NovelToon NovelToon
Gadis Tengil Anak Konglomerat

Gadis Tengil Anak Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rosseroo

Seorang gadis remaja yang kini duduk di bangku menengah atas. Ia bernama Rona Rosalie putri bungsu dari Aris Ronaldy seorang presdir di sebuah perusahaan ternama. Rona memiliki seorang kakak lelaki yang kini sedang mengenyam pendidikan S1 nya di Singapore. Dia adalah anak piatu, ibunya bernama Rosalie telah meninggal saat melahirkan dirinya.

Rona terkenal karena kecantikan dan kepintarannya, namun ia juga gadis yang nakal. Karena kenakalan nya, sang ayah sering mendapatkan surat peringatan dari sekolah sang putri. Kenakalan Rona, dikarenakan ia sering merasa kesepian dan kurang figur seorang ibu, hanya ada neneknya yang selalu menemaninya.

Rona hanya memiliki tiga orang teman, dan satu sahabat lelaki somplak bernama Samudra, dan biasa di panggil Sam. Mereka berdua sering bertengkar, namun mudah untuk akur kembali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosseroo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meminta bantuan Samudra

Raymond melangkah dengan tegap menuju ruang BP. Pintu diketuknya dua kali sebelum ia masuk. Di dalam, Rona sudah duduk dengan wajah datar, sementara Steve tampak menahan perih pada bibirnya yang pecah.

Pak Ruben, sang guru BP, langsung berdiri menyambut.

“ Pak Raymond, terima kasih sudah datang. Kejadian ini… cukup rumit.”

Ia lalu menjelaskan secara detail. Bagaimana Rona masuk ke kelas Steve tanpa banyak bicara dan langsung memukul wajahnya hingga berdarah. Beberapa saksi dari kelas Steve pun sudah memberikan laporan yang sama.

“Ananda Rona memang punya alasan. Tapi alasan itu… tidak ada bukti kuatnya. Saya tak bisa menindak hanya berdasarkan dugaan. Dan jujur, saya pun merasa tidak enak harus berkali-kali memanggil wali ananda Rona. Apalagi, semua tahu siapa Pak Aris di sekolah ini.” terang pak Ruben.

Raymond hanya mengangguk kecil, menahan diri untuk tidak menyela.

“Karena Rona sedang mempersiapkan simulasi soal Olimpiade Matematika minggu depan, saya tidak akan memberi sanksi berat seperti skorsing. Tapi tetap ada konsekuensi. Ananda Rona, akan membersihkan toilet putri selama tiga hari berturut-turut.”

Rona menelan ludah, menahan amarahnya. Raymond menghela napas panjang.

Pertemuan selesai. Begitu mereka keluar, Raymond menoleh tajam pada Steve yang masih berdiri di koridor.

“Aku tahu adikku tidak mungkin melakukan itu kalau tidak kau dahului dulu. Jadi jangan merasa paling benar di sini!”

Steve hanya terdiam, tidak membalas sepatah kata pun, hanya menunduk lalu menatap Raymond. "Aku sungguh tidak tahu dengan apa yang Rona katakan kak Ray." mencoba membela diri.

Raymond kesal, lalu berjalan meninggalkan Steve dan mendampingi adiknya. Saat sampai di depan kelas Rona, ia menepuk bahu adiknya pelan.

“Sekarang jelaskan pada kakak, sebenarnya ada apa?”

Rona menggigit bibir, lalu pelan-pelan menceritakan semuanya. Bagaimana Steve tiba-tiba memberi boneka beruang pink, karena enggan, ia lalu memberikannya kepada Mely tanpa tahu ada sesuatu di dalamnya. Setelah itu muncul panggilan dari nomor privat, dengan suara yang sangat mirip Steve, yang menyuruh agar boneka itu seharusnya diletakkan di kamar Rona.

“Itu yang bikin aku curiga, Kak. Seolah ada yang tidak beres. Seolah boneka itu dipakai buat ngawasin aku.”

Mata Raymond mengeras, ekspresinya dingin.

“Anak itu semakin menjadi jadi. Kakak percaya padamu. Tapi Steve anak orang penting. Kalau kita mau melawan, kita butuh bukti dan dukungan lebih kuat. Kakak janji akan cari cara.”

"Dulu ada CCTV, saat steve mau mencoba cium aku, lalu aku jedotin mukanya ke tembok. Tapi, entah masih ada atau tidak. Takut nya sudah di hilangkan." Rona meremas kedua tangan nya.

"Kamu tenang ya, nanti kakak akan cari cara."

Rona mengangguk, masih menahan emosi. Ia harus bersabar jika ingin menjatuhkan Steve.

Sore itu sekolah sudah sepi. Hanya suara langkah siswa yang pulang satu per satu terdengar di koridor. Di dalam toilet perempuan yang kini kosong, Rona berdiri dengan seragam yang sudah sedikit kusut. Tangannya sibuk menggosok lantai dengan sikat panjang, sementara ember berisi air sabun berada di sampingnya. Wajahnya serius, meski dalam hati ia masih merasa kesal.

Pintu toilet berderit pelan, membuat Rona menoleh.

“Rona?” panggil Samudera dengan suara lembut.

Rona menghela napas kecil saat melihat Samudra berdiri di ambang pintu dengan tas olahraga masih tersampir di punggung.

“Ngapain kamu ke sini? Kan latihan basket lagi padat.”

Samudra melangkah masuk, menaruh tasnya “Latihan sudah selesai. Aku dengar kamu dapat hukuman. Aku nggak bisa diam aja.”

Samudra meraih sikat cadangan yang tergeletak di pojok, lalu jongkok di sebelah Rona, ikut menggosok lantai. Rona menatapnya dengan heran.

“Hei… ini hukumanku, bukan hukumanmu.”

Samudra tersenyum tipis “Kalau pacarku kena hukuman, berarti aku juga kena dampaknya. Jadi biar kita tanggung bareng.”

Rona menunduk, senyum tipis terselip walau matanya masih sembab. Samudra berhenti sebentar, menatapnya serius.

“Sekarang, jelasin. Kenapa pacar aku bisa dihukum gini? Beberapa hari terakhir aku sibuk latihan, jadi nggak tahu apa yang terjadi sama kamu. Maaf ya.”

Rona menghela napas panjang, meletakkan sikatnya.

“Aku nggak tahan, Sam. Steve itu keterlaluan. Dia kasih boneka aneh, dan memaksa aku buat nerima. Ternyata boneka itu ada kameranya. Aku sempat kasih ke Mely, tapi setelah dapat telepon misterius, aku makin yakin ada niat buruk. Aku marah, aku langsung mukul dia di kelas. Dan… akhirnya aku yang disalahin.”

Samudra terdiam beberapa detik, menahan emosi yang mulai naik. Rahangnya mengeras.

“Dia sudah kelewatan. Kalau benar ada kamera… itu bisa jadi masalah besar. Kamu nggak salah, Rona. Aku nyesel nggak ada di samping kamu waktu itu.”

“Tapi semua orang lihatnya aku yang kasar. Bukti nggak ada, Sam…” lirihnya.

Samudra menyentuh tangan Rona lembut “Tenang. Kamu nggak sendirian. Aku, dan sekarang juga kakakmu, kita akan cari cara. Steve nggak bisa seenaknya kayak gini.”

Rona menatap Samudra, hatinya sedikit hangat meski beban belum hilang. Ia tahu, setidaknya masih ada orang yang mau membersihkan lantai kotor bersamanya, dan berdiri di sisinya saat semua orang meragukannya.

***

Malam itu sebuah kafe kecil di sudut kota tampak lengang. Lampu gantung berwarna kuning hangat menciptakan suasana tenang, berbeda jauh dengan riuhnya siang tadi. Raymond sudah duduk di pojok, mengenakan kemeja hitam sederhana. Di depannya ada secangkir kopi yang uapnya mulai dingin.

Pintu kafe terbuka, Samudra masuk dengan hoodie abu-abu dan rambutnya masih basah habis mandi setelah latihan basket. Ia menoleh, menemukan Raymond, lalu segera menghampiri.

“Kak, ada apa sampai ngajak ketemu malam-malam gini? Suaranya di telepon tadi serius banget.”

Raymond menegakkan tubuh “Duduk dulu. Ada hal penting yang harus kita bicarakan. Ini soal Steve… dan juga ayahnya.”

Samudra menarik kursi, duduk dengan dahi berkerut. Raymond menatapnya tajam, seolah ingin memastikan Samudra benar-benar siap mendengar.

“Aku tahu adikku nggak mungkin nekat mukul kalau nggak ada alasan. Dan aku percaya penuh sama Rona. Karena itu aku sudah mulai bergerak. Ada beberapa orang yang kubayar untuk mengawasi Steve dan gerak-gerik keluarganya. Mata-mata ini sudah kasih aku beberapa informasi kecil… tapi belum cukup untuk menjatuhkan mereka.”

Samudra mengepalkan tangan di atas meja. “Maksud kakak… Steve memang punya niat buruk?”

Raymond mengangguk pelan “Iya. Dan ayahnya… lebih berbahaya. Dia punya koneksi luas, apalagi posisinya sebagai walikota. Jadi kalau kita melawan tanpa rencana matang, yang kena habis duluan justru Rona.”

Hening sejenak. Suara musik jazz pelan dari pengeras suara kafe menjadi latar.

“Jadi… kakak butuh aku untuk apa?”

Raymond mencondongkan tubuh “Kamu orang yang paling dekat dengan Rona. Aku butuh kamu jadi backing, bukan cuma untuk jaga dia, tapi juga kalau sewaktu-waktu aku harus bergerak lebih jauh. Aku butuh orang yang bisa dipercaya penuh. Kamu berani?”

Samudra menatap Raymond dengan serius. Matanya berkilat menahan amarah.

“Kalau ini soal Rona, aku nggak akan mundur. Katakan saja apa yang harus kulakukan.”

Raymond menghela napas, lalu menatap ke luar jendela, ke arah jalanan malam yang sepi.

“Bagus. Mulai besok, kita harus sama-sama buka mata. Boneka itu hanya pintu masuk. Aku yakin ada hal yang lebih besar di baliknya. Dan kalau benar ada bukti kuat, kita akan gunakan itu untuk menjatuhkan Steve sekaligus ayahnya.”

Samudra mengangguk mantap. Di antara kepulan asap kopi yang hampir habis, kesepakatan malam itu terasa seperti awal dari sebuah perang kecil yang harus mereka menangkan demi Rona.

~ Haii readers, mampir juga ke karya teman ku yuk 🥰👇

Judul : Accidentally Yours

Author : Mutia Kim

Menceritakan tentang kisah seorang dokter perempuan yang tiba-tiba di datangi oleh seorang pria yang mengatakan bahwa dirinya harus mau menikah dengan pria tersebut karena sebuah perjanjian perjodohan yang di buat oleh sesepuh mereka.

~Mau tahu keseruannya, yuk buruan mampir 🤗

1
Nurika Hikmawati
wkwkwk... aku ngakak sih di part ini
Nurika Hikmawati
prikitiw... kiw kiw
Nurika Hikmawati
ya ampun... kamu ditembak sam Ron. panah asmara sdh meluncur 😍
Nurika Hikmawati
knp dicegah sih sam... erina udh keterlaluan. harusnya biarin aja
Nurika Hikmawati
ini udh parah sih. knp harus bawa2 ibunya rona yg almarhum. perlu dibejek mulutnya
Nurika Hikmawati
kalau begini kamu memang mau pgn cari masalah sm rona aja kan?
Drezzlle
ogeb Rona, Dia itu sayang Ama lu
Peka dikit
Drezzlle
Nah bagus Rona hajar aja
Drezzlle
ih mulutnya, dengki banget sih
Dewi Ink
wah parah, dipasang kamera , gila tu bocah steve/Curse/
Dewi Ink
betuul, kan Meraka udah mulai dewasa biar nanti pas waktunya gak kaget 🤣🤣
Dewi Ink
rona anaknya sanguin ya, ga malu ngaku sama neneknya.. yawis atuh sama2 sukaa si😍
mama Al
wah ada Risma

terimakasih sudah di promosikan
mama Al
suiiit suuiit ada yang jadian
mama Al
samudra; aku tulus rona
mama Al
jangan gitu Erina, kamu layak dapat yang lebih dari dua pria itu.
Mutia Kim🍑
Wah bahaya si Steve malah naruh CCTV di boneka itu
Rosse Roo: emang, rada2 si diaaa🤧
total 1 replies
Mutia Kim🍑
Omoo omooo ternyata sudah lama dijodohkan🤭
Mutia Kim🍑
Cie yg mengakui juga perasaannya, langgeng terus ya kalian/Kiss/
🌹Widianingsih,💐♥️
Sabar Sam, kamu harus berjuang menundukkan hati dan egonya yang keras kepala....nanti lama-lama juga Rona akan luluh dan menerima mu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!