NovelToon NovelToon
Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romansa / Reinkarnasi / Harem / Mengubah Takdir
Popularitas:10.3k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Setelah terpeleset di kamar mandi, Han Sia, gadis modern abad 25, terbangun di tubuh Permaisuri Han Sunyi tokoh tragis dari novel yang dulu ia ejek sebagai “permaisuri paling bodoh”.

Kini terjebak di dunia kerajaan kuno, Han Sia harus berpura-pura sebagai permaisuri yang baru sadar dari koma, sambil mencari cara untuk bertahan hidup di istana penuh intrik dan penghianatan. Namun alih-alih pasrah pada nasib, ia justru bertekad mengubah sejarah. Dengan kecerdasan modern dan lidah tajamnya, Han Sia siap membalikkan kisah lama dari permaisuri lemah menjadi wanita paling berkuasa dan akan membuat mereka semua menyesal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 — “Paviliun Cahaya Phoenix Bangkit”

Angin lembah berembus lembut pagi itu, membawa aroma bunga liar dan tanah basah. Di tengah padang luas yang kini menjadi tempat baru mereka, Han Sunyi berdiri tegak memandangi matahari yang baru terbit dari balik gunung. Sinar lembut itu menyentuh wajahnya, seolah memberkati awal kehidupan yang baru saja dimulai.

“Mulai hari ini,” katanya pelan, suaranya tenang namun penuh tekad, “kita hidup dengan tangan kita sendiri.”

Yuyi, Yuyu, dan Nuan berdiri di belakangnya, sementara Zhi Dao memperhatikan sekitar, memastikan tak ada pengikut kerajaan yang membuntuti mereka.

Han Sunyi lalu mengangkat tangan kanannya. Sebuah cahaya lembut berwarna emas mulai bersinar dari kulit di bawah pergelangan tangannya. Tanda bunga sakura kecil yang tertanam di sana berdenyut perlahan.

Dengan gerakan ringan, ia mengusap lambang itu.

Sekejap kemudian, dari cahaya itu muncul sebuah pintu ilusi seperti celah dimensi yang memantulkan kilauan emas. Angin berputar di sekeliling mereka, dan ketika cahaya itu mereda, muncul sederet peti besar, gulungan kain sutra, kantung obat, hingga beberapa perhiasan dan logam mulia.

Yuyu ternganga. “Itu... semua dari tato milik Anda, Nona Sunyi?”

"Tentu... bukanya kau sudah melihatnya kemarin. Dengan ini kita bisa memulai hidup baru dan membantu orang lain" jawab Han Sunyi

Zhi Dao menatapnya kagum. “Jadi Anda menyimpan semua harta ini selama bertahun-tahun?”

“Buian aku yang menyimpan tapi mereka yang memilihku,” jawab Sunyi sambil membuka salah satu peti. Di dalamnya, rapi tersusun gulungan peta, ramuan, dan beberapa benda spiritual. “Ini bekal kebebasan. Dan sekarang waktunya digunakan.”

Ia lalu menoleh pada para pengikutnya. “Kita akan pergi ke pasar lembah utara. Kita butuh bahan bangunan, kain, dan hewan pekerja.”

----

Beberapa jam kemudian, mereka tiba di pasar kecil di lembah yang dipenuhi pedagang dari berbagai desa. Wajah-wajah asing menatap mereka heran sosok wanita berparas bangsawan dengan tiga pelayan cantik dan seorang pria gagah di sisinya jelas menarik perhatian.

Namun Han Sunyi mengenakan kerudung sederhana, berusaha tidak mencolok.

“Zhi Dao, kau urus bagian kayu dan batu. Nuan, Yuyi, kalian ambil bahan obat-obatan dan makanan kering. Yuyu, ikut aku mencari keperluan lain,” ujarnya cepat.

Mereka berpencar dengan sigap.

Di sepanjang jalan, Han Sunyi membeli berbagai bahan, sutra kasar untuk tirai, kayu ringan untuk dinding, serta kain hangat untuk alas tidur. Ia menawar dengan lihai, membuat para pedagang kagum pada ketenangan dan kecerdasannya.

Ketika semua belanjaan sudah diangkut ke gerobak, Nuan menghitung sisa uang. “Masih banyak, Nona. Cukup untuk membeli kuda atau dua lembu pekerja.”

"Baiklah kau pegang dulu sisahnya untuk keperluan mendadak " jawab Han Sunyi

“Kita harus membawa semuanya sebelum matahari turun.” lanjutnya

Namun sebelum mereka berangkat kembali, Zhi Dao yang berjalan di depan tiba-tiba berhenti. “Nona Sunyi,” panggilnya pelan, “ada sesuatu di jalan timur sana.”

----

Di bawah pohon besar, tiga orang pria tergeletak dengan luka berat. Darah kering menodai pakaian mereka, dan napasnya tersengal. Salah satu bahkan tampak nyaris tak sadarkan diri.

Yuyi menutup mulut, kaget. “Mereka… mereka hampir mati!”

Han Sunyi berlutut tanpa ragu, meraba nadi salah satu pria. “Masih hidup.”

Dengan sigap ia membuka kotak obat dari tasnya. Bau ramuan segera memenuhi udara saat tangannya bekerja cepat menghentikan perdarahan, menutup luka dengan serbuk hijau, lalu meneteskan cairan biru dari botol kecil.

Zhi Dao berdiri menjaga, matanya waspada terhadap sekitar. “Apa mereka bukan jebakan?”

Sunyi tak menoleh. “Kalau pun jebakan, aku masih bisa menyelamatkan diri. Tapi nyawa di depan mata tak seharusnya dibiarkan pergi begitu saja.”

Beberapa jam berlalu, dan menjelang sore, ketiga pria itu mulai siuman. Mereka menatap sekeliling dengan bingung hingga pandangan mereka jatuh pada wanita berjubah putih yang duduk tenang di hadapan mereka.

“Di mana kami…?” salah satu dari mereka bersuara parau.

“Di lembah utara,” jawab Sunyi lembut. “Kalian selamat. Tapi tubuh kalian lemah, jadi jangan banyak bicara dulu.”

Pria kedua berambut panjang dengan mata tajam berusaha duduk. “Mengapa… kau menolong kami?”

“Karena aku bisa,” jawab Sunyi sederhana. “Dan karena dunia sudah terlalu dingin untuk menambah satu kematian lagi.”

Ketiga pria itu saling berpandangan, lalu menunduk dalam.“Kami… berutang nyawa kepada Anda.”

----

Malam itu, setelah api unggun dinyalakan dan makanan sederhana disajikan, para pria itu memperkenalkan diri.

Yang tertua bernama Feng Yu, mantan murid kepala sekte Gunung Daluo, ahli pedang dan taktik.

Yang kedua bernama Jin Yue, tabib sekaligus peramu obat langka, diusir karena dituduh meracuni kepala sekte.

Yang terakhir, Bai Ren, seorang pemanah dan pemburu, difitnah mencuri pusaka sekte.

“Kami difitnah dan diburu. Sekte kami kini menganggap kami pengkhianat,” kata Feng Yu dengan nada getir. “Kami tidak punya tempat lagi untuk kembali.”

Han Sunyi menatap mereka tenang. “lalu apa rencana kalian?"

Ketiganya saling pandang, lalu menunduk serentak. “Izinkan kami mengabdi pada Anda. Kami akan bekerja, melindungi, dan melayani sampai akhir hayat kami.”

Sunyi terdiam sejenak, kemudian tersenyum samar. “Aku tidak mencari pengikut. Tapi jika kalian mau berjalan di jalan kebenaran bersamaku bukan sebagai budak, melainkan saudara aku menerimanya.”

ketiga pria itu sangat terharu atas kebaikan Han Sunyi dan bersedia mengabdi

...****************...

Hari-hari berikutnya dipenuhi kerja keras dan tawa.

Zhi Dao memimpin pembangunan pondasi dan dinding kayu. Feng Yu menggunakan pengalamannya membangun benteng untuk memperkuat struktur bangunan. Jin Yue menyiapkan ramuan untuk melindungi tubuh mereka dari serangga dan luka. Bai Ren menebang kayu dan menjaga keamanan di sekitar lembah.

Han Sunyi sendiri mengatur segalanya menggambar rancangan bangunan di atas tanah, mengatur penyimpanan ramuan, serta menyiapkan ruang pengobatan.

Ia juga menyiapkan tempat khusus untuk meditasi dan latihan bela diri ringan. “Paviliun Cahaya Phoenix bukan hanya tempat perlindungan,” ujarnya suatu pagi, “tapi juga tempat di mana hati yang patah bisa sembuh.”

Mereka semua mengangguk.

Hari demi hari, dari tanah kosong mulai berdiri bangunan indah dari kayu pinus dan batu sungai. Di tengahnya, sebuah paviliun kecil berbentuk bulat didirikan atapnya dihiasi ukiran burung phoenix dari batu giok yang bersinar lembut saat senja datang.

----

Suatu malam, saat angin mulai dingin dan hujan rintik turun, Yuyi menggigil. “Nona Sunyi, kalau begini terus, kita semua akan sakit. Belum ada atap yang selesai dipasang.”

Sunyi hanya tersenyum. Ia lalu membuka lengan bajunya, memanggil kembali tato Hartanya di kulitnya. Cahaya kembali menyala.

Kali ini, bukan peti harta yang keluar melainkan sebuah tenda raksasa berwarna putih perak, bercahaya lembut di bawah rembulan.

Saat tenda itu mengembang dengan hembusan angin, semuanya tertegun.

Dari luar tampak sederhana, tapi ketika mereka masuk, ruangannya luas seperti rumah kecil lengkap dengan pemanas udara, tempat tidur empuk, meja kayu, dan lentera gantung yang melayang di udara.

“Ini… sihir tingkat tinggi,” gumam Jin Yue kagum.

Han Sunyi tertawa kecil. “Dulu ini dibuat untuk ekspedisi perang. Kini kita gunakan untuk istirahat dan membangun masa depan.”

Malam itu, untuk pertama kalinya sejak meninggalkan istana, mereka tidur dengan nyaman dan damai.

---

Pagi berikutnya, saat kabut lembah mulai menipis, Han Sunyi berdiri di depan paviliun setengah jadi mereka. Suara burung terdengar lembut, udara segar memenuhi paru-parunya.

Zhi Dao menghampiri, membawa secangkir teh hangat. “Kita sudah hampir selesai, Nona Sunyi. Dalam sebulan, tempat ini akan menjadi kediaman yang layak.”

Han Sunyi menatap jauh ke lembah. “Belum selesai. Ini baru permulaan. Suatu hari, tempat ini akan menampung banyak jiwa yang disakiti oleh kekuasaan. Aku ingin Paviliun Cahaya Phoenix menjadi rumah bagi mereka semua.”

Zhi Dao menunduk hormat. “Dan aku akan memastikan tidak ada satu pun tangan kotor yang menyentuhnya.”

Han Sunyi tersenyum lembut.

Di belakang mereka, ketiga dayang sedang menjemur kain, sementara Feng Yu, Jin Yue, dan Bai Ren bekerja memasang dinding batu. Tawa dan canda mereka terdengar ringan, seperti simfoni kehidupan baru.

Cahaya pagi memantul di lambang phoenix yang tergambar di tenda besar itu melambangkan kebangkitan, bukan hanya bagi Han Sunyi, tapi bagi semua yang memilih kebenaran di atas kekuasaan.

Bersambung

1
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
kaylla salsabella
lanjut thor
Wahyuningsih
d tnggu upnya kmbli thor yg buanyk hrs tiap hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪 dlm upnya😁😁😁😁
Cindy
lanjut kak
inda Permatasari
sebenarnya baik ingin mencari Han Sunyi untuk balas Budi dan juga merasakan cinta padanya tapi Han Sunyi tidak mau bertemu
kaylla salsabella
aku kok masih bingung ya ini li feng itu baik apa gak sama han sunyi
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
li feng bukannya kabur jadi buronan?? kok uda di istana lg thor??
Wahyuningsih
wahhhh mkin sru thor d tnggu upnya kmbli yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪
Vivi❄️❄️
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kirain si bawah panah cinta ala cupid 🤣🤣🤣
sahabat pena
Luar biasa
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Fransiska Husun
keren banget
🌸 Maya Debar 🌸
Semangat terus Thor 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘❤️🥰🥰🥰🥰🥰🥰❤️❤️❤️❤️❤️🤩🤩
Tiara Bella
semangat 😍
🌸 Maya Debar 🌸
Tak tunggu selalu upnya Thor, Keren buanget ❤️❤️❤️❤️❤️🥰🥰🥰😍😍😍🤩🤩🤩😍😍😍😍🤩🤩🤩❤️❤️❤️🥰🥰🥰🥰
Wahyuningsih
q penasaran lanjutannya thor d tnggu upnya kmbli yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma2 upnya thor ntar lumutan loh 😁😁😁 sehat sellu thor jga keshtn n tetp 💪💪💪 dlm upnya 😄😄😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!