Tragedi Ranjang Kakak Tiri

.......

Ares menggaruk kepala tak gatal saat kini duduk berhadapan dengan Ishak, jika ia pergi begitu saja kesannya akan buruk bagi calon papa mertua tapi berhadapan seperti ini terasa sekali tatapan mengintimidasi itu.

"Jadi kau calon pengganti Agam selanjutnya?." Ujar Ishak.

"Bisa dibilang seperti itu." Jawab Ares, entah kenapa ia yang tak pernah merasa tegang sama sekali malah kini merasakannya.

Ishak menatap lekat Ares dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Tak jarang Nao curhat jika kau kakak yang sangat menyebalkan Ares!."

"Apa!?."

Ishak menunjukkan pesan chat Nao yang terus membicarakan sikapnya dari mulai Nao pindah ke mansion Leonardgo hingga dua minggu yang lalu. "Sekarang tidak lagi mungkin putriku lelah."

Ares tersenyum hambar menutupi kecanggungan, dan baru sekarang ia diperlakukan seperti itu oleh adik sekaligus kekasihnya hingga sampai pada calon papa mertua. "Sekarang kita sudah akur, tenang saja om." Timpal Ares.

Ishak merupakan pengusaha sukses yang bergerak di bidang catering ia memiliki 3 restoran besar sekaligus, untuk setiap menu spesialnya ia bahkan memiliki kolam ikan yang sangat besar dan luas dengan macam-macam ikan mahal juga lezat.

"Ares ku titipkan Nao padamu tidak mungkin ku hubungi Sarah apalagi papamu." Serius Ishak yang mengetahui kasus Nao yang pernah banyak sekali prianya.

"Tentu saja dia adikku sekaligus....

Ares tak melanjutkan ucapan saat melihat kening Ishak mengerut.

"Sekaligus apa?." Selidik Ishak yang setiap ucapannya membuat Ares tegang.

"Sekaligus partner kerja yang baik pah." Spontan Ares.

"Pah? aku papa Nao bukan papamu! Agam kau kemanakan?."

Telinga Ares merah. "Iya maksud saya begitu om."

"Iya itu saja jaga putriku namun jangan terbawa suasana, banyak sekali sekarang kakak dan adik tiri menjalin hubungan, awas saja kau." Lanjut Ishak. "Seperti kucing saja!."

Meowww... Kucing putih lewat begitu saja tanpa izin.

Ares menelan salivanya, mungkin jika Ben ada di sana ia sudah ditertawakan. Bagaimana jadinya jika Ishak mengetahui bahwa Nao dan Ares pernah menghabiskan malam yang panas? habislah sudah.

Telinga Ares semakin merah, pria tampan itu meneguk teh manis yang disajikan hingga habis.

"Nao serahkan saja padaku om, karena waktu sudah mau malam aku tidak bisa lama-lama di sini aku harus kembali." Ujar Ares yang sebenarnya sedikit tertekan akan galak dan tegasnya Ishak, jika bukan karena Nao tidak mungkin Ares hanya diam mengalah.

Demi mengambil hati papa mertua! serunya.

"Oke baiklah sesekali bawa Nao jika kau ke sini lagi."

"Iya om."

Ares memberi salam setelahnya berlalu pergi dari rumah itu, Ishak menatap Ares hingga hilang dari pandangan.

Setibanya di mobil barulah Ares menghela nafas lega. "Apa itu? menegangkan sekali, sepertinya uangku tidak akan mempan untuk meluluhkan hati om Ishak." Lirih Ares tak bisa berkata-kata, setelah tenang ia menancap gas mobil untuk pulang.

.

.

Nao menuruni anak tangga dengan jus di tangan juga handphone di telinga. Ia sedang mengobrol dengan seniornya di kantor.

"Iya mbak besok saya sekalian bawa datanya, iya oke sampai jumpa." Nao mengakhiri panggilan.

Cklek!

Saat Nao hendak ke dapur ia menoleh ketika mendengar pintu utama terbuka, terlihat Ares tiba Nao pun melemparkan senyuman.

Ares membalas senyuman itu ia melangkah merentangkan kedua tangannya ingin segera memeluk Nao.

Namun saat tubuh keduanya hampir menyatu..

"Hai anak-anak..."

Sarah dan Agam tiba juga.

Ares sontak melewati Nao mendaratkan pelukannya pada si bibi yang kebetulan lewat. "Happy birthday bi." Pasrah Ares.

Bibi pembantu terdiam seketika, mengingat-ingat tanggal lahirnya yang ia rasa bukan hari ini.

Nao menggaruk kepala tak gatal ia memilih menghampiri Sarah dan Agam. "Sudah pulang?."

"Iya sayang."

TBC