NovelToon NovelToon
Saat Nafkah Tak Lagi Cukup

Saat Nafkah Tak Lagi Cukup

Status: sedang berlangsung
Genre:Suami Tak Berguna / Selingkuh / Ibu Pengganti / Cinta Terlarang / Duda / Berondong
Popularitas:34.3k
Nilai: 5
Nama Author: Susanti 31

Naren kehilangan pekerjaannya dan terpaksa kerja serabutan demi menghidupi istri serta tiga anaknya.

Namun pengorbanannya tidak cukup untuk menahan hati Nadira, sang istri, yang lelah hidup dalam kekurangan dan akhirnya mencari kenyamanan di pelukan pria lain.

Di tengah getirnya hidup, Naren berjuang menahan amarah dan mempertahankan keluarganya yang perlahan hancur.

Mampukah Naren tetap mempertahankan keluarga kecilnya di tengah peliknya kehidupan? Menurunkan Ego dan memaafkan istrinya demi sang buah hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebelum Akad

Beberapa bulan sebelum Akad ....

Kabar buruk yang menyambangi Arina malam itu membuat dunianya hancur tanpa bisa diperbaiki lagi. Orang tua yang begitu ia sayangi tiba-tiba meninggal dunia karena kecelakaan saat perjalanan dinas. Padahal hari itu, dia masih sarapan di meja yang sama dengan orang tuanya.

Bahkan untuk terakhir kalinya sebelum orang tuanya dikebumikan Arina tidak sempat melihat mereka. Yang membuat dirinya semakin hancur.

Keluarga besar mulai berdatangan pagi harinya untuk mengantar orang tuanya ke pemakaman sementara ia tinggal di rumah tanpa tahu harus melakukan apapun. Ia menolak percaya bahwa hal buruk terjadi padanya tanpa persiapan apapun.

Dan hari itu tangisnya kembali pecah melihat kedatangan sahabat-sahabatnya. Memeluk erat, memberikan kekuatan padanya. Namun, itu hanya bertahan sebentar. Setelah Leona dan Arina meninggalkan dirinya, ia kembali merasa sepi.

Rumah orang tuanya ramai oleh keluarga besar dari ayahnya tetapi ia merasa sendirian. Terlebih ketika makan malam tiba dan satu orang yang tidak ia tunggu kehadirannya secepat itu, datang bertandang dan disambut baik oleh pamannya.

"Bahkan kalian masih bisa tersenyum dan makan malam di rumah orang tuaku?" Mata Arina memerah, marah mendapati keluarga ayahnya datang sepertinya bukan untuk berduka, melainkan merayakan luka yang tertoreh di hatinya.

"Arina kamu bicara apa Nak. Berkabung nggak harus berlarut-larut. Om mengadakan makan malam ini untuk menghiburmu," ujar om Arina.

"Iya sayang, benar kata om kamu. Ayo duduk, bergabung dengan kami." Menyentuh lengan Arina.

Wanita itu menghempaskan kasar tangan tantenya.

"Dan anda, kenapa datang ke rumah? Bahkan saya belum mengundang anda untuk datang," tanyanya pada pengacara keluarga.

"Saya diundang oleh pak Bram," ujar sang pengacara.

"Oh baiklah, selesaikan makan malam kalian dan kita bicara setelahnya."

Arina kembali ke kamarnya, duduk di balkon dengan pikiran kosong. Sekarang tidak akan ada yang membela atau melindunginya jika terjadi sesuatu.

"Mbak Arina, pak Bram memanggil untuk berkumpul di ruang keluarga."

"Iya." Arina pun menuju ruang keluarga dan mendapati om Bram berserta istri dan anaknya. Ada pula adik perempuan ayahnya beserta suaminya.

"Karena keluarga sudah berkumpul, kita bacakan saja wasiat yang ditinggalkan oleh pak Pram," ujar sang pengacara sembari membuka map yang sejak tadi ia bawa dan jaga agar tidak jatuh ke sembarang orang.

"Seluruh warisan di serahkan kepada putri satu-satunya yaitu Arina Safira Kusuma. Dari perusahaan, saham, aset berjalan atau pun tidak berjalan, dan rumah ini," ujar sang pengacara.

Arina tersenyum, setidaknya ia sebagai ahli waris bisa mempertahankan kekayaan orang tuanya dari keserakahan para saudara.

"Itu nggak mungkin. Kak Pram pasti menyisihkan separuh untuk saya. Selama ini saya membantunya, dan sekarang akan menjaga Arina," protes Bram.

"Perusahaan tersebut milik keluarga kusuma, kenapa nggak membaginya secara merata?" protes adik bungsu Pram.

Perselisihan terus terjadi, mereka meminta mengubah wasiat dengan alasan Arina belum mampu menjalankan semuanya.

"Saya belum selesai," ujar pak pengacara ketika Arina mulai dipojokkan.

"Bu Arina bisa mengklaim harta warisa dengan syarat harus memiliki suami. Selama belum berkeluarga, seluruh harta akan dikelolah oleh anggota tertua keluarga Kusuma."

Arina memejamkan matanya, ini bahkan lebih menyeramkan dari yang ia bayangkan. Om Bram? Manusia serakah yang akan menghancurkan perusahaan Kusuma dalam beberapa tahun mendatang.

"Sudah aku duga, kak Pram nggak mungkin melupakanku." Bram berdiri dan menghampiri Arina. "Tenang saja Nak, om akan menggantikan ayah dan ibumu."

"Iya Sayang, benar kata om kamu. Kita adalah keluarga," celetuk istri Bram.

"Apakah jika status saya berganti semuanya sudah menjadi milik saya?" tanya Arina pada pengacara.

"Benar Bu Arina. Setelah nama ibu terdaftar di pengadilan agama dan hukum, maka otomatis warisan akan berpindah nama. Ini sudah diatur oleh pak Pram satu tahun yang lalu."

"Ada lagi?" tanya Arina dan dijawab gelengan oleh sang pengacara.

Arina pun meninggalkan ruangan tersebut tanpa menyadari kepalan tangan Bram yang sangat erat. Seolah segala kemaran berpusat dari sana.

Di dalam kamar, Arina duduk di depan cermin. Memandangi wajahnya di sana.

"Menikah?" gumamnya.

Sebenarnya menikah baginya tidak sulit, terlebih sang kekasih memang sudah siap menikah. Hanya saja ia masih ragu pada pacarnya yang sekarang, belum sah saja sering kali bermain tangan, bagaimana jika sudah menjadi istri?

Banyak hal yang harus Arina pertimbangkan di tengah duka yang ia rasakan.

...

Deringan telepon membangunkan Arina yang terlelap entah sejak kapan. Wanita itu meraba tempat tidur untuk mencari ponselnya. Menempelkan di telinga usai menjawab.

"Hm."

"Jangan bilang telponku membangunkanmu."

"Memang benar, kenapa Leona?"

"Ayo sarapan bersama di apartemen, aku juga mengundang yang lain."

"Boleh."

Arina menyetujui ajakan Leona untuk sarapan bersama. Dia datang sendiri dan bertemu Shanaya juga William di dalam lift. Saat memasuki apartemen Leona ia mendapati Naren duduk di seberang meja.

Sarapan itu berlansung hangat, candaan yang dia lontarkan berhasil menambah suasana. Padahal ia hanya berusaha menutupi lukanya sendiri dan menghargai pemilik rumah yang sepertinya mau menghiburnya.

Sesekali ekor matanya tertuju pada Naren yang tampak canggung berada di antara mereka. Entah kenapa hati dan pikirannya menjadikan Naren pilihan untuk saat ini.

Mengingat jalan hidup Naren tidak penuh teka-teki dan pria itu tampak baik dan bisa diandalkan. Satu hal yang pasti, dia bukan manusia serakah akan kekuasaan.

"Arina kenapa kamu diam saja?" tanya Shanaya menepuk pundak.

"Kehabisan topik." Arina cengegesan sampai gigi rapi nan putihnya terlihat.

"Btw mas Naren sudah resmi cerai nggak sih?" tanya Arina pada Naren, membuat pria itu tersedak.

"Benar-benar ya mulut kamu Rin, nggak pernah difilter." Leona tertawa, langsung mendorong tissue pada Naren.

"Sisa menunggu akta cerai saja, iya kan Ren?" jawab William sembari menyenggol lengan Naren.

"Oalah." Arina mengangguk-anggukkan kepalanya.

Setelah meninggalkan rumah Leona, Arina mampir ke perusahaan ayahnya hingga sore dan singgah ke suatu tempat saat akan pulang ke rumahnya.

Langkahnya berhenti, ia urung masuk melihat kekacauan di balik pagar. Bagaimana Naren memeluk ibunya dan menenangkan semuanya tidak luput dari perhatian Arina.

Dari sana Arina mendapatkan sebuah peringatan. Di luar sana masih ada yang lebih hancur darinya.

Wanita itu menunggu di dalam mobilnya cukup lama dan sesekali melirik rumah orang tua Naren apakah pemiliknya sudah tidak sibuk lagi.

Merasa mendapatkan kesempatan, ia pun memasuki rumah yang kembali rapi.

"Narennya ada Bu?" tanya Arina pada wanita paruh baya.

"Ada Mbak, tunggu saya panggilkan nak Narennya."

Tidak lama Naren datang, pria itu tampak terkejut. Mungkin tidak menyangka dia akan datang malam-malam seperti ini padahal angin sedang kencang-kencangnya seolah akan turun hujan deras.

"Masuk dulu Rin," perintah Naren.

.

.

.

.

.

.

Flashbacknya sampai di sini dulu ya

1
Arsyad Algifari.
siapa yang ga jatuh cinta coba di ratukan suami adalah kebahagiaan semua wanita 😍😍😍
nyesel senyesel nyeselnya ga tuh Nadira membuang naren .jarang" ada suami seperti naren di dunia nyata
𝕊𝕚𝕥𝕚 𝕄𝕒𝕣𝕚𝕪𝕒𝕥𝕦𝕟
kurang panjang thor
Sunaryati
Syukurlah akhirnya Mas Naren dapat buka segel istri dadakan, ternyata telah tumbuh cinta, apalagi dengan lapang dada menerima 3 anak Naren, luar biasa
dyah EkaPratiwi
Alhamdulillah udah dpt vitamin ya mas naren
Nena Anwar
atuh gimana Arina gk cepet jatuh cinta kalo perlakuan Naren kaya begitu mah semua ciwi ciwi juga pasti akan langsung jatuh cinta sejatuh jatuhnya,,,semoga retensi novelnya naik dan bagus ya Thor semangat 💪
Bucinnya Nunu ☆•,•☆: Aamiin, semoga saja
total 1 replies
sryharty
Alhamdulillah akhirnya pecah telor ya mas Naren
arina sekarang udah jadi istri yang sesungguhnya
semoga kalian bahagia..
terimakasih ka susanti babnya panjangaaaaang banget
aku suka aku sukaaaaaa😍
Sunaryati
Jawabnya bersama- sama nanti. Persahabatan yang bagus dan kompak, lebih mementingkan persahabatan dari pada ego pribadi.
sryharty
ka 2 bab lah sehari
kenapa sekarang pelit banget seh up nya,,
ayolah mas Naren bilang kalo tante Arina sekarang istri Ayah
jadi kalian juga boleh memanggil Tante Arin mama atau ibu atau bunda wes karepe kalian senyaman nya kalian aja lah
sryharty: semangattt ka Santi 🙏🙏💪
total 2 replies
Nena Anwar
ayo jelaskan Naren biar Naresa gk penasaran dan bingung
Arsyad Algifari.
kalau arina ga pernah melihat jasad orang tua nya ada kemungkinan mereka masih hidup dan di sembunyikan oleh Bram
Nena Anwar
semoga Naren dan Arina hidup bahagia
Sunaryati
Serasa emak baru baca kok habis
sryharty
sungguh teganya teganya teganya
masa cuma satu bab doang,,satu lagi lah ka Santi
Bucinnya Nunu ☆•,•☆: besok ya heheheh
total 1 replies
Ayu
hari Senin waktunya kasih vote 😍
Bucinnya Nunu ☆•,•☆: terimakasih🥰
total 1 replies
tris tanto
ini bukan berhenti tp dipecat beda dong
tris tanto: lebih diberhentikan paksa scr tdk terhomat pdh gk ngelakuin apa2,ya kali dia gk dpt apa2
total 1 replies
sryharty
duuh baru bisa baca pagi
ayo mas Naren bantu istri cantikmu buat pecahin telor om bram
eeh masalah om bram maksudnya 🤭🤭
Nena Anwar
pas banget yg dikeluhkan Arina soal keuangan perusahaan dan Naren orang yg pernah menjadi manager keuangan, kamu gk salah orang Arina jika meminta bantuan sama Naren dan tentang kecelakaan orang tua kamu Narin bisa jadi itu ulahnya si Bram
Nena Anwar
Naren puber lagi 🤣,,,Nadira dan Shanaya hebat gk ada yg egois tetep mempertahankan persahabatan mereka
Sunaryati
Emak juga menduga sejak awal kemungkinan meninggalnya orang tuamu ada kaitannya dengan Bram, semoga di tangan your husband, kecurangan Bram ditemukan besets buktinya
sryharty
rin tak kira kamu ga mau terima mas Naren
kan mau aku gondol mas Naren nya kalo kamu ga mau😄
persahabatan kalian memang the best
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!