Dalam pusaran dunia mafia yang gelap, Alex, putra mahkota dari klan Moralez, dihadapkan pada ultimatum ayahnya, Marco Moralez, seorang mafia kejam tanpa belas kasihan.
Untuk membuktikan dirinya layak memimpin klan, Alex harus menemukan adiknya yang bertahun-tahun hilang, sebagai syarat.
Namun, di tengah pencarian nya terhadap sang adik, Alex justru bertemu dengan seorang gadis yang menarik perhatiannya, gadis yang mampu menggetarkan hatinya setelah lama mati.
Akankah dia berhasil menemukan adiknya dan memimpin klan ? Dan bagaimanakah kisah cinta akan mengubah arah hidupnya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquarius97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIKAP ANEH
"Sebelum kau kembali, aku ingin mengajakmu menemui seseorang," kata Alex sambil mengemudi.
"Siapa?" Elzatta menoleh ke samping, menatap Alex sekilas.
"Kau akan tahu nanti,"jawab Alex singkat.
*
*
Pagi ini, Alvin dan Fedrick dibuat takjub dengan sikap aneh bosnya. Dari mulai membawa wanita ke penthouse, hingga mengendarai mobil sendiri yang biasanya harus mengandalkan mereka berdua. Alvin dan Fedrick mengikuti dari belakang dengan mobil yang berbeda, mengawal Si Bos dan pujaan hatinya. Cieee🤣
"Fed, kau belum menjawab pertanyaan ku tadi?" tanya Alvin dengan sejuta rasa penasaran yang belum terjawab.
Fedrick mengangkat alisnya. "Pertanyaan yang mana?"sahutnya.
Alvin segera merubah posisi duduknya menjadi menyamping, menatap ke arah Fedrick yang sedang mengemudi, "Siapa wanita bar-bar yang bersama, Tuan?"
"Kalau bicara jangan asal nyeplos kau, Al, jika bos dengar bisa di potong lidahmu!"
Alvin spontan membekap bibirnya, hanya membayangkannya saja sudah membuatnya merinding. Mengingat Alex benar-benar orang yang kejam. Alvin pun bergidik ngeri, "Tidak akan aku ulangi lagi," cengirnya kemudian.
Fedrick menceritakan detail tentang Elzatta, dan Alvin mendengarkan dengan seksama, ia pun manggut-manggut. "Jadi, dia yang menyelamatkan bos waktu itu?" pikirnya keras. "Tapi Fed, aku punya firasat dia bukan wanita sembarangan. Aku pernah mencari tahu siapa wanita yang telah menyelamatkan Tuan, tapi seperti ada tembok yang menghalangi aksesku. Yang kutemukan hanya info tentang seorang wanita lansia dan hanya tertuju ke wanita lansia tersebut," katanya penasaran.
"Dan apa kau tahu? Saat itu aku berakhir di maki-maki oleh Tuan," wajah Alvin berubah kesal, membuat Fedrick terkekeh melihatnya.
"Aku juga berpikir sepertimu," Fedrick mengangguk. "Saat ini, aku masih berusaha mencari tau tentangnya lebih dalam, walaupun itu sedikit sulit. Aku merasa, ada seseorang yang sengaja menyembunyikan identitasnya."
"Hmm, lalu apa kau setuju jika dia memiliki hubungan spesial dengan Tuan? Baru kali ini aku melihatnya sabar menghadapi wanita bar-bar seperti itu. Bahkan dengan wanita yang sudah memuaskannya saja, malah di kirim ke neraka," kata Alvin sambil mengamati reaksi Fedrick.
Fedrick mengangkat bahu, menghela napas panjang. "Entahlah, meski aku bilang mereka cocok, tapi aku harus pastikan Nona Elzatta bukan tipe wanita yang sama seperti wanita-wanita bos sebelumnya. Aku hanya ingin yang terbaik untuk bos," ucapnya penuh ketulusan.
"Ya, kau benar, jangan sampai Tuan di permainkan lagi!"
***
Dua buah mobil melaju memasuki halaman mansion, para penjaga yang melihat dengan sigap menarik pintu gerbang. Dari dalam mobil, Alvin dan Fedrick menyaksikan Alex berjalan memutari mobil dan membukakan pintu untuk Elzatta, hal yang tidak pernah bosnya lakukan sebelumnya.
Alvin menatap Fedrick dengan ekspresi tak percaya sembari mengedip-ngedipkan matanya. "Kenapa wajahmu seperti itu?!" seru Fedrick.
"Fed, kenapa.....Tuan...?"
"Sudahlah, cepat turun!" potong Fedrick tegas, tidak peduli dengan rasa keterkejutan Alvin.
Elzatta keluar dari mobil, berdiri menatap mansion megah di hadapannya. "Ini....rumah siapa?" tanyanya penasaran.
"Mansion ku," jawab Alex datar.
Elzatta mengikuti langkah Alex dari belakang, ia kira akan di ajak masuk ke dalam mansion tersebut, tapi ternyata tidak.
Alex terus berjalan ke arah belakang mansion, dan berhenti menginjak sebuah tombol tersembunyi. Elzatta hanya diam, mengangkat sebelah alisnya tanpa reaksi berlebihan mengetahui rumput di depannya tergeser dengan mulus.
"Ikuti aku!" titah Alex.
Tanpa rasa takut, Elzatta terus mengikuti Alex, menuruni anak tangga menuju bawah tanah.
Alvin yang berada di belakang kembali berbisik pada Fedrick, "Kenapa Tuan membawanya kemari? Apakah Nona Elzatta akan di kurung disini?" suaranya sangat lirih.
Fedrick berdecak pelan, "ck,, kau terlalu cerewet! Sudah kita ikuti saja mereka!"
Begitu menginjakkan kaki di lantai utama, Elzatta di sambut puluhan senjata yang tertata rapi di rak juga di dinding, seketika matanya berbinar seperti melihat harta karun. Perlahan ia pun mendekat, mengambil salah satu pistol yang mencuri perhatian nya, Beretta 92.
Fedrick hendak mencegah, "Nona, jangan-" tapi Alex langsung memberi isyarat dengan menempelkan jari telunjuknya di bibir, ingin melihat apa yang akan Elzatta lakukan dengan pistol tersebut.
Sejenak, Elzatta terpaku menatap pistol itu, "Inii...seperti milik Daddy," batinnya.
Tanpa sadar Elzatta mendekapnya, "Dad, aku begitu merindukanmu," gumamnya lagi di dalam hati, sambil mengingat kenangan masa kecilnya bersama Leon dan Daddy Saputra.
"Bolehkah aku mencobanya?" Elzatta menoleh, meminta izin pada Alex, membuat Fedrick langsung menggelengkan kepalanya, "Bos..." Namun, Alex hanya menatap Fedrick sekilas dan memberikan jawaban yang mengejutkan, "Cobalah."
Tanpa sadar, Elzatta menyunggingkan senyumnya, sangat manis. Membuat Alex terpesona, dan memalingkan muka. "Terimakasih, Lex," ucap Elzatta tulus, lalu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Nah, kebetulan tadi aku mencomot apel dari kulkasmu. Kita gunakan ini saja,"celetuknya.
"Untuk apa?" tanya Alex penasaran. Elzatta tidak menjawab, kakinya melangkah menghampiri Alvin dan meletakkan apel itu di kepalanya.
"Nona, apa yang anda lakukan?" tanyanya gugup.
"Sudah, diam disitu! Ucapkan kata-kata terakhirmu dulu, cepat!" Seru Elzatta, menjahilinya.
Mata Alvin terbelalak, ia panik. "Tuan, jangan lakukan ini, saya mohon. Saya belum menikah, Tuan, Nona saya mohon...."ucapnya dengan suara bergetar.
"Diamlah, Al! Turuti saja perintah Nona," Fedrick menggeser tubuhnya. Sebenarnya hatinya juga cemas, tidak berani menebak apa yang akan terjadi. Di otaknya hanya ada satu pertanyaan. Akankah Alex membiarkan asisten setianya seperti Alvin berakhir di tangan pujaan hatinya? Ya, meskipun ia akui Alvin memang sedikit cerewet.
Dengan mata yang terlatih dan fokus yang tajam, Elzatta menutup sebelah matanya, jari-jarinya siap menarik pelatuk yang terarah pada sasaran. "Fokuskan pandanganmu pada titik disana nak, Daddy yakin kamu bisa, ayo," suara Daddy Saputra kembali terngiang di benaknya.
DOR !!!
Apel terbelah menjadi dua dengan sempurna, dan Alvin terjengkang ke belakang karena rasa takutnya sendiri. Fedrick dan Alex terpaku, terhenyak oleh kesempurnaan tembakan Elzatta. Sementara itu, Elzatta tersenyum puas, meniup ujung pistolnya dengan gaya yang anggun, lalu melangkah menghampiri Alvin dan mengulurkan tangannya untuk membantu pria jangkung itu berdiri.
"Terima kasih, Nona," ucap Alvin, yang hanya di balas anggukan oleh Elzatta.
"Sekali lagi, Nona!" pinta Fedrick begitu antusias, dan Alvin langsung menatapnya tajam. "Fed, kau gila ya!" protesnya.
*
*
*
Setelah puas melihat-lihat senjata dan mencobanya, Alex mengajak Elzatta masuk ke sebuah ruangan. Kali ini, Elzatta sedikit takjub melihat ruangan tersembunyi tersebut. Ketika pintu terbuka, bau anyir seketika menguar menusuk indera penciuman nya.
"Masuklah,"ucap Alex mempersilahkan.
Dengan langkah pelan dan ragu-ragu, Elzatta memasuki ruangan, matanya sontak melebar saat melihat sosok yang terkurung di balik jeruji besi.
...----------------...
Jeng-jeng, kira-kira siapa itu ya ?
Yuk, ikuti terus kelanjutan ceritanya, tapi jangan lupa klik jempol dulu gess 🤭 yang belum subscribe di subscribe dulu 😘
Terimakasih 👋🏻