NovelToon NovelToon
Azzura ( Obsesi Sang Alpha)

Azzura ( Obsesi Sang Alpha)

Status: tamat
Genre:Fantasi / Vampir / Manusia Serigala / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Fantasi Wanita / Kekasih misterius / Tamat
Popularitas:642.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Sekuel dari novel Cintaku Dari Zaman Kuno

Azzura hidup dalam kemewahan yang tak terhingga. Ia adalah putri dari keluarga Azlan, keluarga terkaya dan paling berpengaruh di negara Elarion. Namun, dunia tidak tahu siapa dia sebenarnya. Azzura menyamar sebagai gadis cupu dan sederhana semua demi kekasihnya, Kenzo.

Namun, tepat saat perkemahan kampus tak sengaja Azzura menemukan sang kekasih berselingkuh karena keputusasaan Azzura berlari ke hutan tak tentu arah. Hingga, mengantarkannya ke seorang pria tampan yang terluka, yang memiliki banyak misteri yaitu Xavier.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aura Berbeda

Kabut masih menyelimuti Hutan Terlarang, saat Zion dan Zanaya menyusuri jalur setapak yang penuh jejak sihir. Angin berbisik lembut, membawa aroma dedaunan basah dan energi magis yang menggantung.

Zion berjalan sedikit di depan, diam dan penuh konsentrasi, sementara Zanaya mengikuti dengan tatapan tajam menyapu sekitar. Tiba-tiba...

“Nyonyaaa!”

Sebuah suara nyaring dan ceria terdengar dari belakang. Zanaya menoleh cepat, dan nyaris melompat saat Azay, si gadis penjaga dimensi yang centil, muncul tiba-tiba di sampingnya seperti bayangan.

“Azay! Astaga, kau mengejutkanku!” seru Zanaya sambil menepuk dada, wajahnya refleks memasang ekspresi kesal.

“Hehehe, maaf ya, Nyonya. Refleks centil bawaan lahir,” jawab Azay sambil nyengir, rambut peraknya berkibar saat ia berputar sekali.

Zion hanya melirik sekilas, sebelum kembali fokus menyentuh dahan pohon di sampingnya.

“Kau benar-benar tidak berubah, Zay," gumam Zanaya, lalu menatap sang penjaga dimensinya. "Bagaimana hasil pencarianmu?” tanya Zanaya sambil menarik napas dalam, mencoba mengendalikan jantungnya yang deg-degan.

Mendadak, mata Azay membulat sempurna, dan dia langsung mendekat dengan ekspresi heboh.

“Nyonya! Kabar baik! Nona Azzura, sudah kembali ke mansion!”

“Apa?!” seru Zanaya kaget.

Zion langsung berhenti berjalan, dan berbalik dengan cepat.

Azay mengangguk cepat, tangannya bergerak heboh saat menjelaskan,

“Aku dengar dari para pengawal melalui walky talky mereka. Barusan saja, saat salah satu dari mereka mengaktifkannya. Nona Azzura datang diantar mobil hitam. Aku langsung kabarin Nyonya biar gak kelamaan di hutan ini!”

Zion dan Zanaya saling pandang.

“Dia selamat,” bisik Zanaya, matanya berkaca-kaca.

Zion mengangguk perlahan, dan untuk pertama kalinya sejak semalam, ekspresi tegang di wajahnya mencair menjadi lega.

“Ayo pulang,” ucapnya singkat namun tegas.

Zanaya tak menunggu perintah kedua. Ia melangkah cepat di samping suaminya.

Azay melompat-lompat kecil di belakang mereka sambil bersenandung,

“Untung aja nona cakep kita selamat. Kalau nggak, dunia bisa kiamat.”

Zion melirik Azay dari sudut matanya,

“Jaga lisanmu.”

“Iyaaa, iyaaa,” jawab Azay sambil manyun tapi tetap ceria.

Langkah mereka bertiga meninggalkan hutan itu, dan matahari mulai menembus celah pepohonan.

***

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Azzura berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sendiri. Rambutnya masih agak basah, dan matanya sedikit sembap karena menangis.

Azzura juga melihat bekas gigitan Xavier yang terlihat berdenyut dan memerah. Ia menghela napas dalam.

"Apa semua ini hanya mimpi?"

Tok!

Tok!

Tok!

Azzura terkejut mendengar ketukan di pintu kamarnya. Azzura kembali menutupi bekas gigitan itu dengan kerah bajunya. Dengan cepat ia berbalik, lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya perlahan.

Begitu pintu terbuka sebuah pelukan hangat langsung menyambutnya.

“Syukurlah … syukurlah kau pulang, sayang,”

Suara Zanaya terdengar pelan, namun penuh emosi yang nyaris pecah.

Azzura membeku sejenak dalam pelukan ibunya, lalu perlahan membalasnya.

“Mommy .…” bisiknya lirih.

“Azzura minta maaf .…”

“Azzura minta maaf karena tidak pernah mendengarkan Mommy .…”

“Aku … aku keras kepala.”

Mata Azzura berkaca-kaca, suaranya bergetar.

Kepalanya bersandar di bahu Zanaya, dan untuk pertama kalinya dalam waktu lama, ia membiarkan dirinya rapuh.

Zanaya membelai lembut rambut putrinya, dan berkata pelan,

“Tidak apa-apa, sayang. Kau pulang, itu sudah cukup untuk Mommy.”

Tak lama kemudian, Zion datang dari belakang. Ia berdiri beberapa detik, menatap keduanya lalu tanpa berkata apa-apa, ia menarik mereka berdua ke dalam pelukannya.

“Maafkan Daddy juga,” ucap Zion pelan, suara yang jarang terdengar lembut.

“Kami seharian mencarimu di setiap inci hutan itu.”

Azzura hanya bisa menangis pelan, menggenggam erat pakaian ayah dan ibunya.

“Aku takut … aku benar-benar takut semalam.”

Pelukan itu hangat. Aman. Penuh perlindungan. Di ambang pintu kamar, seorang pemuda berdiri diam Zorion.

Tangannya dimasukkan ke saku celana, tubuhnya bersandar ringan ke dinding. Ia tak ikut memeluk. Tapi matanya yang biasanya tenang dan sulit dibaca kini terlihat sedikit basah.

“Dasar bodoh,” gumam Zorion pelan.

“Jangan pernah ngilang kayak gitu lagi, Ra.”

Azzura melepaskan diri dari pelukan dan menoleh ke arahnya sambil tersenyum kecil,

“Kak Zorion.”

Zorion menoleh ke arah lain, berdeham pelan.

“Udah, jangan bikin mellow. Kau bikin rumah ini berantakan satu hari penuh.”

Zanaya tertawa kecil, sedangkan Zion menghela napas lega.

“Ayo turun. Opa, Oma dan kakek buyut kalian, juga sudah menunggu di ruang tengah.”

Azzura mengangguk pelan. “Iya, aku pulang. Dan aku nggak akan pergi sembarangan lagi.”

Langkah kaki Azzura bergema pelan menuruni tangga marmer mansion keluarga Azlan. Rambutnya masih terurai, dan wajahnya tampak lebih tenang setelah pertemuan dengan kedua orang tuanya. Saat tiba di lantai bawah, pemandangan hangat menyambutnya.

Liona, sang oma, segera berdiri dari sofa empuk berwarna krem, matanya berkaca-kaca. “Azzura sayang …”

“Akhirnya kau pulang juga.”

Di sebelahnya, Zidan, sang opa, tersenyum lebar sambil membuka kedua lengannya.

“Ke sini, cucuku yang cantik.”

Azzura tak bisa menahan senyum harunya. Ia segera menghampiri keduanya dan memeluk mereka erat.

“Maaf ya Oma, Opa … Azzura bikin semua khawatir.”

“Yang penting kau selamat, Nak,” kata Zidan sambil mengusap kepala Azzura.“Jangan bikin Oma-mu jantungan lagi.” Zidan sang opa melanjutkan ucapannya.

Dari kursi di sudut ruangan, Gerald Azlan, pria tua berambut putih perak dengan tongkat kayu ukiran naga, menatap mereka dengan sorot tajam. Wajahnya awalnya hangat melihat cicit perempuannya, tapi mata Gerald menyipit.

Hening sejenak.

Kakek Gerald mengernyit.

Ada yang tidak biasa

Aura … aura asing yang samar namun kuat. Aura yang bukan berasal dari darah Azlan maupun Dixon.

Terlihat di kursi mewah, Azay dan Aron, sang penjaga dimensi, yang hanya bisa dilihat oleh Gerald, Zion, dan Zanaya juga membeku di tempatnya. Keduanya saling pandang.

“Aron,” bisik Azay pelan. “Kau juga merasakannya, kan?”

“Ya. Aura yang membekas pada Nona Azzura bukan milik manusia.”

Gerald perlahan berdiri, tongkatnya menekan lantai hingga terdengar ketukan lembut. Ia berjalan mendekat, mata tajamnya tak lepas dari Azzura.

Azzura menoleh ke arah sang buyut dan tersenyum hangat. “Kakek Buyut.”

Gerald tersenyum tipis, namun matanya menyimpan tanya. Ia mendekat, lalu mengangkat tangan dan menepuk pundak Azzura yang baru saja sembuh dari bekas gigitan itu. Bekas gigitan itu berdenyut pelan.

Mata Gerald menggelap sepersekian detik.

“Selamat pulang, cicitku,” ucapnya tenang.

Azzura mengangguk polos, tak menyadari apa pun.

Gerald kemudian menoleh ke arah sofa mewah yang tak terlihat oleh yang lain, dan memberikan sebuah gerakan halus dengan tongkatnya sebuah kode.

“Diam.”

Azay langsung tutup mulutnya rapat, dan Aron mengangguk mengerti.

“Ini bukan saatnya,” pikir Gerald. “Kita harus tahu lebih banyak dulu sebelum bertindak.”

Zion, yang berdiri di dekat perapian, melihat gerakan sang kakek mertua. Ia mengerti maksud itu, tapi tak berkata apa pun.

Zanaya mendekat dan menyentuh lengan suaminya.

“Kau juga merasakannya, ya?” bisiknya.

Zion mengangguk pelan. “Ya. Tapi mari kita biarkan dia tenang hari ini. Tapi itu belum pasti.”

Gerald kembali duduk perlahan.

“Mari kita makan siang bersama,” katanya sambil tersenyum. “Kau pasti lapar, Azzura.”

1
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwkwk aku takut kalian akan mati berdiri saat tau siapa sebenarnya Sania dan Azzura..🙄🙄
Qaisaa Nazarudin
Cuiiihh Bangga banget bisa MENJALANG..🤮🤮
Qaisaa Nazarudin
Waahh Gercep si Xavier👏👏👍👍👍
Qaisaa Nazarudin
Waahh emang JODOH nih..😄
Qaisaa Nazarudin
Loh loh siapa ini?? Pria ini kenapa?
Qaisaa Nazarudin
KENAPA KAMU GAK RAKAM AJA SEBAGAI BUKTI, BIAR DIA GAK NGELES LAGI..
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwkwkwk pasti itu Kenzo...harap jantung mu masih aman ya Azura..
Qaisaa Nazarudin
Udah San gak guna kita menesehati orang yg lagi maruk,Ntar biar dia sadar sendiri dengan keBODOHANnya itu..
Qaisaa Nazarudin
Nah kan Azzura sadar dong sadar kamu cuman di MANPAATIN doang..
Qaisaa Nazarudin
Gak ada Ortu yg gak sayang anaknya,Karena Sayang makanya Mommy kamu bilang gitu,Suatu saat kamu akan tau maksud Mommy kamu,saat itu kamu jangan menyesal..
Qaisaa Nazarudin
Mana ada cowok anak Orang kaya gak mentingan penampilan dan kecerdasan,gak mungkin lah..
Humairah
yuhuuu.... enak gak tuh di kadalin ma azzura
Pcy retno
diam sania🤣🤣🤣
Pcy retno
sunguh reaksi sania di luar prediksi BMKG🤣
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄
hwaiting
LinLin
luar biasa bagus Thor 👍👍👍. teruslah berkarya & tetap semangat. ku tunggu kelanjutan cerita Xavier Zura, Sania Alex
LinLin
menang tapi tetep sedih😭
LinLin
😭😭😭 ga rela Xavier ikut masuk portal
LinLin
ide bagus tuh, setuju aku Thor, kl Zorion jd putra mahkota. biar ada lanjut cerita lagi keluarga Zion Zanaya
LinLin
wow 6 kekuatan dahsyat bersatu 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!