Delia Aurelie Gionardo hanya ingin mengakhiri pernikahan kontraknya dengan Devano Alessandro Henderson. Setelah satu tahun penuh sandiwara, ia datang membawa surat cerai untuk memutus semua ikatan.
Namun malam yang seharusnya menjadi perpisahan berubah jadi titik balik. Devano yang biasanya dingin mendadak kehilangan kendali, membuat Delia terjebak dalam situasi yang tak pernah ia bayangkan.
Sejak malam itu, hidup Delia berubah arah—antara rasa ingin bebas dan kenyataan bahwa Devano tak pernah benar-benar rela melepaskannya. Cinta, luka, dan rahasia yang terkuak perlahan justru menyeret Delia kembali ke sisi pria yang seharusnya ia tinggalkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBMS - Bab 34 Wajah Asli Giselle
Semalaman Dev tak tidur.. Ia mengetuk pintu kamar Delia berusaha untuk menjelaskan, tapi Delia tak merespon.
"Del, berikan aku kesempatan untuk bicara, sebentar saja," pinta Dev, ia sungguh-sungguh memohon pada Delia kali ini.
Dev sungguh tak mau kehilangan Delia lagi. baru saja ia nyaris merengkuh kebahagiaannya, tapi Giselle lebih dulu menghancurkannya.
Ia terus menunggu, berharap Delia akan mau membuka pintu dan menemuinya. Tapi justru suara dari dalam kamar membuatnya bergetar nyaris menyerah.
"Tidak Dev.. Ini sudah malam, aku butuh istirahat, pergilah.." ucap Delia pelan.
Tak ada yang tau, jika setelah melontarkan ucapan itu, Delia kembali menangis. Ia sungguh ingin percaya dan berharap apa yang terjadi hanyalah sebuah kesalahpahaman. Tapi bukti itu ia lihat sendiri, dan Dev juga sudah mengakuinya, jadi apa lagi yang harus ia percayai, jika pria yang ia pikir tengah memperjuangkannya, nyatanya cintanya tak pernah hadir hanya untuknya.
Dev menahan tangannya yang nyaris mengetuk pintu ketika mendengar penolakan dari Delia. Tangannya meremas kuat menahan segala rasa bersalah didadanya.
Kini seolah satu persatu karma tengah mendatanginya. Dulu ia selalu saja menuduh Delia dengan tuduhan yang tidak mendasar, sekarang ia akhirnya tau bagaimana rasanya disudutkan.
***
Pagi ini Dev sudah rapi dengan pakaian formalnya. Ia tak akan ke kantor, melainkan akan menemui Giselle dan meminta wanita itu untuk jujur. Jika perlu Dev akan menyeretnya sendiri, ia tak akan membiarkan Giselle bermain diatas kehancuran keluarganya.
Dev segera melangkah keluar dari kamarnya, ia menatap kilas pintu kamar Delia. Sekali lagi ia mencoba mendekatinya.
Cklek. Pintu tak terkunci, tapi Delia juga tak ada didalam.
"Dimana dia?" gumam Dev khawatir.
Ia sungguh tak mau Delia pergi, ia tak ingin kehilangan Delia untuk kedua kalinya. Karena Dev tak akan sanggup jika harus ditinggalkan kembali.
Dev segera turun, mencari keberadaan Delia. Hingga langkah lebarnya terhenti di pintu dapur.
Ia menatap ke dalam keruangan itu sebelum melangkah lebih dekat. Wanita yang ia cari tampak tengah sibuk disana. Ia tengah menyiapkan dua gelas teh hangat pagi ini.
Begitu Dev melangkah masuk, dua pelayan yang ada disana langsung tegang. Dengan kode lirikan mata Dev, meka langsung keluar tanpa bersuara.
Menyisakan Dev yang kini berdiri tepat dibelakang Delia.
"Bi.. Tolong minta gul.. Akh! Dev?!" Delia kaget, begitu berbalik tiba-tiba saja Dev sudah ada dibelakangnya.
"Dev apa yang kamu lakukan disini?!" tanya Delia panik, matanya menatap cemas ke sekitar. Takut jika mereka akan kembali terpergok dengan posisi seperti ini.
Dev hanya diam dan menatapnya dalam. hingga detik berikutnya, tanpa aba-aba Dev langsung merengkuh pinggang Delia dan dan menurunkan wajahnya mencium bibir Delia dengan kasar.
"Eumph..!" Delia spontan mendelik dan mencoba memberontak. Ia langsung memukuli dada Dev berulang kali, tapi tangan Dev dengan cepat menahan pergelangannya.
Delia tak mampu lagi memberontak, tenaga Dev terlalu kuat untuknya.
"Umh, lepaskan Dev.. Umh..." pekik Delia disela ciumannya.
Tapi Dev tak mau mendengarkannya. Ia terus menekan ciumannya hingga nyaris membuat Delia kehabisan nafas.
Dev hanya ingin memastikan jika Delia akan tetap ada disana, benar-benar tidak akan pergi lagi dan kembali untuknya. Ia benar-benar sangat takut jika Delia akan kembali meninggalkannya.
Hingga datang dua orang pelayan yang baru saja kembali ke dapur setelah menata makanan di ruang makan.
"Astaga," celetuk salah satu pelayan menutup mulut mereka. Keduanya pelayanan itu tercengang nyaris tak berkedip. Tubuh mereka kaku ditempat melihat pemandangan itu.
"Ayo pergi, jangan buat masalah disini," ajak salah satunya.
Kini keempat pelayan berkumpul diruang belakang.
"Kamu melihatnya tadi?" tanya salah satu dari mereka.
"Jelas saja! aku melihatnya, ciuman tuan Dev begitu ganas," timpal Tata, pelayan paling muda disana.
"Astaga.. Kalau aku, pasti sudah kehabisan nafas," timpal Nur, yang tak kalah heboh.
"Apakah tuan Dev seganas itu juga jika diranjang?" celetuk Weni ikut menimpali.
"Mungkin saja. Mereka masih muda, dan hasratnya masih bergelora," ujar Nur.
"Diam!" bisik kepala pelayan Bi Henny, sembari menekan kata-katanya. "jagan bicara lagi, kalian tau resikonya kan?!"
Satu kalimat itu akhirnya membuat semua orang bungkam.
***
"Akh!" pekik Dev, ketika Delia menggigit bibirnya dengan keras untuk melepaskan ciuman mereka. Dev mengusap sudut bibirnya yang terluka.
Dengan tatapan tajam dan nafas yang masih terengah, Delia mendaratkan satu tamparan keras dipipi Dev.
Plak!
"Keterlaluan!" bisiknya menekan. "Apa yang kamu pikirkan Dev?!"
Dev hanya diam menatap mata Delia dalam-dalam. Kedua tangannya terulur untuk menakup wajah Delia dan menyatukan kening mereka.
"Maaf... Maaf.." bisiknya mencoba menenangkan delia. "Aku tidak perduli jika semua orang menatapku salah, tapi aku hanya tak ingin kehilanganmu lagi Delia.. Cukup sekali, dan itu sudah cukup membuatku nyaris gila," lanjutnya penuh ketulusan.
Delia sampai tak mampu berkata-kata. Ia seakan nyaris lupa dengan amarahnya. Matanya berkaca-kaca mendengar ucapan Devano. Seakan semua kata-katanya terasa nyata dan begitu dalam ditelinga Delia.
Hingga akhirnya mulut Delia tak mampu menahan lagi perasaannya.
"Buktikan.." ucap Delia, suaranya terdengar gemetar menahan tangis yang nyaris pecah.
Dev memejamkan matanya dalam-dalam, mengulas senyum tipis sembari mengangguk pelan.
"Asal kamu berjanji, jangan pernah tinggalkan aku lagi, aku akan membuktikan semuanya.. Pasti akan aku buktikan.." ucapnya penuh permohonan.
Delia terdiam, menatap dalam wajah itu. Entah mengapa hati Delia berkata jika Dev tidak bersalah.
"Aku janji," ucap Delia akhirnya.
Dev tersenyum dan langsung memeluk tubuh Delia. "Terimakasih.."
Setelah berpamitan dengan Delia, Dev langsung pergi dari rumah pagi itu juga. Ia memutar kemudi, mengarahkan laju mobilnya ke arah apartemen Giselle.
Kali ini Giselle benar-benar membuktikan padanya, wanita macam apa dia selama ini. Berulang kali Dev menerkutuki dirinya sendiri. Kenapa dulu ia begitu membela dan mempercayai wanita seperti itu? hingga ia rela berulang kali menyakiti hati Delia.
Devano tak menyangka jika Giselle adalah wanita yang memiliki kepribadian ganda. wanita yang sangat licik dan penuh siasat. Kini ia jadi tau wajah Giselle yang sebenarnya.
Sesampainya di depan apartemen Giselle, tanpa menunggu lama ia langsung berjalan masuk ke lobby dan naik ke dalam lift menuju ke unit apartemen Giselle.
Begitu pintu lift terbuka dengan cepat Dev langsung melangkah masuk ke dalam apartemen.
"Giselle!" teriak Dev.
"Cepat keluar!" Dev mengedarkan pandangannya ke sekitar sembari melangkah lebih dalam.
Dikamarnya, Giselle yang baru saja selesai mandi, ia masih memakai handuk ketika tiba-tiba saja ia mendengar suara Dev datang.
"Dev?" bisiknya.
Senyum lebar seketika langsung terulas jelas di wajahnyanya. Ia yakin, setelah semua orang menyudutkannya Dev pasti menyerah dan akan kembali padanya.
Dan ini momen yang sangat tepat untuk Giselle menjerat Dev kembali kedalam perangkapnya.
"Aku disini Dev.." panggil Giselle.
Seketika Dev yang mendengar suaranya dari dalam kamar, tanpa ragu langsung melangkah cepat.
"Keluar!! Kita harus bicara!" teriak Dev.
Tapi begitu Giselle membuka pintu, ia langsung menarik dasinya hingga Dev ikut masuk ke dalam kamar.
Melihat penampilan Giselle saat ini, tak sedikitpun membuat Dev tertarik setelah mengetahui watak aslinya.
"Aku tau kamu akan datang," ucap Giselle.
Ia mendorong tubuh Devano ke atas ranjang dan dengan satu gerakan cepat ia naik ke atasnya.
"Ayo kita bermain,"
banyak pelajaran yg bisa kita ambil dari cerita ini
terutama harus menghargai pasangan hidup kita
terimakasih kak ceritanya bagus banget
akhir yg bahagia tentunya 🤭🤭🤭
cintanya terbalas tunai🤗🤗
sampai terhura aq🤗🤗🤗
selamat buat pernikahan nya ya Dev 🤭
Semoga bahagia selalu ya keluarga kecil DelVa🤗🤗🤗🤗
sabar ya Dev ini masih cobaan buat kamu