartika duduk berhadapan dengan Karim menikmati sepiring Nasi Goreng plus Mata Sapi yang sejak tadi menarik rasa penasaran, "Beneran Dia Masak?"
"Gimana enak gak Nasi Gorengnya?" Karim penasaran juga penilaian Istrinya, melihat Kartika sangat menikmati Nasi Goreng buatannya.
"Enak. Bangun tidur udah ada Nasi Goreng, Kopi hangat, nikmat mana lagi yang didustakan?"
"Siap Bu Ustadzah. Alhamdulillah kalau suka."
"Seharusnya secara adat ketimuran Gue sih yang harusnya nyiapin ini semua, ini kalo Ibu Kita Kartini tahu, habis Gue. Alamat diceramahin lebih dari kultum bisa-bisa."
Kartika kembali menyuapkan nasi ke mulutnya. Nasi Goreng buatan Karim yang enak, apa dirinya yang laper sih. Bodo amatlah. Yang penting perut kenyang.
"Sayang," Karim menatap Kartika sesaat, melihat Kartika sudah selesai dengan sarapannya, kini Karim meraih sesuatu dari dompetnya, dan menyerahkannya di hadapan Kartika.
"Wedew! Berasa kayak do novel-novel Gue. Pagi-pagi dikasih ginian. Ini seriusan?"
"Itu nafkah dari Aku buat Kamu. Terserah Kamu buat pakai apa aja. Soal keperluan rumah tangga, sudah Aku handle termasuk gaji yang kerja dirumah ini. Itu biar Mas yang urus. Disitu Kamu boleh pakai buat apa aja keperluan Kamu. Kalo kurang minta sama Mas ya. Apalagi kalau untuk urusan dapur, Kamu bilang aja, jangan pakai uang Kamu ya. Sekarang Kamu tanggung jawab Mas, jadi kalau ada apa-apa ngomong sama Mas."
"Berasa banget jadi Istri. Tapi nanti kalau Gue boros ntar Gue dibilang Istri yang bisanya ngabisin duit Suami. Mana sekarang lagi ngetrend banget konten duit sepuluh ribu ditangan Istri yang tepat. Heran, itu konten doang kali ya, ya kali masa masak seharian cuma sepuluh ribu, bukan soal tepat gak tepat, itu sih bisa aja kalo makan nasi cuma pake garem."
Karim tersenyum dengan ocehan Kartika. Sekarang meja makan ada suasana baru, tak hening seperti biasa dan Karim suka.
"Mas percaya kok kalau Kamu Istri yang tepat buat Mas, bukan karena harus belanja sepuluh ribu sehari, ya semua hatus logis dan realistis, dan Mas yakin Istri Mas ini sangat pinter ngatur soal rumah."
"Gak takut duit yang ada disini Gie kuras habis terus Gue kabur?" Kartika mengetes Karim dan justru Karim tersenyum, "Kamu itu gak bakat begitu. Kamu itu kelihatannya aja cuek dan sembrono, tapi aslinya pemikir banget Sayang, bahkan dengan penghasilan Kamu dari menulis saja Kamu bisa atur dan bahkan menginvestasikannya dengan baik. Iya kan?"
"Lo tahu dari mana? Wah, jangan-jangan Lo cari tahu Gue ya? Pelanggaran tuh!"
Kartika menyilangkan kedua tangan di dada, sebel aja sih kalau Karim benar-benar mencari tahu sampai ke dalam-dalam begini.
"Gapapa dong, Mas kan cuma mau tahu lebih dalam aja Istri Mas, tapi setelah tahu Mas malah semakin yakin jadiin Kamu Istri Mas."
"Tahu ah! Kok Lo pagi-pagi udah rapi, mau ke kantor?"
"Iya. Tapi bukan ke kantor Mas, tapi kantor Ayah. Tadi waktu Kamu mandi, Mas dapat telpon dari Ayah. Kayaknya Ayah sudah dapat aduan dari Karina. Ya mungkin Mas akan berdebat lagi sama Ayah."
"Ck! Maaf ya, kayaknya keluarga Lo segitunya banget sama Si Mbak? Ngeri deh, jangan-jangan suatu saat Gue bakal di madu, sebelum itu terjadi, Lo ngomong langsung sama Gue kalo emang ada niat balikan sama Si Lampir! Gue gak niat dimadu, mending Gue yang mundur."
Karim tak banyak bicara, saat ini ia segera mendekat pada Kartika dan dengan sekali tarik, posisi keduanya sangat memudahkan bagi Karim menerima Morning Kissnya, namun Karim menjeda saat sudah tinggal beberapa senti diantara wajah keduanya.
"Percaya sama Mas, Mas gak akan menduakan Kamu dengan siapapun. Tidak dengan Karina ataupun dengan yang lain. Tadi Kamu bilang mau mundur? Boleh, tapi maju mundurnya diatas ranjang aja, gimana?" Karim mengedipkan sebelah matanya dan, CUP!
Kartika buru-buru melepaskan diri, dan Karim memberikan akses agar Kartika bisa lepas dari dirinya.
"Ih! Bener-bener nih orang! Gak bisa lengah dikit main cipok aja! Rugi bandar Gue!"
"Ya udah kalo rugi, balikin aja lagi ciuman Mas, Mas gak nolak kok!"
"Idih! Itu sih maunya situ!"
Karim tertawa, rumah yang biasanya sepi, kini lebih berwarna dan kehadiran Kartika membuat Karim jadi lebih betah dirumah.
"Oh iya, Semalem Mas angkat Kamu tidur di kamar Mas soalnya diatas ranjang kamar Kamu itu banyak banget produk jualan Kamu. Mas jadinya bawa aja Kamu ke kamar Mas. Mas gak ngapa-ngapain Kamu kok. Kecuali Kamu udah setuju diapa-apain sama Mas."
"Enak aja! Jangan ngarep!"
"Ya ngarep sama Istri sendiri gak apa-apakan. Namanya Mas laki-laki normal wajar dong kalo mikir kesana. Tapi Mas juga gak mau maksa Kamu. Mas tunggu sampai siap. Tapi jangan lama-lama, Joni udah kebelet!"
Kartika yang mendengarkan kata-kata Karim dibuat merinding dan kesal, hingga serbet untuk lap tangan sisa mencuci piring segera Ia lemparkan kearah Karim.
Sayangnya Karim tangkas menghindar hingga serbet jatuh tergeletak dilantai.
"Wah! Kayaknya jurus dari Bapak manjur!"
Terjadilah kejar-kejaran antara Karim dan Kartika.
Keduanya ngos-ngosan dan sambil tertawa Kartika menatap wajah Karim yang begitu ceria.
"Astaga! Kenapa laki Gue ganteng banget sih! Kalo begini caranya, apa Ia Gie bisa tahan gak skidipapap sama Doi?"
"Gimana kalau satu kamar yang ada disini Kamu jadikan ruangan Kamu buat kerja Sayang, Maksud Mas jadi Kamu kalau mau nulis sama Live jangan dikamar, nanti Kamu malah gak bisa Istirahat."
"Boleh?"
"Ya boleh dong! Ini kan rumah Kamu juga. Jadi bebas, Kamu mau ganti warna catnya aja boleh."
"Serius? Kalo diganti pink boleh?"
"Selama Kamu suka Mas sih ikut aja."
"Enggak deh! Bercanda. Ya kali masa rumah di cat pink semua. Gak gitu juga Mas. Gue gak alay!"
"Ya kalo Mas sih selama Kamu happy dan suka, Mas ikut aja. Tugas Suami itu buat seneng Istri dan Istri bebas melakukan apa yang dia suka selama masih dalam koridor yang baik. Lagian Mas sekarang cari uang yang buat Istri Mas lah. Selama Kamu happy, ya Mas juga happy. Makanya Kamu sekarang kalau kepingin sesuatu ngomong sama Mas. Selama Mas bisa mewujudkannya Mas akan usahakan. Kan kata Pak Ustadz pintu rezeki Suami, akan terbuka lebar dan rezeki akan mengalir deras kalau Suami sering membahagiakan Istri. Nah sekarang, amas sudah punya Istri dan Mas mau juga bisa membahagiakan Kamu."
"Masha Allah, Manis banget sih Mas Karim Surya Darma. Berasa punya Sugar Daddy Gue! Baiklah Mas Karim yang Ganteng!"
"Seriusan Mss Ganteng?"
"Iyain aja deh! Biar duit belanja lancar dan nambah terus!"
"Siap Istriku tercinta yang cantik dan baik hatinya!"
"Lebay!"