Malam itu menjadi malam terburuk bagi Ranum. Sang kekasih tiba-tiba saja secara sepihak memutus jalinan asmara di saat ia tengah mengandung benih cintanya, diusir oleh sang ayah karena menanggung sebuah aib keluarga, dan juga diberhentikan dari tempatnya bekerja.
Ranum memilih untuk pergi dari kota kelahirannya. Ia bertemu dengan salah seorang pemilik warung remang-remang yang mana menjadi awal ia membenamkan diri masuk ke dalam kubangan nista dengan menjadi seorang pramuria. Sampai pada suatu masa, Ranum berjumpa dengan lelaki sholeh yang siapa sangka lelaki itu jatuh hati kepadanya.
Pantaskah seorang pramuria mendapatkan cinta suci dari seorang lelaki sholeh yang begitu sempurna? Lantas, apakah Ranum akan menerima lelaki sholeh itu di saat ia menyadari bahwa dirinya menyimpan jejak dosa dan nista? Dan bagaimana jadinya jika lelaki di masa lalu Ranum tiba-tiba hadir kembali untuk memperbaiki kesalahan yang pernah ia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Jasmin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Sebuah Cerita
Helena, Ranum, Asri menyusuri tiap-tiap sudut ruangan di mana nantinya tempat ini akan menjadi tempat usaha baru bagi mereka. Bangunan ini lumayan luas dan terdiri dari dua lantai. Rencananya lantai atas untuk tempat tinggal sedangkan lantai bawah untuk membuka warung nasi.
"Bagaimana? Apa ada yang kurang? Jika menurut kalian ada yang kurang katakan saja, nanti biar aku perbaiki."
"Pai, ini sih tinggal nempatin. Kok kamu bisa mendapatkan tempat sebagus dan se-strategis seperti ini?"
Helena tiada henti menatap takjub bangunan yang sudah disiapkan oleh Pai. Pai seakan begitu matang mempersiapkan ini semua. Dapat Ia pastikan jika ia dan juga lainnya akan nyaman dan betah berada di tempat ini.
"Sebenarnya sudah sejak lama aku ingin menawarkan rencanaku ini kepadamu Hel, tapi ternyata baru terlaksana sekarang. Itupun di saat kamu sedang mengalami musibah," jawab Pai dengan sedikit merendah.
"Kamu benar-benar baik Pai. Entah bagaimana cara kami membalas semua kebaikanmu."
Pai hanya terkekeh pelan. "Kalian tidak perlu membalas dengan apapun. Cukup kalian jalankan usaha ini dengan baik sehingga bisa mencukupi kebutuhan kalian sehari-hari."
Ranum yang sedari tadi diam merasa begitu terharu akan kebaikan yang dilakukan oleh Pai. Entah sudah berapa kali Pai menampakkan kebaikannya bahkan di saat ia beserta Helena mendapati satu musibah, Pai selalu menjadi garda terdepan untuk menjadi penolong.
"Cantik, bagaimana kehamilanmu? Apa sudah periksa ke dokter?" tanya Pai kepada Ranum yang sedari tadi hanya terdiam.
Ranum mengulas senyum cantik di bibirnya. Hatinya menghangat mendapat perhatian dari Pai yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri.
"Baik Om, semua baik. Perkembangan dan pertumbuhan janin juga sesuai usia yang masuk dua belas minggu."
"Syukurlah, Cantik. Pokoknya kamu harus jaga baik-baik kandunganmu. Makan yang banyak agar nutrisinya terpenuhi. Kalau butuh apa-apa kamu bisa langsung minta ke aku."
Ranum hanya bisa menganggukkan kepala. "Terima kasih banyak Om. Tidak tahu lagi harus bagaimana aku berterima kasih."
"Cukup kamu besarkan, kamu didik, kamu rawat anakmu dengan baik, Cantik. Itu sudah bisa bikin Om senang. Semoga kelak anakmu bisa mengangkat derajatmu ya."
Hati Ranum tiba-tiba sedikit tertampar ketika mendengar ucapan Pai. Dari ucapan Pai ini dia bisa menangkap makna yang tersirat di mana ia harus mendidik dan membesarkan anaknya sesuai dengan ajaran-ajaran agama.
Apakah ini maksud om Pai membukakan warung makan untuk kami? Menjadi awal bagiku untuk menghidupi anakku dengan cara yang halal dan yang baik? Ya Allah... Ternyata om Pai sebaik itu.
"Ya sudah kalau begitu. Aku balik ke pabrik dulu. Untuk hari ini kalian fokus untuk mempersiapkan kamar masing-masing. Sebentar lagi sepertinya dari toko furniture datang, untuk mengirim kasur, almari dan lain sebagainya," ujar Pai berpamitan.
"Terima kasih Pai,"
Pai berjalan pelan meninggalkan Helena dan juga yang lain. Kembali ke pabrik untuk menjalankan perannya sebagai seorang direktur utama PT. Aneka Sawitama yang merupakan pabrik minyak kelapa sawit warisan lintas generasi.
"Om Pai baik banget ya Mi," ucap Asri seusai Pai meninggalkan tempat ini.
"Hehem, dari zaman aku sekolah dulu, Pai memang terkenal dermawan. Dia berasal dari keluarga berada namun tak sedikitpun menampakkan kekayaannya. Bahkan malah jadi bahan bully-an kala itu," jawab Helena membenarkan ucapan Asri.
"Bahan bully-an? Memang apa yang di bully dari sosok om Pai Mi?" sambung Ranum yang juga ikut penasaran.
Helena terkekeh pelan. Jika mengenang masa-masa sekolah dulu sungguh membuatnya ngakak sendiri.
"Dulu Pai itu sering diejek burungnya tidak bisa berdiri. Aku kira itu hanya gurauan semata tapi ternyata... Hahahaha."
"Ternyata apa Mi?" tanya Asri jauh lebih penasaran dibanding Ranum.
"Hahaha tanya Ranum, As. Dia yang jauh lebih tahu perihal burung Pai."
Asri melirik ke arah Ranum. "Num?"
"Hahaha sudahlah As. Tidak perlu kamu tahu perihal burung om Pai. Karena pada kenyataannya, hahaha."
Gelak tawa yang keluar dari bibir Ranum dan Helena membahana, memenuhi tiap sudut ruangan. Sedangkan Asri hanya bisa mengernyitkan dahi sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, tidak paham dengan apa yang membuat dua orang ini terbahak-bahak.
***
Dua orang itu duduk bersisihan sembari menikmati dua porsi bakso yang cukup terkenal di kota ini. Peluh bercucuran menghiasi dahi masing-masing akibat rasa panas dan pedas yang bertemu menjadi satu.
"Sayang, memang sudah berapa lama kamu mengenal Ranum?"
Di sela-sela santapannya, Jonas ingin mengorek lebih dalam informasi tentang Ranum. Entah mengapa semenjak pertemuannya dengan Ranum, lelaki itu ingin sekali mengetahui bagaimana ceritanya mantan kekasih sang putra itu bisa sampai di kota ini.
Asri menyeruput es lemon tea yang ada di hadapannya sebelum menjawab pertanyaan Jonas sembari mengingat bagaimana awal pertemuannya dengan Ranum.
"Kurang lebih dua bulan ini Om. Saat itu Ranum dibawa oleh mami Helena setelah mengalami kecelakaan."
"Kecelakaan?" tanya Jonas kian penasaran.
"Hehem. Kata mami, Ranum mencoba untuk bunuh diri tapi ternyata garis kematiannya bukan saat itu. Sehingga Ranum bisa selamat."
"Hah, bunuh diri Sayang? Serius?" tanya Jonas yang semakin tertarik dengan obrolannya ini.
Asri menganggukkan kepala. "Bagaimana Ranum tidak frustrasi dan memilih bunuh diri Om? Dia sudah kehilangan semuanya."
"Semuanya? Maksudnya apa Sayang?"
Asri menghela napas dalam kemudian ia hembuskan perlahan. Sejatinya temannya ini memiliki kisah hidup yang sedikit menyedihkan akibat kesalahannya sendiri.
"Bayangkan saja Om, Ranum dipecat dari tempatnya bekerja, setelah itu diusir ayahnya dari rumah karena membawa aib bagi keluarganya."
Mendadak jantung Jonas berdegup kencang. Ada satu kalimat dari Asri yang membuatnya merasa tidak karuan.
"Aib? Aib apa maksudnya Sayang?"
"Ranum hamil Om. Sehingga ayahnya mengusirnya dari rumah. Ayah Ranum salah seorang pemuka agama di lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga ia merasa malu karena anak perempuannya hamil di luar pernikahan yang sah."
"Hamil? Hamil dengan siapa Sayang?" tanya Jonas yang semakin menggebu.
"Aku tidak tahu namanya Om. Karena Ranum tertutup akan hal itu. Dia hanya mengatakan kalau dia hamil dan sekarang usia kehamilannya sudah masuk tiga bulan." Asri menatap wajah Jonas dengan ekspresi penuh selidik. "Kenapa sih Om, kok sepertinya Om tertarik sekali mendengar cerita tentang Ranum?"
Jonas hanya tersenyum simpul. "Tidak apa-apa Sayang. Aku hanya penasaran kenapa kamu bisa akrab sekali dengan Ranum padahal belum lama kan kamu mengenal dia?"
"Iya Om, aku memang belum lama mengenal dia. Tapi aku yakin dia orang baik. Dan karena kebaikannya itu dia menjadi primadona dan mendapatkan keberuntungan saat bekerja ikut mami."
Jonas hanya terdiam, terpaku dan membeku setelah mendengar cerita panjang dari Asri perihal Ranum. Entah apa yang menyerang nalurinya, hingga ia merasa tidak karuan seperti ini.
Apakah mungkin Ranum mengandung anak Varen? Apakah mungkin waktu itu Ranum ingin memberitahu Varen perihal kehamilannya? Jika benar, itu berarti Ranum mengandung cucuku?
.
.
.