NovelToon NovelToon
Pelakor Mencari Keadilan

Pelakor Mencari Keadilan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Masuk ke dalam novel / POV Pelakor / Transmigrasi / Healing / Chicklit
Popularitas:663
Nilai: 5
Nama Author: Aulia Z.N

Aura, seorang penulis amatir dari keluarga miskin, terjebak dalam novel ciptaannya sendiri. Ia bangun di tubuh Aurora, selingkuhan jahat dari cerita Penderitaan Seorang Wanita. Padahal, dalam draf aslinya Aurora direncanakan mati tragis karena HIV, sementara sang istri sah, Siti, hidup bahagia bersama second male lead. Kini, Aura harus memutar otak untuk melawan alur yang sudah ia tulis sendiri, atau ikut binasa di ending yang ia ciptakan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia Z.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabar Baik, Kabar Buruk

Mobil hitam Aditya akhirnya berhenti di depan sebuah rumah besar yang menjulang megah, berdiri angkuh di kawasan elit dengan arsitektur modern minimalis. Cahaya lampu taman yang tertata rapi memantul di dinding kaca rumah itu, membuatnya tampak semakin berkelas dan menonjol dibanding bangunan lain di sekitarnya. Pagar besi otomatis perlahan terbuka, memperlihatkan halaman luas yang ditumbuhi tanaman hias mahal.

Aditya menatap rumah itu sekilas. Wajahnya tetap datar, seolah tidak terpengaruh, namun matanya sempat memantulkan kekaguman yang berusaha keras ia sembunyikan. Jemarinya yang masih mencengkeram kemudi menegang sejenak.

'Benar-benar gundik premium. Ibunya pasti sudah berhasil mendapatkan pria kaya sekelas pejabat atau konglomerat. Yah… kawasan ini memang kawasan orang-orang kelas atas seperti itu,' batin Aditya, menyimpan getirnya dalam hati.

"Terima kasih banyak sudah mengantarku pulang," ucap Aurora tiba-tiba, berusaha membuka pintu mobil.

Namun tangan Aditya lebih cepat bergerak. Dengan tegas ia menahan pintu dari sisi pengemudi. Gerakannya refleks, penuh kewaspadaan. Tanpa banyak bicara, ia segera keluar dari mobil, langkah kakinya teratur tapi cepat, lalu berputar ke sisi penumpang. Dengan raut serius bercampur sopan, Aditya membukakan pintu mobil untuk Aurora. "Biar aku yang membukanya! Silakan keluar, tuan putri."

Aurora menatapnya dengan bingung. Ia melangkah turun, namun tatapannya penuh tanda tanya. Bibirnya melengkung dalam senyum sinis. "Tuan putri? Rasanya aneh dipanggil seperti itu, padahal sebelumnya aku dipanggil anak pelakor." Senyumnya makin melebar, nada suaranya penuh ejekan. "Apa karena kau terkejut melihat rumah ibuku? Jadi kau berpikir aku mungkin memang hanya anak pelakor murahan. Tapi aku tetap tuan putri dari seorang selir."

Aditya menahan ekspresi wajahnya, kemudian terkekeh kecil, seakan tidak terusik oleh sindiran Aurora. "Ini hanya candaan saja. Kita sudah menjadi teman, kan?"

Aurora sedikit membuang muka, pura-pura cemberut. "Hmph! Rakyat jelata seperti dirimu tidak pantas menjadi temanku!" Namun setelah itu ia terdiam. Pandangannya lurus ke depan, meski batinnya bergolak. 'Cocoknya menjadi sepasang suami istri saja,' batin Aurora, cepat-cepat menepis senyum yang nyaris muncul.

Aditya menarik napas sejenak, lalu menurunkan intonasi suaranya dengan nada kecewa yang jelas dipaksakan. "Sayang sekali. Padahal tadinya aku ingin meminta nomor teleponmu."

Aurora sontak berbalik, nyaris tanpa pikir panjang. Ia merogoh saku, mengeluarkan ponselnya, lalu menyodorkannya langsung ke tangan Aditya. "Ini nomor teleponku. Silakan simpan di nomor kontakmu!"

Aditya sempat terdiam sepersekian detik. Matanya menyipit sedikit, seolah tidak menyangka Aurora akan menyerahkan ponselnya begitu cepat.

'Ternyata dia mau?' batinnya. Dengan tenang, ia mengetik nomornya ke ponsel Aurora dan menyimpannya. "Ini, terima kasih." Ia mengembalikan ponsel itu pada Aurora dengan ekspresi netral.

Aurora menerima ponselnya dengan senyum penuh harap. Jari-jarinya menggenggam erat ponsel itu, menunggu notifikasi masuk. Namun beberapa detik berlalu, layar tetap kosong. Aurora mengerutkan kening, lalu menoleh dengan kesal. "Ayo cepat kirim pesan! Aku juga mau menyimpan nomormu!"

Tatapannya yang tajam menusuk Aditya, namun lelaki itu hanya menahan tawa, jelas tengah menikmati reaksinya. "Maaf, maaf." Aditya akhirnya mengetik cepat di ponselnya: Ini nomor teleponku.

Notifikasi berbunyi, Aurora tersenyum puas. "Terima kasih, kita sudah jadi teman sekarang. Karena kita teman, artinya aku boleh menghubungimu tiap malam untuk membahas hal random, kan?" Suaranya nakal, matanya menyala penuh antusias.

Aditya mengangkat sebelah alisnya, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Boleh saja. Tapi bergadang itu tidak baik untuk kesehatan."

Aurora mendengus. "Tapi kalau siang, kau pasti akan sibuk sampai tidak sempat membalas pesanku."

Aditya kembali terkekeh, ringan namun dalam. "Aku akan usahakan membalasnya saat senggang." Pandangannya lalu kembali menoleh ke arah rumah Aurora. Tatapannya memberi kode halus. "Sudah malam, cepat masuk ke rumah! Udara mulai dingin di luar sini. Nanti kau bisa terserang demam."

"Baiklah, sampai jumpa pak pengacara!" Aurora melambaikan tangan sambil melangkah menuju pagar rumah yang langsung dibukakan satpam dengan sigap. Senyum penuh kemenangan masih menghiasi wajahnya.

Aditya hanya mengangkat tangannya sebagai balasan, senyum tipis tergambar samar di wajahnya. Namun ketika Aurora benar-benar sudah masuk, senyum itu lenyap seketika.

Ia kembali masuk ke mobil, menutup pintu dengan sedikit lebih keras daripada biasanya. Di balik kaca mobil, wajahnya menegang. Kedua tangannya mencengkeram kemudi erat, urat-urat di punggung tangannya menonjol. Pandangannya tajam menusuk ke jalanan kosong di depan.

'Aurora… kenapa memanggilku pak pengacara? Kenapa tidak langsung memanggil namaku saja?'

---

Aurora mendorong perlahan pintu besar rumah itu. Engsel pintu berdecit halus, menambah kesan mewah sekaligus menyeramkan dalam hening malam. Begitu pintu terbuka penuh, cahaya hangat dari dalam rumah menyambutnya, kontras dengan hawa dingin pekat di luar.

Tidak butuh waktu lama, langkah tergesa terdengar mendekat. Dari balik cahaya lampu kristal yang berkilauan, muncul seorang wanita paruh baya dengan paras yang masih awet muda, seolah usia tidak pernah mampu merenggut kecantikannya. Wanita itu berlari kecil dengan wajah sumringah, senyum lebarnya nyaris menutupi rasa lelah yang mengendap di balik matanya.

"Aurora sayang! Anak mommy sudah pulang!" seru Mulyani penuh semangat, tangannya langsung meraih putrinya dalam pelukan erat. Aroma parfum mahal tercium kuat, melingkupi Aurora dengan sensasi manis yang justru terasa menyesakkan dada.

Beberapa menit berlalu, pelukan itu perlahan terlepas. Mulyani segera menggenggam tangan Aurora, matanya berbinar penuh kebanggaan, lalu menarik putrinya menuju sofa panjang yang empuk. "Ayo duduk dulu! Ceritakan pada mommy bagaimana perkembanganmu dengan pak Suryo!"

Aurora duduk anggun di samping Mulyani. Gerak tubuhnya terlihat tenang, namun dalam sorot matanya tersembunyi api lain. Dingin, tajam, penuh kalkulasi. Senyum tipisnya terukir, seolah ia sedang memainkan peran dalam panggung drama yang harus dikuasai dengan sempurna.

"Mommy, kau ingin mendengar kabar buruk dulu atau kabar gembira dulu?" ucap Aurora dengan nada lembut namun penuh misteri.

Mulyani terdiam sepersekian detik. Kedipan matanya menandakan rasa penasaran bercampur ketakutan. Namun ia segera memilih tersenyum cerah, menutupi bayangan cemas itu. "Tentu saja kabar baik lebih dulu! Mommy tidak suka mendengar kabar buruk."

Aurora menarik napas panjang, seolah sedang mempersiapkan diri untuk mengucapkan sesuatu yang berat. Tangannya bertaut di pangkuan, bibirnya melengkung dalam senyum tipis yang dibuat-buat. "Baiklah. Aku akan katakan kabar baiknya."

Ia menegakkan tubuh, sorot matanya menajam, nada suaranya berubah lebih hidup. Penuh semangat yang jelas dibuat seolah alami. "Aku sedang berusaha membuat Siti meninggalkan suaminya. Bahkan aku sudah menemukan pengacara untuk membantu proses perceraian mereka."

Wajah Mulyani sontak berubah cerah. Senyum lebar merekah, matanya berbinar penuh kebanggaan seolah mendengar kabar tentang piala emas yang berhasil dibawa pulang putrinya. "Benarkah itu, Nak?" suaranya terdengar hampir bergetar karena terlalu gembira. "Anak mommy memang hebat! Mommy tidak sabar menunggumu menikah dengan pak Suryo yang konglomerat itu!"

Namun ekspresi Aurora segera meredup. Senyumnya memudar perlahan, digantikan bayangan murung yang semakin pekat. Nadanya mendadak berat, seolah ada beban besar yang hendak ia jatuhkan. "Nah, justru ini kabar buruknya."

Mulyani langsung mengerutkan dahi, senyum bahagianya memudar dalam sekejap. Kecemasan yang tadi sempat ia tolak kini kembali mencuat. "Apa kabar buruknya, sayang?" tanyanya dengan suara yang lebih hati-hati, hampir bergetar.

Aurora menunduk, tangannya terulur memegang jemari ibunya erat, seakan ingin mencari kekuatan dari sentuhan itu. Namun sorot matanya justru penuh kepasrahan dan kepedihan yang ia ciptakan sendiri. Dengan suara lirih bercampur rengekan, ia berkata, "Mommy... Pak Suryo ternyata tertular penyakit HIV. Jadi sepertinya aku akan memutuskan hubungan dengannya."

Sejenak waktu seakan berhenti. Detak jam dinding terdengar lebih keras dari biasanya, menusuk telinga dengan ritme lambat yang mencekam.

"Apa?!" teriak Mulyani akhirnya, tubuhnya sontak berdiri dari sofa. Wajahnya pucat, matanya membesar tak percaya, menatap Aurora seolah baru saja mendengar kabar kiamat. Napasnya memburu, jemarinya gemetar, dan untuk pertama kalinya senyum penuh kemenangan itu benar-benar runtuh dari wajahnya.

1
Messan Reinafa
karma berlaku yaa ciin
Messan Reinafa
duh..duh...bau-bau pelakor ga tau diri
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
jangan bilang jika istri mu yang kenal penyakit HIV 🗿
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
😭😭😭tiba tiba di tampar
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
ku kira dia tokoh benerann 😭
👑Chaotic Devil Queen👑: Selamat! Anda bukan satu-satunya orang yang kena tipu😭🤣
total 1 replies
erika eka putri pradipta(ACDD)
dasar pelakor,rasain emang enak🤣🤣🤣
erika eka putri pradipta(ACDD)
dasar pelakor
erika eka putri pradipta(ACDD)
paling benci dengan orang yang kejam seperti aurora
Oksy_K
releted bgt, ikut trend pasar tapi feel nya gak dapet, gk ikut trend duitnya yg gak dapet🥲😂
Oksy_K: sabar ya kak, kita sama🤣
total 4 replies
karena orang-orang senang liat orang susah 🤭
👑Chaotic Devil Queen👑: Lebih ke... merasa relate aja gak sih🗿

makanya kebanyakan yang bikin dan baca itu ibu rumah tangga karena relate🗿
total 1 replies
Quinnela Estesa
nama tokoh utama aja yang keren. nama tokoh lain B aja. Siti apaan deh🤣 coba namanya lebih bagus lagi
👑Chaotic Devil Queen👑: Kan disesuaikan sama gennya zheyenk😭🤣

Siti dan yang lainnya itu gen milenial ke atas. Mereka di usia bapak-bapak, ibu-ibu. Yang gen-Z cuma MC doang. Makanya namanya estetik sendiri😭🤣
total 1 replies
Rezkaya Retnoyevich
Jir, kena plot twist ane, ku kira dia tokoh beneran. Ternyata cuma karakter novel yg MC bikin /Facepalm/
👑Chaotic Devil Queen👑: Wah siapa sangka😭🤣
total 1 replies
Rezkaya Retnoyevich
Tipikal wanita yang tidak aku sukai, berharap agar kita gak pernah bertemu dengan orang semacam ini di kehidupan nyata 😤
👑Chaotic Devil Queen👑: Iya gess... semoga dipertemukan wanita baik-baik yang mau menemani saat susah, gak cuma senengnya doang😭🙏
total 1 replies
Adifa
kok bisa di katakan wanita bodoh??😭
👑Chaotic Devil Queen👑: NPD juga bisa atau DPD. Dia terlalu percaya diri dan gak mandiri 🗿
total 3 replies
Jhony Can Cook
bagus kok
👑Chaotic Devil Queen👑: Terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!