Alona gadis introvert yang mulai merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya ketika bertemu dengan Vier pemuda tegas yang cuek di tempat tugasnya didaerah terpencil. Di daerah perbatasan Indonesia dan Kalimantan.
Apakah cinta seorang dokter spesialis penyakit dalam dengan seorang perwira angkatan darat yang tegas dan cuek bisa terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisye Titiheru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Ibu Kepala Desa Berulah
Alona masih dirawat, kondisi tubuhnya naik turun. Selama dia di rawat selama itu juga Vier menjaganya dengan seragam lengkap. Vier tidak mau berpisah dari samping Alona.
Pagi ini, kondisi kesehatan Alona semakin membaik. Berbeda dengan tiga hari yang lalu. Setelah diperiksa darah ternyata sudah tidak ada virus lagi. Dia, Dokter Alona Timothy dinyatakan sembuh.
Puskesmas yang direnovasi sudah hampir lima puluh persen. Batu tela sudah tertutup. Hanya sisa penutupan atasnya. Kuseng atap sementara dibuat oleh tukang kayu atau yang bekerja bagian kayu. Semua pembangunan puskesmas di kerjakan oleh tentara.
Wabah di kampung sudah menghilang. Kampung dinyatakan bersih dan bebas dari wabah penyakit. Sudah dua minggu pembangunan puskesmas berjalan. Sudah terlihat bentuk dari puskesmas. Hari ini mereka sisa menyelesaikan yang kecil - kecil saja. Seperti ngecat dinding.
Terlihat dari pagi semua anggota tentara sudah siap melaksanakan. Dapur umum yang dikoordinir desa sudah dijalankan.Semua warga gotong royong.
"Selamat pagi ibu kepala desa." Alona menyapa ibu kepala desa, namun tidak seperti biasanya tidak ada respon sama sekali, malah muka jutek yang terlihat. Jefry dan Vier melihat hal itu.
"Kamu terlalu nampak Dan."
"Maksudnya???"
"Kemarin waktu kamu merawat Alona, Sherly lihat dan dia berlari sambil menangis."
"What!!!! Salah apa? Alona pacarku, sakit. Dia siapanya saya?"
"Pengagum setiamu. Lebih jahat jika terluka."
Tampak raut muka kesal Vier.
"Aku harus ekstra menjaga Alona."
"Ya, itu yang harus kamu lakukan, soalnya ini sudah main keluarga."
Alona yang diperlukan berbeda dari ibu kepala desa, hanya biasa saja. Dia mau mengambil sarapan, namun sunkan. Vier langsung mengambil di wadah piringnya.
"Nak, Vier mau nambah ya? Silahkan."
"Terima kasih bu." Selesai dia mengambil lauk yang di sediakan. Vier langsung menarik tangan Alona menuju ke meja paling pojok dan diberikan sarapan yang tadi baru dia ambil.
"Makan, kamu lagi sakit. Sebentar, titip belanjaan. Ada tim yang naik. Kamu mau apa?" Alona menyebut kebutuhannya dan Vier langsung mengirim kepada rekannya serta uangnya untuk dibelanjakan.
Sementara dipojok tenda yang lain. Seorang ibu dan anak sedang panas - panasnya melihat aksi Kapten Vier kepada Alona.
"Kapten sudah publikasi ya?"
"Iya nih ting. Sekalian aja."
"Selamat Kapten. Ternyata kampung ini menjadi berkat buat Kapten Xavier dan Dokter Alona." Semua bersorak bergembira. Bukan hanya Sherly yang bersedih namun Priska yang baru tahu berita itu juga bersedih.
"Beda kelas kawan. Sadar dirilah, biar kalau terbang tinggi siapkan parasut, kalau jatuh ngak sakit - sakit banget." Pak Guru Rudy menegur dan menasehatkan rekan kerjanya ibu guru Priska.
Sementara itu Sherly sedang dibujuk mamanya. Emosi dirinya semakin meningkat. Maka ide jahat dipikirannya dia langsung melakukannya. Disore hari mereka membuat bubur kacang ijo yang diberikan dibagikan buat semua orang yang bekerja merampungkan tugas pembangunan puskesmas hari ini. Khusus digelas Vier diberikan obat perangsang yang biasa dia berikan buat suaminya agar hubungan biologis mereka semakin hot. Karena dilihat dokter Alona sedang berada di tempat kerja dengan rekan - rekan dan Kapten Vier sedang di kantornya. Diperintahkan anaknya Sherly mengantar. Bunyi pintu diketuk dari luar.
"Saya mengantarkan bubur kacang buat anda."
"Terima kasih." Vier tahu siapa yang masuk, Sherly tetap berdiri di hadapannya.
"Terima kasih Sherly. Kamu boleh keluar nanti saya akan makan pemberian kamu. Silahkan?!!!"
Sherly dengan berat hati keluar ruangan. Dia tahu bahwa mamanya memasukan sesuatu didalam bubur khusus punya Kapten Vier. Ketika pintu tertutup. Vier langsung menikmati bubur kacang kesukaannya. Karena biasa almarhum mamanya menyiapkan bagi mereka. Namun ketika baru beberapa suap, Vier merasa ada yang berbeda dengan tubuhnya. Di cium aroma bubur itu dia tahu bahwa ada sesuatu yang dimasukan. Langsung keringat keluar dari tubuhnya dan suhu tubuhnya meningkat. Dia langsung menghubungi Alona pacarnya. Alona langsung berlari kekantor Vier karena mendengar suaranya yang seperti menahan sesuatu entah rasa sakit atau apapun itu.
"Tutup pintunya sayang."
"Kamu kenapa mas."
"Sepertinya Sherly memasukan sesuatu dibubur ini. Semacam obat perangsang." Alona langsung menciumnya dan karena dia peka terahadap aroma obat perangsang dia tahu ini, obat yang tidak perna ada di Indonesia. Obat ini hanya ada di luar negeri. Dan dosisnya besar. Ini bisa berbahaya jika tidak diatasi. Vier sudah berlari kedalam kamar mandi diruangannya dia sudah menyiran tubuhnya dengan air di bak kamar mandi.
"Mas, are you oke."
"Dek, tolong." Vier sudah keluar dengan baju yang basah kuyup tampangnya sudah awut - awutan. Tadi dia sudah berkonsultasi dengan Dokter Iwan perihal obat ini. Dan memang tidak ada penawarnya disini. Satu - satunya adalah dengan menyalurkan hasrat Vier.
"Dek, tolong mas." Alona langsung mendekati kekasih hatinya dia mencium pacarnya dengan mesra. Ini kali pertama Alona berciuman, sangat amatir. Bukan hal yang tidak diketahui oleh Alona, sebagai dokter dia tahu apa itu hubungan intim atau hubungan biologis. Dan dia sadar jika saat ini dia menolong Vier, maka dia sudah tidak perawan lagi.
"Sayang, kamu siap."
"Iya mas, adek siap. Ini baru bagiku, jadi pelan - pelan ya mas."
"Katanya pertama saja sakit dek, selanjutnya tidak terlalu sakit. Kalau adek sakit kamu boleh mengigit bahu tubuh mas." Alona pun mengangguk.
Vier yang sudah mulai mengalami sedikit kecang akibat hasrat yang tertahan. Tetap berpikiran waras, dia tidak mau memberi trauma buat kekasihnya. Dia mengontrol dirinya agar tidak seperti binatang. Percobaan pertama belum bisa junior Vier menembus, air mata Alona sudah menetes. Percobaan kedua masih gagal. Vier semakin tak kuat menahan gejolak hasrat ini akibat pemberian obat.
"Maafkan aku dek." Dihentak keras juniornya dan meleset memasuki ruangan hampa keintiman kekasihnya. Air mata Vier tertumpa, sedangkan Alona sudah mengeluarkan air mata sambil mengigit dada kekasihnya. Vier merasa ada sesuatu yang mengalir disela juniornya dan dia tahu itu darah yang keluar akibat selaput yang dibobol olehnya. Ketika Alona sudah mulai tenang Vier pun melakukan aksinya. Hasrat itu tertuntaskan. Hanya suara tubuh mereka dan desahan kenikmatan.
Vier sudah berbaring disamping Alona. Mereka berdua dalam keadaan bugil. Di angkat tubuh Alona mendekat kepadanya, dipeluk dengan kuat.
"Maafkan aku dek. Seharusnya tidak begini. Seharusnya sampai kita berdua sah diberkati. Namun obat sialan dan bubur kacang itu membuat kamu seperti ini." Vier mencium Alona dengan mesra. "Mas akan bertanggung jawab. Kita menikah. aku mencintaimu belahan jiwaku."
"Adek juga mencintai mas." Alona membalas ungkapan cinta Vier. Alona mau ke kamar mandi, namun ketika bergerak dia merasa sakit yang luar biasa. Vier langsung mengendong Alona, secepat Alona menutup tubuhnya dengan tangan.
"Adek, mas sudah lihat semua. Maafkan mas." Di menurunkan Alona dibawa shower dan menyetel air hangat. "Hari ini dan seterusnya tubuh ini bukan hanya milikmu sayang, tetapi sudah menjadi milik mas." Vier langsung memberikan tanda cinta diatas bukit saudara.