NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ke Tubuh Selir Yang Tak Di Anggap

Transmigrasi Ke Tubuh Selir Yang Tak Di Anggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Fantasi Wanita
Popularitas:37k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Sila, seorang gadis karier dari dunia modern yang tajam lidah tapi berhati lembut, terbangun suatu pagi bukan di apartemennya, melainkan di sebuah istana mewah penuh hiasan emas dan para pelayan bersujud di depannya—eh, bukan karena hormat, tapi karena mereka kira dia sudah gila!

Ternyata, Sila telah transmigrasi ke tubuh seorang selir rendahan bernama Mei Lian, yang posisinya di istana begitu... tak dianggap, sampai-sampai namanya pun tidak pernah disebut dalam daftar selir resmi. Parahnya lagi, istana tempat ia tinggal terletak di sudut belakang yang lebih mirip gudang istana daripada paviliun selir.

Namun, Sila bukan wanita yang mudah menyerah. Dengan modal logika zaman modern, kepintarannya, serta lidah tajamnya yang bisa menusuk tanpa harus bicara kasar, ia mulai menata ulang hidup Mei Lian dengan gaya “CEO ala selir buangan”.

Dari membuat masker lumpur untuk para selir berjerawat, membuka jasa konsultasi percintaan rahasia untuk para kasim.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Di pagi yang sejuk, cahaya matahari menerobos masuk dari jendela besar aula belakang istana. Rui Feng dan Lang Yue, si kembar kekaisaran, sudah siap dengan pakaian rapi mereka — jubah anak dari sutra tipis berwarna biru dan merah muda, dengan bordiran awan dan burung hong kecil.

Mei Lin tersenyum melihat anak-anaknya berdiri tegak di depan kaca sambil bercermin. Rui Feng menyisir rambutnya sendiri sedikit berantakan, tapi penuh usaha. Lang Yue sibuk merapikan pita kecil di pinggir kepangnya.

“Yue sayang, kamu mau bantu Kakak Feng hari ini di kelas membaca bersama guru Shu?” tanya Mei Lin lembut sambil membelai rambut putrinya.

Lang Yue mengangguk mantap. “Iya, Ibu! Yue udah hafal puisi pendek yang kemarin!”

Rui Feng menoleh dengan gaya dewasa, “Tapi jangan potong bicara, ya. Kalau guru sedang bicara, harus dengar dulu.”

Mei Lin terkekeh kecil. “Anak Ibu sudah seperti pangeran dan putri kecil sungguhan.”

“Karena kami memang pangeran dan putri,” ujar Rui Feng polos, lalu tersenyum bangga sambil mengangkat dagu sedikit mirip sekali dengan gaya ayahnya.

----

Di ruang belajar khusus anak bangsawan, Guru Shu membaca lembaran gulungan dan menjelaskan arti kalimat klasik. Rui Feng duduk tenang, memperhatikan dengan seksama. Lang Yue, di sisi lain, menggambar di pojok gulungan dengan gambar kura-kura dan awan.

“Putri Lang Yue,” tegur Guru Shu lembut. “Itu bukan bagian dari naskah.”

Lang Yue mengangkat kertasnya sambil tertawa, “Tapi kura-kuranya belajar membaca juga, Guru. Lihat, dia duduk manis seperti kami!”

Guru Shu terdiam sesaat, lalu ikut tersenyum. “Baiklah... asalkan kura-kuranya tidak mengganggu kakaknya.”

“Dia duduk di barisan belakang, Guru. Tidak akan mengganggu,” jawab Yue sambil mengedipkan mata polos.

Rui Feng mengangkat tangan, “Guru, bolehkah saya bacakan puisi untuk adik saya dan kura-kuranya?”

“Silakan, Pangeran Muda.”

Rui Feng berdiri dan membaca puisi pendek tentang kejujuran dan keberanian. Suaranya jelas, intonasinya tepat, dan di akhir kalimat, Lang Yue bertepuk tangan paling keras.

“Ibu bilang, kakak itu seperti Ayah. Kuat, bijak, dan... rambutnya agak susah diatur.”

Guru Shu nyaris tersedak air tehnya mendengar pernyataan itu.

---

Sore hari, mereka bermain di taman istana. Para pelayan dan kasim menjaga dari jauh. Rui Feng membawa kotak kayu berisi teka-teki huruf dari kayu, dan Lang Yue membawa boneka kayu yang diberi nama “Jenderal Si Gendut”.

“Feng ge, kamu jadi hakim. Jenderal Gendut mencuri permen. Bagaimana hukumannya?” tanya Lang Yue sambil menyodorkan bonekanya.

“Kalau dia menyesal dan minta maaf, dia boleh kerja di dapur istana,” jawab Rui Feng bijak.

“Kerja di dapur?” Lang Yue mengerutkan dahi.

“Supaya tahu susahnya bikin permen. Jadi gak curi-curi lagi.”

Mei Lin yang menguping dari kejauhan menahan tawa di balik kipasnya.

Lang Yue lalu mencium pipi bonekanya. “Jenderal Gendut sudah bertobat!”

---

Di usia tiga tahun, si kembar telah tumbuh sebagai simbol harapan istana. Cerdas, tidak manja, lucu dengan cara yang elegan, dan tak pernah berkata kasar.

Kaisar Liang Xu kadang mengawasi dari balik jendela istana utama, dan dalam diam, tersenyum melihat kedua buah hatinya mengubah istana yang dulu kaku menjadi rumah yang hidup dengan tawa anak-anak.

Dan Mei Lin, sang permaisuri yang sederhana namun kuat, tahu... dua cahaya kecil itu akan tumbuh menjadi pemimpin hebat tanpa harus kehilangan hati mereka.

...----------------...

Musim semi tiba di Kekaisaran Liang dengan langit biru cerah dan angin sejuk yang membawa aroma bunga plum. Di taman istana bagian barat, anggrek liar bermekaran tanpa diminta. Langit tak mengisyaratkan badai, namun hari itu... sesuatu berbeda.

Empat selir tertua—Selir An, Selir Yi, Selir Shu, dan Selir Wan—berdiri rapi di hadapan Permaisuri Mei Lin, di aula kecil belakang istana. Tidak ada hiasan megah, tidak ada iringan musik kerajaan. Hanya empat hati yang telah lama memendam diam.

Mei Lin memandang mereka dengan senyum ramah, “Kalian ingin menemuiku tanpa perantara? Ada yang bisa kubantu?”

Selir An, yang paling tua, menunduk dengan anggun. “Permaisuri... kami datang hari ini tidak untuk meminta apa pun. Kami datang... untuk meminta izin.”

Mei Lin mengerutkan alis. “Izin?”

Selir Yi melanjutkan dengan suara lembut, “Kami ingin mundur dari status selir. Kami ingin hidup sebagai rakyat biasa... mengajar, berkebun, atau membuka rumah teh kecil. Kami tidak lagi ingin bersaing atau tinggal di istana ini.”

Mei Lin terdiam. Kata-kata itu tak ia duga.

Selir Shu tersenyum kecil. “Dulu kami datang ke sini karena ambisi... karena mimpi akan cinta Kaisar. Tapi sekarang kami sadar—cinta bukan sesuatu yang bisa diminta, apalagi diperebutkan.”

Selir Wan mengangguk, matanya berembun. “Dan saat melihat kebahagiaan Ibu Suri, kebahagiaan Kaisar, dan... kebahagiaanmu bersama dua anakmu—kami sadar. Tak seharusnya kami menjadi bayangan pahit di antara senyum mereka.”

Mei Lin menunduk pelan, suaranya gemetar, “Kalian... yakin?”

Selir An mendekat, menyentuh tangan Mei Lin, “Kami menyayangimu, Mei Lin. Bahkan Rui Feng dan Lang Yue, selalu menyapa kami dengan sopan, berbagi kue dan cerita. Kami bukan musuhmu. Sekarang kami ingin menjadi... temanmu. Tapi di luar tembok ini.”

---

Keesokan harinya, di bawah pohon magnolia di gerbang samping istana, para selir yang memilih mundur dilepas secara pribadi oleh Mei Lin, Si Tang, dan bahkan Ibu Suri yang kini jauh lebih sehat dan tenang.

Mei Lin menyiapkan bingkisan kecil: benih bunga, selendang tipis buatan tangan, dan surat tulisan tangannya untuk masing-masing. “Ini bukan hadiah... ini tanda bahwa kalian pernah menjadi bagian dari sejarah kerajaan ini.”

Lang Yue, dengan rambut dikepang dua, memeluk Selir Yi. “Kalau nanti ibu buka rumah teh, kasih tahu ya! Aku suka teh manis!”

Rui Feng memberikan selembar lukisan buatannya kepada Selir Shu, bergambar taman istana dan burung-burung. “Supaya kalau kangen kami, ibu bisa lihat ini.”

Keheningan berubah menjadi haru, bukan tangis sedih, tapi pelepasan yang damai.

---

Di malam harinya, Mei Lin duduk bersama Kaisar Liang Xu, menatap bintang sambil minum teh.

“Apakah kamu sedih?” tanya Kaisar.

Mei Lin menggeleng pelan. “Tidak... hanya merasa aneh. Tapi indah.”

Kaisar mengangguk. “Cinta yang dipaksakan memang menyakitkan. Tapi cinta yang dibebaskan... bisa menyembuhkan semua.”

Ia menggenggam tangan Mei Lin. “Dan aku tak akan pernah melepaskanmu.”

---

Malam itu, untuk pertama kalinya dalam sejarah istana, tak ada lagi persaingan antara para wanita di dalam tembok kekaisaran. Hanya tawa Rui Feng dan Lang Yue yang terdengar dari taman tengah, sambil bermain bayangan bulan bersama Si Tang.

Dan nama Mei Lin... menjadi bukan hanya nama seorang permaisuri, tapi nama perdamaian, kedamaian, dan kedewasaan.

1
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
kan bener si twins ketularan tingkah ibu nya yang super kocak 😅
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
minta apel yang berbentuk nangka tapi rasa strawberry aja mei 🤣
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
jangankan orangnya, si jabang baby yang launching aja udah berkelakuan random /Facepalm/
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
tidak hanya otot tapi otak juga penting untuk peperangan
bukan hanya pedang tapi kata² yang tepat juga bisa memutus permusuhan
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
apapun niat perang nya, mie dan bubur yang jadi sasaran utama nya 😅
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
unik emang, ada ya pilihan yang kek gini /Facepalm/
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
temukan dalang utama dalam pengkhianatan ini mei
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
penyeludupan yang membawa berkah ya mei
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
wayang semakin mendunia /Facepalm/
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
perempuan semakin di depan
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
saatnya mei lin bertindak mewakili penyamaran mie gulung
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
dewa yama kali ya 😄
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
gak berhenti ngakak aku kalau udah bagian si selir absurd yang 1 ini 🤣
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
gak majikan, gak dayang, gak pengawal nya, sama sama jadi ikutan somplak /Facepalm/
tapi itu pula yang paling aku suka 😅
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
yang begini pantas diperjuangkan dan dipertahankan kaisar, mei lin yang jadi number one dari semuanya
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
kalau ada yang melemparkan pisau, balas dengan melemparkan kapak mei
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
pasti ini ulah mei lin, good job mei mei
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
kaisar kebanyakan selir sih, jadi bingung milih yang mana 😅
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
ayo kaisar masukkan mei lin ke museum, kan langka tuh 🤣
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
sederhana tapi mendunia, lanjutkan mei lin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!