NovelToon NovelToon
SUSAN

SUSAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / CEO / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: SabdaAhessa

Susan tak pernah menyangka dirinya di timpa begitu banyak masalah.

Kematian, menghianatan, dan perselingkuhan. Bagaiamana kah dia menghadapi ini semua?
Dua orang pria yang menemaninya bahkan menyulitkan hidupnya dengan kesepakatan-kesepatan yang gila!

Akan kah Susan dapat melewati masalah hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

08. Susan pergi

Susan segera berlari masuk ke dalam kamarnya lagi. Dia menangis di atas ranjang. Sambil memegang selangkangannya yang terasa sakit.

"Kenapa aku bisa mengatakan itu!" Katanya sambil memukul jidat.

Susan sangat merasa malu kenapa dirinya bisa keceplosan mengatakan hal seperti itu.

"Satu jari saja?" Kata Susan frustasi mengingat perkataannya saat Edward memainkan kedua jari di dalam miliknya.

Dia menutup wajah dengan kedua tangannya. Susan pun menyadari bahwa dirinya sedikit hanyut di lautan gairah bersama Edward. Bagaimana bisa? Sepertinya Susan masih mencintai Edward sampai saat ini. Atau mungkin dia mulai percaya bahwa Edward tak pernah mengkhianati dirinya seperti yang dia pikirkan selama ini?

Entahlah, Susan pun masih belum bisa mengartikan kondisi ini. Tapi, yang pasti sekarang Susan sudah menikah dengan Peter. Bukankah dirinya tidak boleh menghianati Peter?

Peter memang jauh lebih baik di bandingkan Edward. Peter memang meneruskan bisnis gelap ayahnya. Namun, dia tidak pernah menyiksa ataupun membunuh seseorang. Peter lebih memilih memenjarakan mereka di pengasingan milik perserikatan mafia.

Peter tak pernah mau mengotori tangannya dengan darah manusia. Dia juga selalu memberikan ruang pada Susan. Berbeda dengan Edward yang selalu terobsesi dengan Susan dan selalu mendominasi Susan agar selalu menurut padanya.

Namun, Peter seakan tidak begitu mengusai bidang ini. Nyatanya, dalam satu tahun terakhir, saat dia menggantikan posisinya ayahnya sebagai Presdir di Alpha Group, walaupun masih sementara. Alpha Group mengalami penurunan drastis dan para musuh menyerang dengan giat.

Sangat berbanding terbalik dengan Edward. Bisnis yang di jalankan Edward berjalan dengan pesat bahkan di beberapa negera. Susan juga mendengar akhir-akhir ini Edward menguasai pasar gelap.

Edward terkenal dengan mafia yang bengis dan arogan. Tak segan membunuh siapapun yang dia anggap sebagai hama. Membunuh di tempat adalah pilihannya. Edward selalu menembak tepat di kepala musuh.

Terdengar kabar, bahwa sekarang dia juga suka memenggal kepala musuhnya dengan pedang samurai. Desas-desus semakin kuat, bahwa Edward semakin menggila karena di tinggal nikah oleh kekasihnya, yaitu Susan.

Setelah memenangkan diri beberapa menit. Susan teringat perkataan Edward, bahwa Peter akan sampai dalam 15 menit lagi.

Dia pun segera bangkit dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Karena Edward sudah membuat miliknya basah.

Setelah membersihkan diri, Susan duduk di sofa yang ada di dekat jendela kamar. Matanya menatap kosong, menunggu Peter datang. Dan benar saja, tepat 15 menit dari perkataan Edward. Mobil Peter akhirnya masuk ke halaman mension.

Peter langsung menuju ke kamarnya. Menghiraukan keberadaan Edward dan ayahnya yang sudah menunggu di meja makan.

Traver pun mengikuti dari belakang, segera membukakan pintu kamar untuk Peter.

"Sayang.." Sapa Peter.

Susan berbalik, namun masih tetap terduduk di sofa.

Peter menghampiri dan duduk di sebelah Susan. "Ada apa?"

Susan tak bergeming. Dia hanya memeluk Peter dan menahan air matanya agar tidak jatuh.

Peter perlahan membelai rambut panjang Susan. Lalu memeluk Susan lebih dalam ke pelukannya.

"Kenapa telpon ku tidak di angkat?" Tanya Susan.

"Oh ya?" Peter meraba saku jasnya. Meraih ponsel dan baru menyadari jika ponselnya mati. "Maaf, aku tidak tau jika ponsel ku mati. Kau pasti sangat khawatir kan?"

Susan mengangguk.

"Maafkan aku, jalanan begitu macet, sayang."

"Traver juga tidak mengangkat telpon ku. Kemana sebenarnya kalian?" Susan melepaskan pelukannya.

Peter tersenyum, dia tau, Susan pasti sangat mengkhawatirkan dirinya. "Aku akan menjelaskan semuanya nanti, ayo kita ke meja makan dulu!" Ajak Peter.

Susan merasa Peter menghindari pertanyaannya. Namun, dia juga sadar, bahwa mereka harus segera ke meja makan. Pasti ayahnya sudah menunggu sedari tadi.

Mereka berdua pun segera pergi ke meja makan. Peter duduk di hadapan Edward sedangkan Susan berada di sebelah Peter. Edward hanya diam memperhatikan Susan dan Peter. Serta para pengawal pribadi mereka yang berdiri di belakang Tuan dan Nyonya nya masing-masing.

Pelayan mulai mengeluarkan makanan pembuka.

"Sebelumnya, terimakasih kau sudah bersedia datang, Edward." Kata Tuan Sanders membuka pembicaraan.

Edward tersenyum. "Sebuah kehormatan bagi saya, Tuan Sanders."

"Peter, bagaimana proyek yang kau survei?" Tanya Tuan Sanders.

"Semua berjalan baik, itu semua juga berkat bantuan Edward. Karena para investor kita sebelumnya mulai resah karena proyek hampir mendekati date line." Jawab Peter menatap Edward.

Tuan Sanders tersenyum sambil mengangguk. "Semoga kerjasama kita bisa terus berjalan dengan baik."

Edward tak menjawab, dia hanya menatap Susan. Peter yang melihat itu sedikit terganggu. Dia dengan sengaja mengelus pipi Susan untuk memprovokasi Edward. Serta membuktikan bahwa Susan adalah miliknya.

Susan yang menyadari situasi itu tersenyum kikuk. Dia seakan takut Edward akan melakukan sesuatu hal yang buruk pada Peter.

Dia ingat, dulu saat dirinya menemani Edward ke acara pernikahan temannya. Ada seorang pria yang sengaja menggoda Susan dan memegang lengannya. Saat itu juga, Edward langsung memukuli pria itu hingga kritis.

Entah bagaimana kondisi pria itu sekarang. Sepertinya Edward mematahkan rahangnya.

"Ada hal yang ingin Susan sampaikan pada, Edward." Kata Tuan Sanders memecahkan suasana dingin.

"Hmm?" Susan tersentak.

Tuan Sanders memberi kode dengan mengedipkan matanya. Sontak Susan mengerti maksud Tuan Sanders.

"Oh ya.. Ituu.. Hmm.. Aku hanya.. Mau berterimakasih pada mu, Edward." Susan terbata-bata sambil menatap Edward dan Peter bergantian.

"Bukan masalah besar. Aku akan melakukan yang terbaik untuk mu." Kata Edward.

Peter seakan terbakar api cemburu. Dia menarik nafas berat.

Tuan Sanders dapat membaca situasinya. Karena dia juga tau, Edward adalah mantan kekasih Susan.

Setelah makanan pembuka habis. Para pelayan pun mengeluarkan makanan utama. Kini mereka tak banyak bicara. Hanya antara Edward dan Tuan Sanders saja yang membahas bisnis mereka.

Sedangkan Peter dan Susan diam dan menikmati hidangan. Sesekali Peter menatap Susan dengan dalam. Seakan ingin memakannya juga di depan Edward.

Susan yang melihat Peter seperti itu jadi sedikit gemetaran. Dia salah tingkah. Dia juga takut jika Peter terus memprovokasi Edward mereka akan berkelahi disini.

Peter mulai membelai paha Susan dan memasukkan tangannya ke dalam dress maroon itu. Sontak Susan menahannya dan menatap Peter agar dia menghentikan itu.

"Peter!" Susan memperingatkan.

Peter hanya menatap mata Susan, lalu menarik tangannya keluar tanpa berkata apapun.

"Apa ada masalah, Susan?" Tanya Tuan Sanders.

Susan menggeleng, lalu berdiri dari kursinya. "Aku rasa, aku sedikit tidak enak badan. Aku akan meminum obat ku dulu."

Susan hendak pergi meninggalkan meja makan. Namun seketika Edward berkata. "Apa kau tidak ingin makan Panna Cotta dulu? Bukankah ini dessert kesukaan mu?"

Seketika Susan menghentikan langkahnya dan menelan ludah. Ternyata Edward masih ingat betul hal-hal kecil tentang dirinya. Bahkan soal Panna Cotta itu. Dessert kesukaan Susan sejak kecil. Dan dulu Edward sering mengajaknya ke Italia untuk menikmati Panna Cotta dengan ciri khasnya sendiri.

Peter yang mendengar itu langsung ikut bangkit dari kursinya dan berjalan meninggal meja makan melewati Susan tanpa berkata apapun.

Susan menyadari itu. Pasti Peter cemburu karena perkataan Edward. Yang membuat Susan semakin frustasi adalah diamnya seorang Peter. Peter selalu mendiamkan Susan jika terjadi masalah di antara mereka. Membuat Susan terus merasa bersalah.

Akhirnya Susan mengikuti Peter dari belakang. Meninggalkan meja makan tanpa menghiraukan perkataan Edward.

******

Sudah sejam lebih Peter dan Susan berada di kamar namun mereka saling diam. Tak ada yang memulai pembicaraan. Hal ini yang paling di benci oleh Susan. Silent treatment.

Peter memang selalu begitu membuat Susan jatuh ke dalam jurang rasa bersalah. Sedangkan Peter selalu berpikir bahwa dia harus menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum berbicara lagi dengan Susan. Agar dirinya tak salah mengambil keputusan.

Tapi, tanpa Peter sadari hal itu malah membuat Susan kehilangan jati dirinya.

Peter masih berdiri di balkon. Memandang ke arah luar mension. Sesekali meneguk wine yang di pegang. Sedangkan Susan berada di dalam kamar, terduduk di atas ranjang dengan lesu.

Susan hanya memandang punggung suaminya itu sedari tadi. Berharap emosinya akan segera reda dan mau berbicara lagi dengan dirinya. Namun, sejam ini masih sama saja.

Susan berkali-kali mengumpati Edward di dalam hatinya. Pria itu seakan menjadi orang ketiga di dalam rumah tangganya. Walaupun Susan sendiri tidak menginginkan kehadiran Edward. Namun, pria itu berhasil membuat Susan seakan bersalah di situasi ini.

Akhirnya Susan tak kuat lagi. Dia memutuskan untuk menghampiri Peter yang masih di balkon.

Dia berdiri di belakang tubuh Peter yang tinggi tegap. Memasang ancang-ancang untuk memulai pembicaraan.

Peter melambaikan tangan ke arah bawah, seakan mengucapkan selamat tinggal.

"Pet.." Kata Susan.

Namun belum selesai Susan memanggil nama suaminya itu. Peter langsung berbalik badan dan menarik tubuh Susan ke dalam pelukannya.

Sontak Susan terkejut. Namun dia menurut saja. Membiarkan tubuhnya di peluk erat.

Peter mengangkat dagu Susan agar menatapnya, lalu mencium bibir Susan begitu dalam. Melumat lidah Susan begitu keras hingga membuat Susan kesakitan.

Susan berusaha melepaskan diri. Namun Peter menahan tubuh mungilnya. Seketika Susan teringat kejadian tadi sore sebelum Peter datang. Edward melecehkannya dan melakukan itu begitu kasar.

Air matanya pun sudah siap jatuh lagi. Namun suara deru mobil-mobil terdengar menjauh. Barulah Peter melepaskan tubuh Susan.

Susan sontak melihat ke arah arak-arakan mobil itu. Ternyata itu mobil Edward dan para pengawalnya yang hendak pulang.

Susan menyadari Peter melakukan hal itu untuk membuat Edward cemburu. Karena dia tau, Edward masih sangat menginginkan dirinya.

Tanpa Susan sadari air matanya sudah jatuh. Dia merasa di permainkan oleh kedua pria ini. Dan yang paling menyakitkan adalah, satu satu dari mereka adalah suaminya.

Peter melihat air mata itu. Sedangkan Susan masih mematung dan melihat kepergian Edward.

"Susan.." Kata Peter berusaha meraih tangan Susan.

Susan segera menepis tangan Peter. Dia menatap Peter dengan matanya yang sudah memerah karena menangis.

Susan tak mengatakan apapun. Dia langsung masuk ke dalam kamar dan segera mengambil tasnya. Memasukkan ponsel dan dompet.

Peter yang melihat itu panik dan segera menghampiri Susan.

"Mau pergi kemana?" Tanya Peter menahan lengan Susan.

Susan tak bergeming. Dia hanya berusaha melepaskan genggaman tangan Peter.

"Susan, jawab!"

"Kenapa aku harus menjawab? Sedangkan kau selalu lari dari pertanyaan ku dan kau juga selalu mendiamkan ku saat marah! Terkadang aku juga tidak tau apa salah ku pada mu, Peter!"

"Apa kau tidak merasa bersalah saat dia menatapmu seperti itu di depan ku?"

Susan keheranan. Mulutnya sampai terbuka sangking herannya. "Tapi apa kau juga boleh memperlakukan ku seperti itu untuk membalasnya?"

"Melakukan apa?" Tanya Peter.

"Aku tau, kau sengaja mencium ku untuk memprovokasinya kan? Kau dan dia sama saja!"

Susan berhasil melepaskan genggaman tangan Peter. Dan segera berjalan menuju ke arah pintu kamar.

"Kau tau, kau tidak boleh keluar dari mension Susan!" Kata Peter.

"Lalu apa gunanya Alice?" Susan membuka pintu. "Jangan temui aku sebelum kau menyadari bahwa diam mu itu bagaikan racun yang membunuh ku secara perlahan!" Bentak Susan.

Bentakan Susan membuat Alice dan Traver yang berjaga di depan kamar mereka terkejut dengan pertengkaran Tuan dan Nyonyanya.

Susan menutup pintu dengan membantingnya sangat keras. Traver yang melihat itu terkejut karena selama ini dia mengenal Susan sebagai wanita yang lemah lembut.

"Alice, siapkan mobil!" Suruh Susan.

"Tapi Nyonya, anda tidak di perbolehkan keluar dari mension." Kata Alice.

Susan berhenti melangkah dan menatap Alice dengan tajam.

"Ok, aku akan pergi sendiri!" Kata Susan.

Sontak Alice dan Traver saling memandang. Kebingungan harus bagaimana. Sedangkan Susan sudah pergi berlalu. Akhirnya Traver memberi kode pada Alice agar mengejar Susan.

Traver segera memberitahu Peter dan Tuan Sanders bahwa Susan ingin meninggalkan mension.

Sedangkan Alice yang mengejar Susan ke halaman mension masih berusaha merayu Susan agar tidak keluar dari mension.

"Nyonya, mungkin anda harus mempertimbangkan lagi keputusan anda!" Kata Alice.

Susan tak menjawab, dia terus berjalan.

"Ambilkan saya mobil!" Kata Susan pada seorang pengawal yang berjaga di halaman mension.

Pengawal itu sontak kebingungan. Dia melihat ke arah Alice, meminta pendapat. Alice langsung menggelengkan kepala.

Namun, sedetik kemudian Alice mendapat kabar dari earphone yang di pakai. Seketika Alice memberi kode pada pengawal itu menyiapkan mobil untuk Susan.

Pengawal itu langsung pergi mengambil mobil untuk Susan. Saat mobil sudah berhenti di hadapan Susan. Alice segera membukakan pintu untuk Susan. Namun, alih-alih masuk ke dalam mobil di bagian belakang pengemudi. Susan malah membuka pintu bagian pengemudi, masuk dan duduk di dalamnya.

Alice terkejut. Dia membulatkan mata.

"Masuk!" Suruh Susan pada Alice.

Alice gelagapan,dia sontak bergegas menutup kembali pintu mobil dan segera berlari menuju kursi penumpang di samping pengemudi.

Susan langsung menjalankan mobilnya keluar dari mension.

Bersambung...

1
Adi Putra
ku tunggu janda mu🤣
Adi Putra
dalam batin Edward, akhirnyaaaa🤣
Adi Putra
menggatal🤣
Riska Rosiana
🥲🥲🥲
Riska Rosiana
auto trauma🤣
Andreee
kesempatan🤣
Andreee
mampus kouu ana
Andreee
pokol teros peterr, jan kasih amponn
Andreee
🤣🤣🤣🤣
Andreee
amunisi gk tuu
Adi Putra
kasi napas eddd🤣
Riska Rosiana
🤣🤣🤣🤣
Olivia
susan bakal plh pa y
Adi Putra
Edward ini katanya cinta, tp nyusain susan mulu y
Olivia
Peter bangs*t bgt ya, benci bgt gue
Olivia
Peter ma Anna jodoh keknya, sama2 gk ada otak
Riska Rosiana
Wait waittt Peter bisa menggila jg ye
Riska Rosiana
Oh jadi si Peter yg selingkuh..aku kira susan yg bakalan selingkuh ama edward
Riska Rosiana
kayaknya Susan ini masih ada perasaan ya sm si edward
Adi Putra
si Edward bener bener lu ye
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!