Dikejar Cinta MAS INTEL

Seorang wanita berpakaian sexy sudah berdiri di tengah lintasan, menampilkan pose yang cukup menantang jiwa para pejantan. Satu tangannya terangkat dengan sebuah kain putih terlampir disana, kedua matanya menelisik setiap rider yang sudah bersiap di garis finish.

Moderator mulai menghitung mundur, hingga kain putih di turunkan dan deru suara knalpot motor mulai terdengar memekakkan telinga, seluruh penonton bersorak kala melihat para rider memacu kuda besinya kencang.

Galexia yang sedari tenang dan hanya diam memperhatikan dibuat sedikit kalut kala melihat Pradivta memacu motornya kencang.

"Lo yakin si Agas bisa menang malam ini?"

Pertanyaan yang terlontar dari bibir rekannya sontak membuat Galexia melirik, dia menatap datar pada pria bertato itu dan kembali menatap ke arah lintasan.

"Enggak!" sahutnya ringan dan masa bodo.

Pria itu mendelik, bahkan terdengar berdecak mendengar ucapan Galexia. Kalau memang tidak yakin kenapa dia menyuruh Pradivta menggantikannya di arena?

"Kalo Agas kalah malam ini, duit lo bakalan angus Gal! Lo juga bakalan malu karena udah pilih rider yang salah. Aku ah pusing gue, lo liatin dah tuh si Agas moga aja dia kagak demam panggung!"

Galexia tidak menyahut, dia hanya mengedikan bahunya tak peduli. Kedua mata abu abunya terus saja tertuju ke arah lintasan, belum ada satu rider pun yang sampai dan artinya mereka tidak tahu siapa yang akan menang malam ini.

Sementara di atas lintasan, Pradivta memacu motor sport hitam milik Galexia dengan kecepatan tinggi. Kedua matanya terus saja terarah pada kaca spion, memastikan kalau lawannya tetap bisa dia pantau.

"Target akan melewati area lintasan asli, putar balik tandanya!" ucap Pradivta saat alat komunikasi yang terpasang di salah satu telinganya, dia sengaja menghidupkannya sepanjang dirinya berasal di tempat ini.

Setelah mendapat jawaban dari orang seberang, Pradivta kembali menambah kedepan motornya. Pria itu dengan lihat mengendalikan stang kemudi tanpa ragu dan canggung.

Kan sudah dia katakan kalau hal seperti ini bukan sesuatu yang asing untuknya. Dia sudah sering kali memacu kendaraan di jalanan dengan cukup kencang, mau itu motor atau mobil sama saja. Bahkan menyalip diantara body kendaraan lain untuknya bukan masalah.

Dan sekarang Pradivta di haruskan menjadi rider sejati, walaupun ada misi yang harus dia selesaikan malam ini. Dia sudah melewati lintasan dengan mulus, mata tajamnya menangkap sesuatu yang bergerak di kegelapan malam.

Sudut bibirnya terangkat, dia kian menambah kecepatan laju motornya. Bukan hanya demi harga diri agar dia menang malam ini, tapi juga tantangan yang di berikan oleh gadisnya.

Minggu depan menikah!

Entah sihir apa yang di berikan gadis itu padanya. Pradivta terlihat menambah semangat juangnya, pria berjaket hitam itu memperhatikan lawan mainnya lewat kaca spion.

Motor merah, itu dia targetnya.

"Target tepat di belakangku. Lakukan pekerjaan kalian dengan baik, aku tidak bisa berhenti begitu saja di tengah permainan!"

Pradivta kembali berbicara pada orang nun jauh disana, dia sedikit mengurangi kecepatan motornya, dan itu di manfaatkan oleh para rider lainnya. Pradivta mengumpat kala melihat beberapa rider melewatinya begitu saja, bahkan terlihat meremehkannya.

"Sialan! Lakukan secepatnya, aku tidak mau kalah dan batal nikah!" geramnya. Dia kembali memacu kuda besinya kencang, melenggang bebas meninggalkan rider yang memacu motor berwarna merah di belakang nya.

Pradivta dapat melihat motor itu berhenti secara mendadak setelah dirinya menjauh, dia yakin para rekan satu tim nya sudah mulai bergerak cepat. Targetnya kali ini jangan sampai lolos kalau mereka tidak mau kehilangan buruan yang lebih besar lagi.

Pastikan para kacung barang haram itu mau diajak kerja sama dan menyebutkan siapa boss besar mereka selama ini. Karena selama ini hanya ekornya saja yang terputus, bukan lehernya secara langsung. Intinya, hanya pucuk muda yang Pradivta dan rekannya dapatkan bukan akar tunggang nya.

Suara riuh penonton mulai terdengar, teriakan para pendukung rider yang mereka pertaruhkan di lintasan kian memekakakkan telinga. Cengkeraman tangan Pradivta kian erat saat melihat dia motor sport di depannya saling adu kecepatan demi bisa menang.

Dia pun sama menambahkan kecepatan adalah hal yang harus dilakukannya sekarang, kalau memang menginginkan hal yang sudah Galexia janjikan.

'Kalo lo kalah, tanggal pernikahan gue undurin lagi!'

Sungguh kalimat ancaman itu begitu mengganggu pikirannya, Pradivta menghembuskan napas kasar sebelum kembali memutar gas motornya agar bisa menyusul kedua rivalnya.

"Harus menang, pokoknya harus!" sugesti dalam hati dan otaknya.

UNDURIN AJA🤣🤣🤣