The Cold CEO Is My Husband

Tiga hari sudah berlalu. Junho dengan sengaja menjauh dari Violette. pria itu tak pernah berbicara atau bahkan menyentuh Violette. Pandangannya selalu menunduk. Tak ada ucapan diantara mereka meskipun biasanya mereka selalu mengobrol setiap malam.

Violette bingung dengan suaminya. Dia gak tahu apa alasan pria itu menjauh darinya. Violette sudah beberapa kali mencoba untuk mengobrol dengan Junho, namun Junho hanya merespon dengan kasar dan bahkan bentakan.

Hubungan keduanya meregangkan. Lulu menyadari hal itu, Dia merasa prihatin dengan pernikahan adiknya. Berkali-kali dia meminta violette untuk mengadu semua ini pada Haiden, tapi Violette selalu menolak karena dia gak mau merepotkan atau membuat kedua orang tuannya khawatir.

Violette yang dulunya ceria kini murung. Junho juga menyadari itu, dia ingin sekali mendekati istrinya, memberikan kenyamanan dan memberikan cinta yang berhak dia dapatkan. Tetapi hati Junho dipenuhi keraguan. Dia ragu dengan perasannya sendiri. Dia gak mau memberikan perhatian sesaat untuk istrinya. Dia memilih untuk menyingkir sejenak. meskipun jauh di lubuk hatinya sebenarnya dirinya peduli dengan pernikahan ini, dia ingin memperbaiki semuanya, dia ingin hidup bersama Violette, menghabiskan seluruh waktunya.

Semua pikiran dan tekadnya itu dilemahkan oleh Lily yang selalu hadir dalam hidupnya. Menemaninya, menjadi teman cerita yang selalu mendukungnya. Entah kenapa dirinya merasa utuh bersama Lily. Semua itu membuatnya bingung.

Dia menerima pesan dari Lily kalau dirinya ingin bertemu dengan Junho di sebuah restoran dekat perusahaannya. Junho setuju, dia bergegas menuju restoran yang biasa dia dan Lily kunjungi.

Saat masuk kedalam, matanya menyapu sekeliling. Junho melihat Lily duduk di sebuah meja paling pojok. Dia mendekatinya. senyumnya merekah di bibirnya, "Sayang!."

Lily mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap Junho yang sudah datang, "Hay babe...kamu akhirnya datang, ya," kata Lily dengan sikap centilnya.

Junho hanya terkekeh, sikap centil tak pernah membuatnya malu ataupun tak suka. Dia malah selalu senang dan merasa terhibur dengan sikap-sikap Lily yang menurutnya imut.

Mereka kini berbincang banyak hal dan dilanjutkan dengan makan bersama. Lily bahkan menyuruh Junho untuk berfoto berdua, dia bilang sih sebagai kenangan suatu hari nanti. Junho menurut, di berfoto bersama Lily, menjawab semua pertanyaan yang diajukan wanita itu walaupun sedikit pribadi.

Mereka berbicara hingga sore tiba. Junho gak tahan dengan godaan yang di berikan Lily. Junho langsung membawa Lily kesebuah penginapan terdekat. Mereka bermain api di belakang Violette, saling memuaskan. Junho tak merasa bersalah sudah berbuat hal-hal kotor bersama Lily.

Junho kembali kerumah larut malam. Tatapannya lelah dan tubuhnya terasa pegal. Dia pergi ke kamar, dia mengangkat alisnya saat melihat Violette belum tidur.

"Kenapa belum tidur?," tanya Junho, dia membuka jas nya. Memperlihatkan tubuhnya yang berkeringat dan ada beberapa bekas lipstik.

Violette dapat melihat bekas lipstik di leher dan kemeja Junho, dia berdiri dan mendekati suaminya, "Kamu selingkuh lagi?! Sudah berapa kali aku bilang berhenti bersama wanita itu!!" Violette membentak Junho. Dia gak mau dia sekarang. Dia sudah cukup di permainkan.

"Kamu tuh aku diemin bukan karna aku menerima semua ini! Bukan berarti aku tak apa jika kau bersama Lily. Aku diam karena aku masih sabar. Aku masih menunggu mu untuk bisa menerima pernikahan kita. tapi apa?! Kau masih seperti ini!" suara violette menggelegar di kamar mereka. Tak ada rasa takut dalam tatapannya. seolah wanita itu sudah muak dengan kelakuan suaminya.

Junho sangat lelah, yang dia mau sekarang adalah tidur dengan nyenyak, namun istrinya mengajaknya berdebat. Dia berbalik, menatap tubuh pendek Violette, "Kamu bisa gak sih sekali aja. aku minta tolong sama kamu jangan ganggu aku! Aku pusing, Vi!! Aku pusing! capek aku denger kamu ngomel tiap hari! Itu cuman masalah sepele!!," suara Junho terdengar lelah dan dipenuhi rasa frustasi. Jari-jarinya menyisir rambutnya dengan kasar.

Violette memperhatikan ekspresi dan sikap Junho, dia mengepalkan tangannya, "Masalah sepele kamu bilang?! Itu gak sepele. kamu selingkuh. Gak ada perselingkuhan yang bisa di normalisasikan!!."

Junho berdecak kesal, dia berjalan ke kasur. Duduk di pinggir, kedua tangannya terkepal erat, "Terus kamu apa?! Kamu capek sama aku? kamu udah muak sama pernikahan ini? Udahlah! kita cerai aja!."

Violetta terdiam mendengar perkataan Junho. hatinya terasa sakit. tubuhnya melemah karena syok. Air matanya mulai berkumpul di sudut matanya. Junho mendengus kesal, "Kamu gimana sih? Tadi marah-marah...kau bilang kau muak sama aku, kau bilang kau lelah sama aku, kan?! yaudah ayo kita cerai saja! Aku akan hidup bersama Lily. Menikahinya dan kau tak akan pernah muncul di hidupku."

Kata-kata Junho membuat hatinya serasa dipukul oleh batu yang keras. Dia merasa hancur. Violette mencoba mendekati Junho, namun tangannya di tepis. Junho langsung tidur tanpa memperdulikan istrinya. Violette hanya bisa menangis. Entah kenapa sebagian dirinya merasa menyesal harus berdebat lagi dengan suaminya. Apa yang harus dikatakan Violette pada ayahnya jika dia dan Junho kemungkinan akan berpisah.

Di ruang bawah tanah yang lembab dan gelap, Cleo diikat dengan tangannya dibelakang kursi, kakinya diikat di setiap sisi kaki kursi. Mulutnya ditutup oleh lakban. Tatapannya sayu, celananya basah dan tubuhnya kurus pucat. selama tiga hari, cleo gak makan, minum, ataupun bergerak bebas. Dia bahkan terpaksa buang air kecil dicelananya karena penjaga tak diperbolehkan memberikan ruang untuknya bergerak.

Ruangan itu bau keringat dan Pesing. Lenguhan Minta tolong dan putus asa Cleo memenuhi ruangan. Dia dipenuhi ketakutan. perutnya terus berbunyi dan terasa sangat perih.

Suara langkah kaki bergema di lorong ruang bawah tanah yang becek dan gelap. Haiden datang bersama dengan Xiao dan any dibelakang. Dia tersenyum jahat, melihat bagaimana tersiksanya Cleo. Keadaannya begitu memprihatikan.

"HAHAHAH...Bagaimana, nak? Apakah kau cukup tersiksa? kau pasti kelaparan," Langkah Haiden begitu pelan, tatapannya yang tajam membuat Cleo bergidik ngeri.

Haiden mengangkat tangannya, Xiao paham kode itu, dia berjalan ke sudut dan memencet sebuah tombol berwarna hijau. Setelah tombol di tekan, sebuah alat-alat penyiksaan terlihat di balik dinding rahasia.

Cleo memberontak saat melihat semua alat penyiksaan itu. Dia mencoba melepaskan diri dengan menarik-narik tangannya yang terikat, "hmmp?!! Hmmp!!!"

Haiden berdecak Kesal, "Diam, bajingan!!" Tinjunya melayang dan mendarat tepat di rahang Cleo. Bunyi pukulan terdengar begitu renyah. Cleo menjerit tertahan. air matanya mengalir karena menahan rasa sakit.

Haiden menyerigai, "Sakit, hmm? Itu belum seberapa. Kau akan melihat seberapa mengerikan hukuman bagi seorang mata-mata," Haiden mencekik kuat leher Cleo.

Cleo meronta, kakinya menendang dan mencoba untuk melepaskan ikatan yang mengikat kakinya. Cengkraman haiden begitu kuat, dia kesulitan untuk bernafas dengan baik. Kepalanya mengadah dengan mulut terbuka untuk mendapatkan oksigen.

Haiden semakin mencekik, "KAU HARUS MENJAWAB SEMUA PERTANYAAN YANG AKU AJUKAN! JAWAB JUJUR!"

______________________

To Be Continued

_______________________

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak dengan like dan komen ya!!!

Follow juga!!!

WARNING!!

BAB SELANJUTNYA AKAN MENAMPILKAN ADEGAN PENUH DARAH DAN PENYIKSAAN. PERSIAPKAN DIRI KALIAN UNTUK MEMBACA. HAHAHAHAHA:)