"Aku mau jadi Istri Om!" kalimat itu meluncur dari bibir cantik Riana Maheswari, gadis yang masih berusia 21 Tahun, jatuh pada pesona sahabat sang papa 'Bastian Dinantara'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galuh Dwi Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ini kamar saya.
Hari itu Bastian mengarahkan fokusnya pada Riri, ia bahkan tak kembali ke kantor setelah menjemput Riri.
Ia terus menemani gadisnya, memberikan apapun yang Riri butuhkan. Yang terpenting, Bastian selalu ada saat Riri butuh tempat untuk bersandar.
"Om, kalau aku nginap disini malam ini, boleh?" tanya Riri ragu-ragu.
Bastian menatap wajah Riri lekat-lekat. "Apa kamu yakin tidak mau saya antar pulang?" Bastian berusaha memastikan.
"Aku mau pulang, tapi gak sekarang Om. Tolong kasih aku waktu."
Bastian mengangguk mengerti.
"Kebetulan Apartemen ini punya dua kamar, jadi kamu bisa istirahat dengan nyaman disini. kamu boleh pakai kamar saya,"
"Lho, gak perlu Om. Aku di kamar tamu aja, gak masalah kok." ujar Riri keberatan.
"Kamu tidur di kamar saya Riana." tegas Bastian membuat Riri tak bisa lagi membantah.
"Oke, Om."
Bastian mengantarkan Riri menuju kamarnya, Saat pintu terbuka, kamar itu begitu wangi, begitu rapih dan juga bersih. Amat sangat menggambarkan bagaimana sosok Bastian. Berbeda sekali dengan Riri yang cenderung berantakan.
"Masuk, Ri. Ini kamar saya."
Riri mengedarkan pandangan, saat ini ia tengah berada di kamar Bastian, yang bahkan saat bermimpi pun ia tak pernah membayangkan.
"Gimana? Kamu suka?" Tanya Bastian.
Tapi Riri terlalu fokus mengamati ruangan itu, sampai tak menyimak perkataan Bastian.
"Riana." tepuk Bastian pada pundak Riri.
"Ahh.. iya Om. Maaf tadi aku gak fokus." jujurnya.
Bastian tersenyum, ia tak tau apa yang ada dalam pikiran Riri. Yang jelas hari itu, tujuannya adalah membahagiakan Riri apapun caranya.
Bastian membalikkan tubuh Riri agar berhadapan dengannya. "Kamu mikirin apa hm?" tanya Bastian lembut.
Riri melingkarkan tangannya pada pinggang Bastian. "Aku cuma bingung harus senang atau sedih." ucap Riri seraya menatap wajah tampan milik Bastian.
"Kamu boleh merasakan apapun, senang atau sedih, saya akan tetap menemani kamu." Bastian menangkup wajah Riri.
"Om?"
"Iya.."
"Mau cium boleh?" tanya Riri dengan entengnya.
Bastian tersenyum lalu menggeleng pelan.
Riri mencebikkan bibirnya menggemaskan. "Kok enggak?"
Bastian tak menjawab ia hanya menatap Riri dalam diam.
"Om..." Riri merajuk dengan suaranya yang terdengar manja.
"Yaudah kalau gak mau." Riri menghentakkan kakinya lalu melepaskan tangannya pada pinggang Bastian. Ia pun berbalik arah ingin menjauh dari prianya itu.
Tapi belum sempat Riri menjauh, Bastian lebih dulu mendekapnya, ia memeluk tubuh Riri dari belakang, begitu erat.. sampai Riri bisa merasakan detak jantung dan juga hembusan nafas milik Bastian yang terasa begitu hangat di kulitnya.
"Tadi katanya gak mau cium aku, sekarang malah peluk-peluk." ucap Riri dengan nada mengejek.
"Siapa yang bilang saya gak mau, hm" bisik Bastian ditelinga Riri, membuat tubuh Riri merinding dibuatnya.
"Ta-tadi Om yang bilang." Riri menjadi gugup sendiri.
"Kapan?"
"Tadi..."
"Saya gak bilang apa-apa, Riana."
"Tapi Om geleng-geleng kepala tadi."
Bastian terkekeh pelan.
"Kok om ketawa?" Riri protes kali ini.
"Kamu tau gak Ri, kalau kamu itu menggemaskan." Pelukan Bastian mengerat pada tubuh Riri. ia mengecup tengkuk gadis itu begitu lembut membuat tubuh Riri tersentak.
"O-om.."
"Iya sayang."
Wajah Riri memerah, setiap kata sayang Bastian ucapkan ia merasakan dadanya bergemuruh karena merasa bahagia.
Bastian menyingkirkan rambut Riri yang menutupi tengkuknya, ia menghirup aroma Riri dalam-dalam. Andai Riri tau, ia bukan tidak mau tapi ia tengah menahan diri.
