Nalea, putri bungsu keluarga Hersa, ternyata tertukar. Ia dibesarkan di lingkungan yang keras dan kelam. Setelah 20 tahun, Nalea bersumpah untuk meninggalkan kehidupan lamanya dan berniat menjadi putri keluarga yang baik.
Namun, kepulangan Nalea nyatanya disambut dingin. Di bawah pengaruh sang putri palsu. Keluarga Hersa terus memandang Nalea sebagai anak liar yang tidak berpendidikan. Hingga akhirnya, ia tewas di tangan keluarganya sendiri.
Namun, Tuhan berbelas kasih. Nalea terlahir kembali tepat di hari saat dia menginjakkan kakinya di keluarga Hersa.Suara hatinya mengubah takdir dan membantunya merebut satu persatu yang seharusnya menjadi miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Dew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
“Sayang, uangku belum ada. Papa dan Kak Azlan pelit sekali,” rengek Sisilia.
Dari ujung telepon, terdengar suara pria yang kasar. “Apa! Kau bilang uangnya sudah ada! Aku tidak punya uang untuk makan malam ini, Sisil! Kapan kita bisa having party lagi!”
“Aku janji, Sayang! Besok! Aku akan berusaha meminjam uang dari Kak Azlan lagi. Jangan marah ya. Aku janji akan membeli semua yang kamu mau.”
Sisilia menutup telepon dengan wajah kesal. Ia kembali menoleh dan terkejut melihat Nalea berdiri tidak jauh darinya, menatapnya dengan pandangan dingin.
“Siapa itu?” tanya Nalea datar.
Sisilia terperanjat. “Bukan urusanmu! Kenapa kau menguping?!”
“Tentu saja urusanku. Aku harus tahu siapa yang akan menghabiskan uang keluargaku, yang nanti ujung-ujungnya akan menyebabkan keluarga ini bangkrut,” jawab Nalea. “Seorang pria jelek bernama Hansen, ya?”
Wajah Sisilia berubah panik. Nalea tahu namanya!
Aku tahu semua, Sisilia. Aku tahu semua rencana busuk dan tipu dayamu. Sekarang, bersiaplah.
...********...
Zavian mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang tidak biasa. Jantungnya berdebar kencang, bukan karena terburu-buru, melainkan karena ketakutan yang mencekiknya. Di tangannya, tergenggam amplop cokelat hasil pemeriksaan Mutiara di sebuah laboratorium swasta. Ia memarkir mobil di pelataran rumah sakit non-afiliasi keluarga Hersa, lalu bergegas menuju lantai enam, ruangan Dokter Deril, spesialis Penyakit Dalam.
Dokter Deril, seorang pria paruh baya yang tenang, sudah menunggu. Meja kerjanya ditutupi lembaran data dan grafik.
“Selamat pagi, Pak Zavian,” sambut Dokter Deril, gesturnya profesional tetapi penuh empati.
Zavian duduk, tangannya gemetar saat meletakkan amplop itu di meja. “Dokter, bagaimana hasilnya? Tolong katakan yang sebenarnya.”
Dokter Deril mengangguk pelan. Ia membuka map itu dan mulai menjelaskan dengan nada serius.
“Pak Zavian, saya sudah membandingkan semua indikator, termasuk kadar kreatinin, protein pada darah, dan urin Nyonya Mutiara. Hasilnya… cukup mengkhawatirkan.”
Zavian mencondongkan tubuhnya ke depan, napasnya tertahan. “Khawatir bagaimana, Dok?”
“Menurut pemeriksaan fungsi ginjal, saat ini Nyonya Mutiara hanya bekerja sekitar tujuh puluh persen.” Dokter Deril menarik napas. “Kami menemukan adanya pembentukan sirosis di nefron ginjal. Ini menunjukkan adanya kerusakan jaringan yang terjadi secara kronis.”
Zavian terkejut. Tujuh puluh persen! Nalea benar! Ginjal mamah bermasalah! Sisilia awas saja kamu!
Air mata mulai menggenang di mata Zavian. Ia merasa jijik pada kebodohannya dan amarah pada Sisilia.
“Kerusakan kronis, Dokter? Artinya, ini sudah terjadi dalam waktu yang lama, ya?” tanya Zavian, suaranya tercekat.
Dokter Deril menatapnya dengan pandangan menyesal. “Betul, Pak. Ini adalah proses yang terakumulasi. Jika kondisi ini berlanjut tanpa perbaikan signifikan, kami memprediksi dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, Nyonya Mutiara akan mengalami kegagalan fungsi ginjal total.”
Vonis itu menghantam Zavian seperti palu godam.
“Kegagalan fungsi ginjal? Maksud Dokter, apa nanti perlu donor ginjal?” Zavian berbisik, rasa sakit dan kesedihan melingkupinya. Kata-kata Nalea di hari sebelumnya terngiang jelas, ginjal Mamah akan rusak dan harus mencari donor ginjal.
Dokter Deril mengangguk. “Itu adalah skenario terburuk, Pak. Jika cuci darah tidak lagi efektif, ya, kita harus mencari donor.”
Zavian menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahunya terguncang oleh tangisan tanpa suara. Ia menangis bukan hanya karena nasib Mamahnya, tetapi karena pengorbanan Nalea. Nalea sudah tahu ini akan terjadi, dan dia kembali hanya untuk mencegahnya.
“S-solusinya, Dokter? Apa yang harus kami lakukan sekarang?” tanya Zavian, berusaha menguasai emosinya.
Dokter Deril meraih resep pad dari mejanya. “Kita belum terlambat, Pak Zavian. Ginjal adalah organ yang tangguh. Kita bisa memberinya kesempatan.”
“Saya akan berikan resep obat-obatan ini. Ini berfungsi untuk membantu meningkatkan fungsi ginjal dan memperlambat kerusakan. Selain obat, yang paling penting adalah perbaikan pola hidup dan makanan Nyonya Mutiara. Jauhi makanan olahan, hindari herbal yang tidak jelas, dan pantau ketat asupan air dan garamnya.”
“Nyonya Mutiara harus menjalani pemeriksaan lagi dalam tiga bulan. Kami akan membandingkan hasil kreatinin dan laju filtrasi ginjalnya. Jika tidak ada perbaikan, atau malah memburuk, maka kita harus mulai mempertimbangkan untuk melakukan cuci darah rutin.”
Zavian meraih resep itu dengan tangan gemetar. Kertas putih itu terasa seperti beban seberat dunia.
“Tolong, Dokter,” kata Zavian, mengangkat wajahnya yang basah oleh air mata. “Tolong, jangan ada yang tahu mengenai kondisi ini. Ini harus dirahasiakan.”
“Tentu saja, Pak. Kerahasiaan pasien adalah prioritas,” jawab Dokter Deril menenangkan.
Zavian berdiri. Ia tidak hanya membawa resep, tetapi juga bukti kejahatan yang mengerikan. Ia tahu sekarang, betapa jahatnya Sisilia dan Lidya. Dan ia tahu, Nalea, gadis yang terbuang, adalah penyelamat keluarga Hersa. Kini terbukti jika apa yang dikatakan Nalea selalu tepat, tidak pernah bohong.
Zavian melangkah keluar ruangan. Ia bersandar di dinding koridor, air mata mengalir lagi. Ia harus kembali ke rumah dan menghadapi ayahnya. Dan ia harus melindungi Nalea- gadis yang telah mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkan Mamahnya. Rasa bersalahnya kini berlipat ganda.
...*******...
Di ruangan VIP eksklusif klub malam The Raven, Kayzo Renand duduk di sofa kulit hitam yang mewah. Lampu remang-remang dari langit-langit menonjolkan garis wajahnya yang tajam. Ia menyesap cocktail favoritnya, Old Fashioned, dan menghembuskan asap rokok mahal yang berasal dari Amerika, merasakan kehampaan yang mengganggu di balik kemewahan. Di lantai dansa di bawah, musik DJ menghentak, mengiringi liukan tubuh gemulai para Ladies yang berjoget.
Di sampingnya, Satria, tangan kanan Kayzo, memberi kode pada salah satu Ladies tercantik dan terseksi. Gadis itu, dengan pakaian minim yang nyaris telanjang, mendekati Kayzo.
Kayzo merasakan mual yang tiba-tiba. Wajah Nalea muncul di benaknya, kontras dengan pemandangan vulgar di depannya. Saat Ladies itu hampir menyentuh kulitnya yang belum pernah terjamah wanita manapun, Kayzo murka.
“Menjauh dariku, Jalang!” desis Kayzo, suaranya rendah namun penuh ancaman mematikan.
Gadis itu terlonjak kaget, matanya membesar karena ketakutan. Ia segera mundur, tahu betul bahwa satu langkah salah lagi akan mengantar nyawanya melayang.
Satria dan Daniel, anggota inti Krayrock yang duduk di sofa seberang, tertawa terbahak-bahak.
“Kay, astaga,” ledek Daniel, sambil memutar gelas whiskey-nya. “Apa kamu alergi wanita cantik? Ayolah, mereka hanya ingin bersenang-senang. Bukannya kau harusnya melampiaskan kekesalan, sudahlah malam ini kita minum sampai mabuk. Kita habiskan malam ini bersama para Ladies yang cantik dan menggairahkan?”
Satria segera menyikut Daniel, tetapi sudah terlambat.
“Kau seperti tidak hafal saja, Daniel,” timpal Satria, berusaha meredam suasana, “jika Kayzo tak pernah bersentuhan dengan wanita manapun. Dia punya standar yang sangat tinggi.”
Grace saja tidak percaya dengan perkataan Madam Lea.. malah mahu mengibul Grace si asisten pribadi yang jenius
mana ada darah manusia lebih rendah derajatnya daripada seekor anjingg🥹🥹🤬🤬🤬