NovelToon NovelToon
REVENGE

REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Sejak kematian ayahnya yang misterius, Elina diam-diam menyimpan dendam. Saat Evan—teman lama sang ayah—mengungkapkan bahwa pelakunya berasal dari kepolisian, Elina memutuskan menjadi polisi. Di balik ketenangannya, ia menjalankan misi berbahaya untuk mencari kebenaran, hingga menyadari bahwa pengkhianat ada di lingkungan terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pisau di gagang

Di depan layar monitor yang temaram, Valencia menatap tajam gambar pisau yang ditujukan Evan—pisau yang menjadi bukti pembunuhan ayahnya. Gagangnya berukir halus dengan simbol tak asing di ujungnya. Pisau itu bukan sekedar senjata, tapi juga tanda keanggotaan—sesuatu yang hanya dimiliki oleh kalangan tertentu.

Jari-jarinya menari cepat di atas keyboard. "Pisau model ini... hanya diproduksi terbatas," gumamnya pelan. Ia membuka file demi file, membaca setiap catatan lama yang bisa ditemukan. "Polisi... dan mafia." Matanya menyipit, menatap layar penuh konsentrasi. Dua dunia yang seharusnya bersebarangan, tapi memiliki senjata yang sama.

Valencia menyandarkan tubuhnya di kursi, membiarkan cahaya monitor menerangi wajah datarnya. Matanya tetap fokus, meski pikirannya berputar cepat. "Pisau ini bukan sembarangan... dan cuma ada dua di kota ini," bisiknya pelan.

Detik berganti menit, menit berganti jam. Di ruang sunyi itu, hanya suara ketikan dan dengung pendingin udara yang terdengar.

Valencia masih di sana—menatap layar, tenggelam dalam pikirannya, mencoba merangkai potongan misteri yang kian membelit hidupnya.

•●•

Pagi yang cerah tak cukup menenangkan benal Valencia. Sinar matahari menembus kaca mobilnya, namun pikirannya masih tertinggal di depan layar semalam—tentang pisau misterius itu. Ia menyalakan mesin dan melaju menuju kantor, mencoba menepis rasa gelisah yang terus menghantui.

Beberapa menit kemudian, ia tiba di kantor. Langkah tenang, tapi sorot matanya penuh, beban. Di koridor, ia berpapasan dengan Andra yang baru keluar dari ruang kerja.

"Pagi, Val," sapa Andra dengan nada datar namun sopan.

“Pagi, Pak,” jawab Valencia, menunduk hormat seperti biasa.

Andra berjalan melewatinya, namun sesuatu membuat langkah Valencia terhenti seketika. Matanya menyipit—di tangan Andra, tergenggam sebuah pisau dalam bungkus plastik bening.

Deg!

Pisau itu... sama persis dengan yang ada di layar semalam. Ukirannya, bentuk bilahnya—tidak mungkin salah.

Valencia membeku beberapa detik, napasnya tertahan. Pandangannya mengikuti punggung Andra yang menjauh.

“Kenapa pisau itu... ada di tangannya?” gumamnya nyaris tak terdengar.

Tangannya mengepal pelan. Sesuatu dalam dirinya mulai terusik—antara curiga dan takut, tapi juga tekad untuk mencari tahu kebenarannya.

•○•

Di ruang kerjanya, Valencia duduk di depan layar komputer yang belum juga ia sentuh. Pikirannya melayang, memutar kembali bayangan pagi tadi—pisau yang dibawa Andra. Pisau itu sama persis dengan yang diperlihatkan Evan. Tidak mungkin kebetulan.

“Kenapa bisa ada di tangan dia...” gumam Valencia pelan, menatap kosong pada berkas di mejanya.

Pintu ruangan terbuka, suara langkah masuk memecah lamunannya.

“Pagi-pagi udah ngelamun, ada yang aneh?” suara datar Alaric terdengar dari arah pintu. Ia meletakkan map di mejanya, menatap Valencia sekilas dengan alis terangkat.

Valencia hanya melirik tanpa ekspresi. “Nggak.”

“Kalau nggak, ya bagus. Gue kira lo kerasukan semangat kerja,” sindir Alaric tipis, lalu duduk sambil menyalakan laptopnya.

Tak lama, Bayu datang dengan segelas kopi di tangan, suaranya riang seperti biasa.

“Pagi semua! Nih, kopi buat yang butuh tenaga ekstra.”

Ia meletakkan satu gelas di meja Valencia, satu di dekat Alaric, lalu menyender santai di meja Cakra yang baru datang dari arah pintu.

Cakra menguap kecil. “Udah mulai kerja pagi-pagi, atau kita bahas hasil pelabuhan kemarin dulu?”

Bayu menatap ke arah Valencia yang masih diam. “Val, lo kayaknya nggak fokus deh. Kenapa?”

Valencia mendongak pelan, matanya tampak tenang tapi dalam. “Nggak apa-apa. Cuma... kepikiran sesuatu aja.”

Alaric mengangkat alis, tapi tidak bertanya lebih jauh.

Sementara Bayu dan Cakra saling pandang, keduanya sama-sama merasa ada yang sedang disembunyikan Valencia—sesuatu yang lebih berat dari sekadar kelelahan kerja.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!