Akibat kesalahan satu malam, ia terjerat dalam sebuah pernikahan dengan seorang pria beristri.
Kebencian istri pertama membuatnya diabaikan, tak dianggap, bahkan dirampas haknya sebagai istri dan ibu.
Mampukah Lula bertahan dengan status sebagai istri yang disembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekarang Kamu Harus Memilih!
Alika duduk di depan meja rias dan menyisir rambut panjangnya seraya menerbitkan senyum sumringah. Tampak sangat puas setelah berhasil merebut kembali Dirga dari Lula. Terlebih, kini ada Baby Zav yang tinggal bersama mereka, sehingga Dirga tak memiliki alasan lagi untuk terus bersama Lula.
Meskipun sejak kemarin, ia harus beberapa kali menutup telinga jika mendengar suara tangis bayi. Bahkan semalam tidur pun tidak nyenyak karena Zav beberapa kali terbangun dan menangis.
Alika mendengus kesal dan keluar dari kamar. Mengetuk pintu kamar yang terletak tepat di sebelah kamarnya. Begitu pintu terbuka, tampak Suster Vira sedang berusaha menenangkan bayi mungil yang sedang rewel itu.
"Kamu ini bisa merawat bayi tidak sih? Kenapa dari tadi dia menangis terus?"
"Ini, Bu. Sepertinya Zav tidak cocok dengan susunya. Dia pup terus, selain itu kulitnya juga jadi kemerahan."
"Masa sih?" tanya Alika tak percaya.
"Coba saja Ibu periksa sendiri. Ini juga popoknya baru mau saya ganti."
Suster Vira hendak menyerahkan Zav ke tangan Alika, namun wanita itu menggeleng seraya mengangkat telapak tangannya, sementara tangan satu menjepit lubang hidungnya.
"Tidak! Lebih baik cepat kamu bersihkan dia!"
"Iya, Bu," jawab wanita itu. "Tapi ... apa tidak sebaiknya kita hubungi bapak ya? Saya takut ada apa-apa sama Zav."
"Ya sudah, nanti saya yang hubungi. Kamu bersihkan saja dulu bayi itu."
"Baik, Bu."
*
*
*
Di kantor ...
Dirga tidak dapat berkonsentrasi dalam bekerja. Sejak pagi, ia hanya menatap berkas-berkas yang telah menggunung di mejanya. Bayang-bayang Lula terus menghantui. Ia tak dapat menghubungi istrinya itu, sebab sejak ponselnya hilang, Dirga belum sempat membelikan ponsel baru.
"Bapak panggil saya?" tanya Jeff sesaat setelah memasuki ruangan sang bos.
"Iya, Jeff ... Tolong kamu suruh seseorang membeli sebuah ponsel untuk Lula dan kirim ke rumahnya. Sekarang ya."
"Baik, Pak! Tapi ponsel yang seperti apa?"
"Terserah kamu," jawabnya. Membuat Jeff mengeluarkan ponsel dari saku jas miliknya untuk menghubungi seseorang.
Sambil menunggu, Dirga bersandar di kursi dengan pikiran melayang. Padahal baru kemarin tidak bertemu Lula, namun ia tampak sangat gelisah.
"Sudah, Pak. Kurang dari satu jam lagi, ponsel akan sampai ke rumah Bu Lula."
"Terima kasih, Jeff."
"Bapak butuh sesuatu yang lain lagi?"
"Tidak, kembalilah bekerja."
Laki-laki itu mengangguk, kemudian segera keluar dari ruangan sang bos.
Sementara Dirga melanjutkan pekerjaannya. Tak lama berselang, ponsel pun berdering. Ia melirik benda pipih yang berada di atas meja. Tampak nama Macan Tutul tertera di layar.
"Mau apa sih dia?" Dengan malas, Dirga pun menggeser simbol hijau pada layar.
"Ada apa, Al?" ucap Dirga sesaat setelah panggilan itu terhubung.
"Kamu di mana?"
"Di kantor. Memang mau di mana lagi sih?"
"Oh ya... Aku mau kasih tahu, Suster Vira bilang Zav diare dan muncul kemerahan di kulitnya, jadi ..." Alika belum menuntaskan ucapannya, Dirga sudah menutup panggilan.
Menyambar jas dan kunci mobil dan keluar dengan terburu-buru dari ruangannya.
"Sheva ... Kasih tahu Jeff saya harus pulang. Anak saya sakit!" ucap Dirga saat melewati meja sekretarisnya. Bahkan wanita itu belum sempat menjawab, namun sang bos sudah menghilang.
*
*
*
*
Setelah melihat kondisi putranya, Dirga memutuskan untuk berkonsultasi dengan seorang dokter spesialis anak yang direkomendasikan oleh Dokter Allan.
Saat ini, Dirga bersama Alika dan Suster Vira sedang berada di dalam ruangan sang dokter.
"Biasanya, ini terjadi karena bayi memiliki alergi terhadap susu formula atau intoleransi laktosa. Masalah pencernaan yang timbul dari keduanya bisa sangat mirip. Ruam kulit, muntah dan diare," jelas sang dokter setelah memeriksa kondisi Baby Zav.
"Jadi harus bagaimana, Dok?" tanya Dirga khawatir.
"Tidak semua bayi cocok dengan susu sapi. Mungkin Bapak Ibu bisa mengganti dengan susu formula hipoalergenik. Jenis susu ini mengandung formula yang terhidrolisis sehingga resiko alergi pada bayi lebih sedikit dibandingkan susu formula biasa. Tapi tetap, pemberian asi eksklusif adalah pilihan terbaik. Karena asi memiliki semua nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi."
"Asi memiliki kandungan zat antibodi yang tinggi. Karena itulah asi disebut sebagai susu terbaik untuk bayi."
Dirga membeku. Ia melirik putranya yang berada dalam pangkuan Suster Vira. Namun, ingatannya terus tertuju kepada satu nama.
Lula ...
"Baik, Dokter. Terima kasih."
*
*
*
Setibanya di rumah, Alika menghempas tas ke atas pembaringan. Menjatuhkan tubuhnya dengan frustrasi. Pintu kamar terbuka, Dirga masuk menyusulnya.
"Kita perlu bicara!" ucap Dirga.
"Aku tidak mau bicara apapun kalau itu berhubungan dengan wanita itu."
Tangan Dirga terkepal.
"Terserah! Tapi aku mau mengembalikan Zav kepada Lula. Zav membutuhkan ibunya dan terlalu egois kalau kita memisahkan seorang anak dari ibunya."
Terkejut, mata Alika membelalak mendengar ucapan Dirga. "Aku tidak setuju! Zav milikku, Lula sudah memberikan dia untuk aku."
Dirga menarik napas dalam, demi mengurai rasa marah yang terasa membakarnya. Meskipun tahu kondisi Zav, tetapi Alika masih berkeras hati.
"Kamu tahu Al ... Kamu sangat egois dan aku mulai muak. Aku tidak peduli kamu setuju atau tidak. Aku akan membawa pulang Zav ke rumah Lula hari ini juga."
Alika berdiri dari duduknya, menarik lengan sang suami hingga langkah Dirga terhenti. "Tapi Dirga, dokter tadi bilang kita bisa mencoba memberi susu hipoalergenik."
"Aku tidak mau ada percobaan apapun untuk anakku!" teriak Dirga. "Aku tetap akan mengembalikan Zav kepada Lula. Dengan atau tanpa persetujuan kamu!"
"Tidak! Aku tidak akan mengembalikan Zav kepada wanita itu," ujar Alika dengan berurai air mata.
"Kalau begitu biarkan Lula tinggal bersama kita di sini!"
Tubuh Alika pun terasa meremang. Bagaimana bisa ia serumah dengan madunya. Membayangkan saja sudah membuatnya murka.
"Kamu bercanda kan?"
"Aku serius."
Alika menggigiti kuku-kukunya. Bola matanya berputar kesana-kemari memikirkan cara agar tetap memiliki Zav. Kehilangan bayi itu sama saja dengan kehilangan Dirga. Karena lambat laun, Dirga pasti akan memilih tinggal bersama anaknya.
"Pilihan hanya ada dua. Lula tinggal di sini bersama kita untuk merawat Zav atau kembalikan Zav kepada Lula. Silahkan kamu pikirkan sendiri."
*
*
*
kapan ada karya baru lagi Thor
hahahaha