NovelToon NovelToon
Star Shine The Moon

Star Shine The Moon

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Cinta Murni
Popularitas:515
Nilai: 5
Nama Author: Ulfa Nadia

Setelah kecelakaan misterius, Jung Ha Young terbangun dalam tubuh orang lain Lee Ji Soo, seorang wanita yang dikenal dingin dan penuh rahasia. Identitasnya yang tertukar bukan hanya teka-teki medis, tapi juga awal dari pengungkapan masa lalu kelam yang melibatkan keluarga, pengkhianatan, dan jejak kriminal yang tak terduga.

Di sisi lain, Detektif Han Jae Wan menyelidiki kasus pembakaran kios ikan milik Ibu Shin. Tersangka utama, Nam Gi Taek, menyebut Ji Soo sebagai dalang pembakaran, bahkan mengisyaratkan keterlibatannya dalam kecelakaan Ha Young. Ketika Ji Soo dikabarkan sadar dari koma, penyelidikan memasuki babak baru antara kebenaran dan manipulasi, antara korban dan pelaku.

Ha Young, yang hidup sebagai Ji Soo, harus menghadapi dunia yang tak mengenal dirinya, ibu yang terasa asing, dan teman-teman yang tak bisa ia dekati. Di tengah tubuh yang bukan miliknya, ia mencari makna, kebenaran, dan jalan pulang menuju dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ulfa Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

제34장

Ha Young duduk di balik kemudi mobil mewahnya, matanya menatap lurus ke depan, tapi pikirannya berantakan. Kesedihan dan kemarahan bercampur dalam dadanya bukan pada Hee Jae, melainkan pada dirinya sendiri. “Kamu sangat bodoh, Jung Ha Young. Bagaimana bisa kamu merasa Hee Jae oppa punya perasaan yang sama?” gumamnya, suara itu nyaris tenggelam oleh air mata yang tiba-tiba jatuh. Dengan cepat, ia menghapusnya. “Nggak boleh. Jung Ha Young, kamu nggak boleh nangis,” batinnya menegur diri sendiri.

Pria yang selama ini ia pikir akan melindunginya, bahkan rela mengorbankan segalanya, ternyata telah memilih wanita lain. Ia seharusnya tahu, cukup dengan melihat kebersamaan Hee Jae dan Ji Soo selama ini. Tapi ia terlalu sibuk berharap. Di tengah kekacauan pikirannya, ponselnya berdering tanpa ia sadari. Saat akhirnya melihat layar, nama Detektif Han terpampang jelas.

“Yeboseyo, Detektif Han,” ucap Ha Young dengan suara serak.

“Ha Young-ssi, kamu di mana?” tanya Jae Wan, terdengar cemas.

“Aku baru saja akan pulang. Ada apa, Detektif Han?”

Belum sempat Jae Wan menjawab, mobil Ha Young mendadak hampir menabrak seorang pejalan kaki. Ia menjerit, menginjak rem sekuat tenaga, tapi mobil tak berhenti. Untungnya, ia berhasil mengelak dengan gerakan refleks. Ponselnya terjatuh ke lantai mobil. Jae Wan yang mendengar jeritan itu langsung panik.

“Jung Ha Young-ssi! Jung Ha Young-ssi!” panggilnya, suaranya meninggi.

“Ada apa dengan remnya?” ujar Ha Young panik, masih menginjak pedal yang tak memberi respons. Tangannya gemetar saat mencoba meraih ponsel yang tergeletak di dekat kakinya. Setelah berhasil mengambilnya, ia kembali bicara dengan suara terguncang.

“Detektif Han, aku hampir menabrak seseorang! Aku sudah injak rem, tapi mobilnya nggak mau berhenti. Apa yang harus aku lakukan?”

“Apa? Bagaimana bisa…” Jae Wan terdengar semakin cemas. “Ha Young-ssi, jangan panik. Turunkan kecepatan mobil sebisa mungkin. Fokus, dan cari tempat aman untuk berhenti, untuk mengurangi risiko kecelakaan.”

“Aku sudah mencoba menurunkan kecepatannya,” suara Ha Young terdengar tersendat di ujung sambungan telepon, “tapi mobilku seakan bergerak tanpa kendali. Aku tidak tahu kenapa kecepatannya terus meningkat... padahal aku tidak menyentuh pedal gasnya.” Tangisnya mulai pecah, mengguncang kata-kata yang ia ucapkan.

“Terus injak remnya,” ujar Jae Wan dengan nada tegas namun penuh kekhawatiran. “Tetap berkomunikasi denganku. Aku akan menemukanmu.”

Ha Young mengangguk meski Jae Wan tak bisa melihatnya. Ia mencoba tetap tenang, mengikuti instruksi, tapi mobilnya terus melaju, semakin cepat, semakin liar. Jalanan di depannya mulai dipenuhi orang keramaian yang tak bisa ia hindari. Napasnya tercekat. Ia tahu, jika ia tak melakukan sesuatu, akan ada nyawa yang terancam. “Tolong aku,” bisiknya dalam hati, memejamkan mata sejenak, berharap keajaiban datang.

Dan saat jarak dengan kerumunan tinggal beberapa meter, Ha Young membanting setir ke arah kanan, berusaha menghindari tabrakan besar. Mobilnya oleng, berputar liar, dan menabrak seorang gadis yang tengah menyebrang jalan. Tubuh gadis itu terpental, sementara mobil Ha Young mendadak berhenti terlalu mendadak. Benturan keras membuat tubuh Ha Young terlempar ke depan, menghantam kaca mobil yang langsung pecah. Suara retakan kaca dan dentuman logam menggema, lalu sunyi.

Darah mulai mengalir dari pelipisnya, dan dunia seolah berhenti berputar. Di tengah kekacauan itu, hanya satu nama yang terlintas di benaknya: ibu...

“Jadi... inilah akhir hidupku,” batin Ha Young, suara hatinya lirih di tengah dentuman takdir yang tak bisa ia hindari. “Sudah sejak lama aku ingin tahu... ternyata jawabannya begitu dekat.” Air matanya mengalir pelan, membasahi pipi yang mulai kehilangan warna. Ia memejamkan mata, membiarkan kenangan terakhir berputar seperti film usang tawa masa kecil, pelukan hangat, malam-malam penuh harapan. Ternyata hidupnya... sesingkat itu.

Yang paling menyakitkan bukanlah luka di tubuhnya, melainkan jarak yang tak pernah terjembatani antara dirinya dan sang ibu. Ia belum sempat bertemu, belum sempat berkata bahwa ia merindukannya setiap hari. Ia pernah mengira akan mati di tangan ayahnya, tapi ternyata bukan itu akhir ceritanya. Dugaan itu salah. Dan kini, di ambang batas antara hidup dan mati, satu harapan terakhir menggantung di dadanya yang sesak: Semoga ini belum benar-benar akhir. Semoga aku masih punya waktu... walau hanya sedikit.

Jae Wan berdiri di ruang kendali, dibantu rekan-rekan polisinya untuk melacak posisi Ha Young. Ketegangan memuncak saat suara dentuman keras terdengar jelas dari ponselnya bukan dari luar, tapi dari seberang sambungan telepon. Ia memanggil-manggil nama Ha Young, namun tak ada lagi suara yang menjawab. Hanya sunyi yang tersisa.

“Lokasinya... tepat di depan kantor kita,” ujar salah satu polisi yang berhasil melacak sinyal terakhir Ha Young.

Belum sempat Jae Wan bereaksi, seorang petugas berlari masuk dengan napas terengah. “Ada kecelakaan di luar sana!”

Jae Wan langsung berlari keluar, jantungnya berpacu lebih cepat dari langkahnya. Di depan gerbang kantor polisi, kerumunan warga sudah memenuhi jalan. Suara panik, jeritan, dan bisikan mengisi udara. Ia menerobos keramaian, matanya menyapu lokasi kejadian hingga akhirnya berhenti pada tubuh seorang gadis yang tergeletak di jalan, darah mengalir dari balik tubuhnya.

“Ji Soo-ya... Lee Ji Soo!” seru Jae Wan, suaranya pecah oleh kepanikan. Ia berlutut di samping Ji Soo, mencoba menyadarkannya. Tangannya meraba pergelangan tangan gadis itu, namun denyutnya nyaris tak terasa. Wajah Jae Wan memucat. Ia segera menghubungi ambulans, suaranya gemetar saat menyebut lokasi.

“Ya ampun... bukankah itu Jung Ha Young?” ujar salah seorang warga, menunjuk ke arah mobil yang berasap.

Jae Wan menoleh, tubuhnya seketika membeku. Ia melepaskan Ji Soo dan berlari ke arah mobil yang ringsek, kaca depannya pecah, dan asap tipis mengepul dari kap mesin. Di antara pecahan kaca, ia melihat Ha Young tergeletak, wajahnya penuh luka, tubuhnya tak bergerak.

“Ha Young-ssi!” teriaknya, suaranya nyaris tak terdengar oleh kerumunan. Ia berlari, berlutut di samping mobil, mencoba membuka pintu yang sudah penyok. Tangannya gemetar saat menyentuh wajah Ha Young yang dingin dan berlumuran darah. Ia tak sadarkan diri.

Dengan bantuan beberapa petugas, Jae Wan berhasil membuka pintu mobil yang ringsek. Tanpa ragu, ia menggendong tubuh Ha Young yang tak sadarkan diri, penuh luka dan darah, keluar dari kendaraan yang masih mengeluarkan asap tipis. Ia meletakkannya perlahan di pangkuannya, seolah takut menyakitinya lebih jauh.

“Ha Young-ssi…” panggilnya dengan suara yang nyaris pecah. Matanya menatap wajah gadis itu yang dipenuhi luka, dan tangannya meraba pergelangan tangan Ha Young, mencari denyut nadi yang hampir tak terasa. Ketika ia menyadari betapa lemah detaknya, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.

“Mianhae… mianhae, Ha Young-ssi… karena aku tidak bisa melindungimu,” bisiknya, penuh penyesalan. Hatinya hancur melihat gadis yang selama ini ia jaga dari jauh kini terbaring tak berdaya di pelukannya. Ia ingin memeluknya erat, menangis sekeras-kerasnya, namun ia menahan diri. Ia tahu status Ha Young sebagai artis, dan kerumunan sudah mulai berdatangan. Ia tak ingin membuatnya menjadi bahan sorotan.

Dua ambulans tiba, membawa Ha Young dan Ji Soo ke rumah sakit. Jae Wan hanya berdiri diam, menatap kepergian kendaraan itu dengan wajah pucat dan tubuh gemetar. Tangannya masih berlumuran darah, dan ia memandangi jemarinya seolah tak percaya bahwa ia baru saja menyentuh dua tubuh yang hampir kehilangan nyawa.

Ia masuk ke dalam mobilnya, dan di sana, tangisnya pecah. Ia menangis sejadi-jadinya, membiarkan semua rasa bersalah dan ketakutan mengalir keluar. Andai saja aku lebih cepat... andai saja aku bisa mencegahnya, pikirnya. Hari itu, ia menyaksikan dua gadis yang ia kenal, namun Ha Young adalah gadis yang mulai ia sayangi tergeletak dalam kondisi mengenaskan dan Jae Wan tak mampu berbuat apa-apa.

Kota Seoul gempar. Berita tentang kecelakaan yang menimpa Jung Ha Young menyebar cepat di seluruh stasiun televisi dan media sosial. Para penggemarnya berduka, begitu pula Yeo Jin dan Eunjung yang tak kuasa menahan tangis saat mendengar kabar tersebut.

Di tempat lain, CEO Jung terpukul mendengar kondisi putri semata wayangnya. Ia tak bisa menyembunyikan kecemasan dan kegelisahannya. Dengan suara gemetar, ia memerintahkan Sekretaris Lee untuk segera mendatangkan tim dokter terbaik dari luar negeri. Ia akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan nyawa Ha Young. Tak ada lagi yang bisa disangkal ia sangat menyayangi putrinya, dan kini, ia takut kehilangan satu-satunya cahaya dalam hidupnya.

Di ruang gawat darurat rumah sakit pusat Seoul, suasana begitu tegang. Lampu-lampu menyilaukan, suara langkah cepat para dokter dan perawat bergema di lorong. Dua ranjang darurat didorong masuk bersamaan di atasnya, Ji Soo dan Ha Young terbaring tak sadarkan diri, tubuh mereka dipenuhi luka dan darah.

Jae Wan tiba tak lama setelah ambulans. Napasnya masih terengah, wajahnya pucat, dan matanya tak lepas dari tubuh Ha Young yang segera dibawa ke ruang operasi. Ia ingin menyusul, tapi seorang perawat menahannya. “Maaf, Anda tidak bisa masuk. Kami sedang berusaha menyelamatkan nyawanya.”

Ia hanya mengangguk, lalu berbalik dan melihat Ji Soo yang juga sedang ditangani. Hatinya terbelah. Dua gadis yang ia sayangi kini berada di ambang hidup dan mati, dan ia tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu.

Di ruang tunggu, CEO Jung tiba dengan ekspresi panik. Sekretaris Lee menyusul di belakangnya, membawa berkas dan daftar dokter spesialis dari luar negeri. “Pastikan semuanya siap. Aku tidak peduli berapa biayanya. Selamatkan putriku,” ujar CEO Jung dengan suara bergetar.

Sementara itu, berita tentang kecelakaan Ha Young terus menyebar. Rumah sakit dipenuhi wartawan, penggemar, dan kerabat yang datang dengan wajah cemas. Yeo Jin dan Eunjung tiba dengan mata sembab, tak percaya bahwa sahabat mereka kini terbaring kritis.

Jae Wan duduk di sudut ruang tunggu, tangannya masih berlumuran darah yang sudah mengering. Ia menatap kosong ke lantai, tubuhnya gemetar. Andai aku lebih cepat… andai aku bisa melindungi mereka… pikirnya. Malam itu, rasa bersalah menjadi satu-satunya hal yang menemaninya.

1
knovitriana
update Thor, saling support
Xia Lily3056
Gemesin banget si tokoh utamanya.
Muhammad Fatih
Membuat terkesan
🥔Potato of evil✨
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!