Di era teknologi yang melesat bak roket, manusia telah menciptakan keajaiban: sistem cerdas yang beroperasi seperti teman setia. Namun, Arcy, seorang otaku siswa SMA kelas akhir, merasa itu belum cukup. Di puncak gedung sekolah, di bawah langit senja yang memesona, ia membayangkan sistem yang jauh lebih hebat—sistem yang tak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kekuatan energi spiritual, sebuah sistem cheat yang mampu merajut takdirnya sendiri. Mimpi itu, terinspirasi oleh komik-komik isekai kesukaannya, membawanya ke petualangan yang tak terduga, sebuah perjalanan untuk mewujudkan sistem impiannya dan merajut takdir dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evolved 2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peringatan Tajam Elis
Kamar Rumah Sakit
Arcy terbaring di ranjang, tubuhnya penuh perban. Monitor detak jantung berbunyi pelan. Arcy perlahan membuka mata, pandangannya kabur, "Di… dimana aku?"
Arcy melihat sekeliling, menyadari dirinya di rumah sakit. Ia menoleh dan melihat ibunya mengupas apel.
Arcy lirih, "Ibu…"
Ibunya terkejut, menoleh, "Arcy!"
Ayah dan adiknya bergegas mendekat.
"Arcy, kamu sudah sadar?" tanya Ayahnya.
Ayahnya kemudian keluar memanggil dokter. Tak lama, dokter datang dan memeriksa Arcy.
Saat memeriksa kondisi Arcy, dokter itu terkejut, "Kondisinya membaik dengan sangat cepat? B-bagaimana mungkin? Ini…"
Ibu Arcy cemas, bertanya pada dokter, "Bagaimana kondisi anak saya, Dok?"
"Sangat eneh... Walaupun luka dalamnya masih cukup parah, tapi luka luarnya sudah membaik, ini bisa dibilang suatu keajaiban. Jujur, saya belum pernah melihat pemulihan secepat ini sebelumnya."
Dokter menghela napas sejenak, melanjutkan, "Namun, meskipun begitu, Arcy tetap membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan diri sepenuhnya. Kami akan terus memantau perkembangannya."
Dokter masih tampak kebingungan. Sejenak, ia melihat Arcy, sebelum beranjak pergi meninggalkan ruangan.
Ibu Arcy duduk disampingnya, terdiam, menatapnya serius, "Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa seperti ini?" Suaranya terdengar menekan.
Arcy menunduk, "Aku… berkelahi."
Ibunya marah, "Berkelahi?! Arcy! Sudah Ibu bilang berapa kali!" nada suaranya sedikit ditinggikan, "...Kamu sudah janji tidak akan berkelahi lagi! Tapi Kenapa? Kenapa kamu lakukan lagi? Kamu tidak dengarkan ibu!"
"Aku cuma membela temanku, Bu. Aku tidak bisa membiarkannya menderita."
Ayahnya bertanya dengan tenang, "Arcy. Apa yang sebenarnya terjadi sampai kamu ditemukan di trotoar dengan tubuh penuh luka?"
Arcy terdiam, bingung menjawab apa, ia lalu mengarang cerita, "Aku… aku lihat temanku diganggu berandalan, yah. Aku mencoba membantunya, tapi aku malah dikeroyok. Aku tidak ingat apa-apa lagi setelah itu."
Ibunya menghela napas, meraih tangannya, "Nak, Ibu mengerti kamu ingin membantu temanmu. Tapi jangan bertindak gegabah. Nyawamu lebih berharga. Lain kali, laporkan saja pada polisi. Jangan mengambil risiko seperti ini lagi."
Arcy menyesal, "Maafkan aku, Bu, Ayah, karena buat kalian khawatir. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi."
Ibu Arcy berkata lembut, sambil membenarkan selimut Arcy. "Sudah. Sekarang kamu istirahat saja. Kamu harus segera sembuh."
Di tempat lain
Ruang tamu mewah di sebuah villa. Joko Samudra, seorang pria berwibawa dengan aura mengintimidasi, duduk di sofa.
Musik klasik instrumental mengalun pelan.
Seorang pria berpakaian rapi mendekat dan membungkuk pada Joko.
"Tuan Joko, ada tamu dari organisasi Merdeka. Mereka ingin bertemu dengan Anda."
Joko Samudra terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis, "Sudah kuduga. Suruh mereka masuk."
Pintu terbuka. Elis, seorang gadis anggun dengan kecantikan yang memukau, memasuki ruangan. Di belakangnya, beberapa pria dan seorang wanita berpakaian jas rapi dengan kacamata hitam mengikuti. Aura formal dan intimidasi terpancar dari mereka.
Joko Samudra berdiri, menyambut Elis dengan ramah, "Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Hunter sekuat Nona Elis dari organisasi Merdeka. Dan sesuai rumor, Anda memang seorang gadis yang sangat cantik."
Elis dengan sikap formal namun tatapan tajam, "Tuan Joko Samudra." Elis sedikit mengangguk.
Beberapa bawahan Joko tampak tegang dengan aura intimidasi yang dipancarkan Elis.
Joko Samudra menawarkan, "Silakan duduk, Nona Elis. Ada keperluan apa Anda datang ke villa saya?"
"Kami ingin menanyakan perihal rumah Anda yang hancur beberapa waktu lalu. Walaupun kami tidak menemukan bukti jejak pertarungan di tempat itu, kami menemukan seorang wanita, yang merupakan manusia biasa di reruntuhan rumah Anda. Kami ingin kejelasan tentang hal tersebut."
Joko Samudra dengan tenang, menjawab, "Wanita itu adalah mitra kerja saya, namanya Fira. Malam itu kami sedang membahas pekerjaan, tapi tiba-tiba ada Hunter yang tak tahu darimana asalnya, datang mengacau di rumah saya. Anak buah saya terpaksa bertarung dengan Hunter itu."
Elis terdiam, bertanya dalam pikirannya, 'Fira… Mungkinkah dia ibu Wulan?' Ia jadi cemas akan Wulan. Elis menduga tindakan awal Arcy adalah untuk menyelamatkan ibu Wulan, tapi dia tidak tahu kalau Joko adalah seorang Awakener sehingga terjadi pertarungan di malam itu.
Elis melirik dua pria berbadan tegap yang berdiri di belakang Joko, "Si Kembar Maut". Mereka saudara kembar yang selalu bersama dan dikenal memiliki kekuatan gabungan destruktif yang menakutkan. Pantas saja Arcy terluka parah melawan mereka, sementara mereka tidak terluka sama sekali.
Elis berdecit dalam hati, "Arcy terlalu gegabah. Untung saja dia masih selamat." Elis kemudian sedikit terkejut, "Itu artinya... Arcy dapat dikatakan Hunter yang kuat?"
Saat Elis terdiam dalam pikirannya, tiba-tiba ponselnya berdering, notifikasi pesan masuk. Itu dari ibu Arcy yang memberitahu kalau Arcy sudah sadar. Elis tampak sumringah memegang ponselnya, sampai kelepasan di depan Joko dan orang di sekitarnya. Segera, ia kembali tenang.
Elis kemudian berkata, "Saya harap Anda tidak melibatkan manusia biasa dalam dunia kita, para Awakener."
Joko tersenyum membalas, "pasti nona, tenang saja. Kami tidak akan melanggar aturan. Dan saya harap Anda bisa menangkap pelaku yang mengacaukan rumah saya."
Elis tampak sedang memainkan ponselnya, seolah tak mendengar Joko. Ia membalas pesan ibu Arcy, "Saya akan segera ke sana setelah urusan saya selesai."
Klik! Pesan terkirim!
Bawahannya memanggilnya dengan suara pelan, "Ketua! ketua!"
Elis tersentak, kembali menatap Joko dengan serius.
"Oh, begitu. Terima kasih atas keterangan yang Anda berikan. Organisasi Merdeka tidak akan berdiam diri saja. Kami akan menangkap dan mengadili para Hunter yang melanggar aturan."
Elis kemudian berdiri dari tempat duduknya. Sebelum pamit, ia sedikit menyinggung tentang bisnis ilegal perjudian Joko.
Elis dengan tatapan dingin dan menusuk, "Saya tahu betul bisnis perjudian ilegal yang Anda jalankan, Tuan Joko. Itu adalah sarang kejahatan di dunia bawah."
Elis melanjutkan dengan aura yang mengintimidasi, "Saya berharap bisnis ilegal perjudian Anda bisa dihentikan. Sebelum terjadi kekacauan yang melibatkan para Hunter dan manusia biasa. Jika itu terjadi, kami, organisasi Merdeka, akan menangkap Anda untuk diadili."
Elis kemudian pamit, "Kalau begitu... Kami pamit. Semoga hari anda menyenangkan." Elis mengangguk hormat dan berbalik meninggalkan villa diikuti oleh timnya, sambil diantar pelayan.
Joko menyipitkan mata menatap tajam Elis yang menjauh, lalu berkata dengan sinis, "berani menyinggungku? coba saja. Kalian pikir aku takut? Dasar sekumpulan nyamuk pengganggu!"