NovelToon NovelToon
Vengeance Of A Killer.

Vengeance Of A Killer.

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Anak Genius / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:842
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Lucas, pembunuh bayaran paling mematikan dari Akademi Bayangan Utara, adalah master pisau dengan elemen air yang tak tertandingi. Obsesinya untuk menjadi yang terbaik dan persaingannya dengan Diana, senior ahli pedang es, membentuk dirinya. Namun, kedamaian hancur saat akademi diserang. Master Loe dan Niama gugur, memicu amarah Lucas yang melepaskan kekuatan airnya menjadi badai penghancur. Di tengah reruntuhan, Lucas bersumpah membalas dendam atas kematian mereka. Dengan sebuah lambang spiral gelap sebagai petunjuk satu-satunya, ia memulai misi pencarian dalang di balik kehancuran ini. Akankah balas dendam mengubahnya atau ia menemukan kebenaran yang lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertarung dengan makhluk Bayangan

Diana mendongak dari bahu Lucas dan menatapnya lurus. Ada kerlipan keyakinan di matanya yang menenangkan, seolah semua kekhawatiran tadi menguap begitu saja. "Ya, kita pasti akan menemukan mereka," ucapnya dengan nada pasti, bukan sekadar janji kosong.

"Tapi bagaimana kalau mereka justru menolak kita, atau bahkan lebih parah, kalau mereka juga punya niat buruk seperti Master Brian?" Pertanyaan itu keluar dengan sangat hati-hati, sebuah refleksi dari pengalaman pahit yang masih membekas. "Maksudku, tidak semua akademi pasti baik, kan? Bisa jadi kita malah berjalan ke dalam sarang musuh baru." Ia menautkan kedua tangannya, rasa cemas kembali datang sejenak.

Lucas menangkap kegelisahan itu, lalu menoleh dan menepuk bahu Diana dengan lembut. "Itulah kenapa kita harus lebih dulu mengamati," ujarnya, suaranya tenang. "Kristal Harmoni ini bisa membantuku merasakan aura mereka, apakah ada niat jahat atau tidak. Jika ada yang terasa tidak benar, kita akan tahu. Kita tidak akan gegabah, aku janji."

Ia menoleh ke arah jalan setapak di depan mereka, jalan yang terasa lebih panjang dan penuh ketidakpastian daripada sebelumnya. "Kita punya bekal pengalaman yang cukup, dan yang terpenting, kita punya satu sama lain." Senyum tipis kembali merekah di wajah Lucas, senyum yang kini terlihat lebih tulus dan hangat. Diana membalas senyum itu, merasa beban di dadanya terangkat.

Mereka berdua melanjutkan perjalanan, setiap langkah terasa lebih ringan karena mereka tidak lagi sendiri, melainkan berdua, menghadapi dunia yang penuh misteri.

Setelah beberapa hari berjalan tanpa henti, akhirnya mereka tiba di sebuah persimpangan. Di sisi kanan, sebuah papan kayu tua yang sudah lapuk menunjuk ke arah "Hutan Kabut Terkutuk," sementara di sisi kiri, jalan berkerikil yang lebih terawat mengarah ke "Lembah Awan Sunyi."

Diana mengamati kedua jalan itu, dahinya berkerut. "Yang mana, ya?" gumamnya, lebih ke dirinya sendiri. "Rasanya tidak ada pilihan yang mudah." Lucas berhenti sejenak, memejamkan mata dan mengenggam erat Kristal Harmoni. Ia merasakan energi dari kedua arah. "Kanan," jawabnya singkat, tanpa keraguan.

Diana menoleh, matanya membelalak. "Hutan Kabut? Serius?" Ia terdengar sedikit tidak yakin. "Bukankah itu tempat yang sangat berbahaya? Aku pernah mendengar cerita bahwa orang-orang yang masuk ke sana tidak pernah kembali."

Lucas membuka mata, menatap Diana dengan pandangan yang tenang. "Justru itu," sahutnya, "energi di sana sangat aneh, seolah-olah ada sesuatu yang mencoba menyembunyikan dirinya. Lembah Awan memang terlihat lebih aman, tapi auranya terasa kosong. Aku merasa Akademi Bayangan Barat akan menyembunyikan diri di tempat yang paling tidak terduga, di balik bahaya."

Ia menoleh ke Diana. "Kita akan hadapi Hutan Kabut bersama. Aku yakin ada sesuatu yang menanti kita di sana, entah itu petunjuk, atau... mungkin tantangan." Diana menatap jalan di depan mereka, sebuah senyum tipis tersungging di bibirnya. "Baiklah. Seperti yang kamu bilang, kita akan menghadapinya bersama."

Hutan Kabut Terkutuk menyambut mereka dengan keheningan yang menyesakkan. Saat mereka melangkah lebih dalam, kabut tebal menyelimuti setiap celah, mengurangi jarak pandang hingga hanya beberapa meter. Pohon-pohon tua dengan ranting-ranting yang meliuk-liuk seperti jemari raksasa tampak menjulang, siluetnya samar dan menyeramkan.

"Aku... merinding," bisik Diana, suaranya tercekat. Ia meraih tangan Lucas, genggamannya erat. "Apa kamu merasakan sesuatu?" Lucas mengangguk pelan, matanya tetap terpejam sambil terus menggenggam Kristal Harmoni. "Ada banyak energi di sini, tapi tidak jelas. Seperti... bisikan-bisikan yang saling bertindihan."

Ia berhenti melangkah. "Ayo kita pelan-pelan," ajaknya, "kita tidak tahu apa yang ada di depan." Tiba-tiba, dari balik kabut, terdengar suara gemerisik daun yang disusul oleh suara desisan panjang. Diana sontak menahan napasnya. "Apa itu?" bisiknya panik.

Lucas membuka matanya, ekspresinya serius. "Sesuatu yang besar," jawabnya. "Dan dia mengarah ke sini."

Kepanikan seketika menyelimuti wajah Diana. "Ya ampun, Lucas, kita harus lari!" Ia menarik tangannya, bersiap berbalik, tetapi Lucas tetap diam, seolah menancap di tempat. "Tunggu," Lucas menahan gerakannya. "Lari tidak akan menyelesaikan masalah. Kecepatannya jauh di atas rata-rata. Lebih baik kita hadapi di sini, di tempat yang kita tahu."

Lucas menekan Kristal Harmoni ke telapak tangannya, dan tiba-tiba, sebuah pedang bayangan muncul di tangan yang satunya. Aura gelapnya berdenyut pelan, tapi kini terasa lebih terkendali, tidak lagi mengancam. Diana, melihat itu, ikut mengeluarkan dua pedang esnya yang berkilau. "Baik," katanya, suaranya kini lebih mantap. "Kalau begitu, apa rencanamu?"

Lucas tersenyum tipis, matanya melirik ke arah kabut yang semakin pekat, tempat suara desisan itu berasal. "Aku akan mencoba mengalihkan perhatiannya, dan kamu... bersiaplah untuk serangan balasan." Ia menoleh, menatap Diana, dan matanya memancarkan tekad yang dingin dan tenang.

Kabut di depan mereka mulai bergolak dengan kuat, dan siluet bayangan besar yang meliuk-liuk tampak semakin jelas.

Dari dalam kabut, makhluk itu akhirnya menampakkan wujudnya. Bukanlah seekor binatang buas, melainkan sesosok entitas bayangan raksasa dengan bentuk menyerupai naga ular yang tak memiliki mata, tubuhnya berliku dan terus bergerak, seolah terbuat dari asap hitam yang dipadatkan. Kepala besarnya dihiasi tanduk tajam yang melengkung, dan ia melayang tanpa suara, namun auranya begitu dingin dan berat, bahkan membuat Kristal Harmoni di tangan Lucas meredup.

"Ini... ini bukan makhluk biasa," bisik Diana, gemetaran. "Ini adalah manifestasi dari kegelapan Hutan Kabut itu sendiri." Makhluk itu mengayunkan ekornya yang panjang dan runcing, menciptakan angin kencang yang menderu, meniup kabut di sekitarnya hingga menyingkap pemandangan yang lebih luas, memperlihatkan betapa dalamnya mereka telah melangkah masuk.

Tanpa basa-basi, makhluk bayangan itu melesat cepat ke arah Lucas. Dengan sigap, Lucas merapalkan mantra, memadatkan air di sekitarnya menjadi klon dirinya sendiri yang begitu mirip hingga sulit dibedakan. Klon itu bergerak maju, seolah-olah siap menghadapi serangan, sementara Lucas yang asli dan Diana mundur sedikit ke samping, mencari celah.

Serangan itu sangat cepat, dan klon air itu hancur berkeping-keping, tetapi bukan tanpa perlawanan. Serangan itu memberi mereka waktu. "Sekarang!" teriak Lucas, dan Diana melompat maju, pedang esnya berkilau, siap melancarkan serangan balasan.

Pedang es Diana menancap di tubuh bayangan itu, tapi alih-alih melukainya, pedangnya justru menembus seolah ia hanya menusuk udara. Makhluk itu tidak merasakan apa-apa, dan hanya terus melaju, tubuhnya kini berputar, siap menyerang Lucas dengan ekornya yang tajam. "Sial!" umpat Diana. "Tidak mempan!"

Lucas yang melihat itu langsung menggerakkan tangannya, menciptakan dua perisai air yang kokoh, satu untuk dirinya dan satu lagi untuk Diana. Perisai itu menahan serangan ekor makhluk bayangan, tapi retakan-retakan mulai muncul di permukaannya. "Ini hanya bisa mengulur waktu!" teriak Lucas. Ia tahu mereka tidak bisa terus bertahan.

Makhluk itu, dengan insting yang tajam, menyadari bahwa Lucas adalah target utamanya. Ia mengabaikan Diana dan fokus pada Lucas, mulai menggerakkan kabut di sekitarnya, menjebak mereka dalam pusaran kegelapan. Udara terasa semakin dingin, dan pandangan mereka semakin terbatas.

Tiba-tiba, Kristal Harmoni di tangan Lucas mulai bergetar hebat. Tidak lagi meredup, melainkan memancarkan cahaya biru terang yang sangat kontras dengan kegelapan di sekitar mereka. Cahaya itu perlahan meluas, menciptakan lingkaran pelindung yang mendorong kembali kabut, bahkan membuat makhluk bayangan itu mundur sedikit.

"Ini... dia bereaksi terhadap kekuatan bayangan," gumam Lucas takjub. Dia menatap Diana, dan sebuah ide brilian terlintas di benaknya.

"Diana, mundurlah!" seru Lucas, suaranya penuh perintah. Ia mengangkat Kristal Harmoni tinggi-tinggi, cahaya biru yang dipancarkannya kini terasa begitu kuat hingga membuat bulu kuduk berdiri. "Aku akan mencoba menyerapnya! Kekuatan Kristal ini bereaksi pada kegelapan."

Diana terkejut, matanya membelalak, "Apa? Kamu gila, itu terlalu berisiko!" Namun, tidak ada waktu untuk berdebat. Makhluk bayangan itu, yang merasa terdesak oleh cahaya, mengaum tanpa suara dan menerjang dengan kekuatan penuh.

Lucas berdiri teguh, membiarkan makhluk itu datang. Ia menutup mata, memfokuskan seluruh energinya ke Kristal Harmoni. Detik berikutnya, cahaya biru itu meledak, bukan dalam ledakan fisik, melainkan hisapan kuat yang menarik makhluk bayangan itu.

Makhluk itu mencoba melawan, tubuhnya meliuk-liuk dengan panik, tetapi hisapan dari kristal itu terlalu kuat. Perlahan-lahan, tubuh naga bayangan itu mulai tersedot, seperti asap yang ditarik masuk ke dalam vacuum cleaner. Makhluk itu menjerit tanpa suara, tubuhnya mengecil dan menghilang, hingga akhirnya yang tersisa hanyalah Kristal Harmoni yang kini berpendar lebih terang dari sebelumnya.

Lucas terhuyung, lututnya lemas, dan ia hampir jatuh. Diana dengan sigap menahannya. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya, cemas. Lucas mengangguk pelan, napasnya tersengal-sengal. "Hampir... terlalu banyak energi yang diserap... tapi kita berhasil." Ia menatap Kristal Harmoni di telapak tangannya, yang kini memancarkan cahaya biru tenang, seolah tidak terjadi apa-apa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!