NovelToon NovelToon
Secercah Kasih Dari Timor

Secercah Kasih Dari Timor

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:10.1k
Nilai: 5
Nama Author: Bojone_Batman

Dulu Renes berkenalan sejak masih kecil bahkan saat Valia melaksanakan pendidikan, renes selalu ada. Tapi sayang saat akan bertunangan, Valia kabur memilih menjadi istri senior yang notabene adalah duda satu anak. Luka hati tersebut membuatnya sulit menerima hadirnya wanita lain di dalam hidupnya.


Namun di waktu berganti, siapa yang menyangka Tuhan mengirimkan gadis pecicilan, kekanakan, ceroboh dan keras kepala hingga kecerobohan gadis itu membuat Renes harus bertanggung jawab dan menikahi gadis tersebut, gadis yang juga adalah adik dari suami mantan kekasihnya.

Belum cukup dengan itu, sulitnya mengatakan cinta membuat sahabatnya Aria, masuk ke tengah hubungan mereka dan membuat Renes meradang. Apakah sebenarnya Renes mencintai gadis itu.

Saat bunga rasa mulai bermekaran, ujian cinta datang. Kehilangan kekasih hati membuat guncangan batin yang hebat pada diri Renes, hingga Tuhan kembali mengirim satu cinta yang sebenarnya ia pendam dalam diamnya sejak lama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Pagar masing-masing.

Bang Hara menghela napas panjang, menatap jalanan yang mulai ramai. Sedari tadi Tata terus mencecarnya dengan banyak pertanyaan. "Pokoknya, tunggu saja surat-suratnya beres. Nanti juga Abang umumkan."

"Tapi, Bang, kalau Fia bisa hamil duluan, kenapa Tata tidak?" Tata memiringkan kepalanya, matanya berbinar polos. "Kan Abang bilang itu sudah sah secara agama. Berarti Tata juga bisa hamil duluan, kan?"

Pertanyaan Tata menohok Bang Hara. Ia merasakan pelipisnya berdenyut. Bagaimana bisa ia menjelaskan perasaannya yang rumit kepada wanita di sampingnya ini? Wanita yang ia nikahi bukan karena cinta, melainkan karena upaya putus asa untuk melupakan cinta yang lain.

"Itu... beda kasus, Ta," jawab Bang Hara, mencoba terdengar meyakinkan namun suaranya tercekat. "Fia kan... sudah lama menikah dengan Renes. Hubungan mereka sudah matang."

"Baru saja lho, Bang. Hubungan Abang dan Tata juga sudah matang, kan??" Tata bersikeras. "Kita sudah kenal lama, kan?"

Bang Hara tidak menjawabnya lagi sampai akhirnya mereka berdua masuk gerbang kesatrian dan tiba di rumah dinas.

~

Bang Hara membukakan pintu rumah, mempersilakan Tata masuk. Rumah itu sederhana, namun cukup nyaman. Ada ruang tamu kecil, dua kamar tidur, dapur, dan kamar mandi. Di belakang rumah, ada taman kecil yang ditumbuhi beberapa tanaman hias.

"Tata suka?" tanya Bang Hara, berusaha terdengar antusias.

"Suka banget, Bang. Ini jauh lebih bagus dari kost Tata di Jakarta," jawab Tata, matanya berbinar-binar. Ia langsung berkeliling, menyentuh setiap sudut ruangan dengan rasa ingin tahu.

Bang Hara tersenyum tipis, melihat tingkah laku Tata yang polos dan ceria. Ia merasa bersalah karena belum bisa memberikan cinta yang sepenuhnya pada wanita ini. Ia merasa bersalah karena telah menikahinya dengan alasan yang salah.

"Tata istirahat dulu, ya. Abang mau buat teh untuk kamu." kata Bang Hara, melangkah menuju dapur.

Tata mengangguk, lalu duduk di sofa ruang tamu. Ia meraih sebuah majalah yang tergeletak di meja, membukanya dengan malas. Namun, perhatiannya tiba-tiba tertuju pada sebuah foto yang terselip di antara halaman majalah. Foto itu adalah foto Fia, tersenyum manis sambil memegang perut yang masih rata di ruang rumah sakit, di belakangnya ada foto USG.

Kening Tata berkerut. "Apa Abang masih cinta sama Fia?" Gumamnya.

"Tata kenapa, dek?" tanya Bang Hara, tiba-tiba muncul dari dapur. Ia melihat wajah Tata yang pucat dan air mata yang menetes di pipinya.

Tata belum menjawab. Ia hanya menyodorkan foto Fia itu kepada Bang Hara.

Bang Hara terdiam sembari menghela nafas.

"Tata tidak mau menjadi pengganti Fia. Tata tidak mau menjadi pelarian. Tata mau dicintai apa adanya." kata Tata, suaranya bergetar.

Bang Hara tau, Tata pasti curiga. "Ini fotonya Fia yang kemarin tertinggal. Belum sempat Abang kembalikan sama Renes." Jawab Bang Hara tenang. "Mau ikut Abang kembalikan fotonya, sekalian ketemu Fia??"

Mendengar tawaran itu, hati Tata mulai goyah. Sedikit demi sedikit ia percaya bahwa suaminya tidak berbohong padanya.

"Besok saja, ini juga sudah malam."

Bang Hara tersenyum kemudian mengacak rambut Tata. "Jangan curigaan donk..!!"

***

Keesokan harinya Tata baru menemui Fia di rumahnya. Tata cukup kaget melihat Fia kini semakin cantik, mungkin benar kata orang bahwa wanita hamil akan memiliki kulit yang lembut dan halus namun ada pula yang mengatakan bahwa wanita akan semakin cantik dan sejahtera di tangan pria yang tepat.

"Masuk, Ta..!! Kenapa diam saja." Kata Fia.

"Tangan dan kulitmu halus sekali. Apa kamu tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah?" Tanya Tata.

"Tidak pernah. Tidak sakit saja aku tidak pernah bersihkan rumah, apalagi sejak aku hamil, aku harus bedrest karena jatuh ke dalam parit, Bang Renes protective sekali. Awal aku menikah saja, aku marah sama Bang Renes. Kaun taulah.. Aku mengira menjadi istri kedua, kami miskomunikasi. Tapi akhirnya kamu lihat sendiri betapa sabarnya suamiku sampai kami bisa di tahap ini." Jawab Fia kemudian.

"Hmm.. Fi.. Boleh aku tanya sesuatu lagi??" Tata nampak ragu menanyakannya.

"Apa?? Katakan saja..!!"

"Apa kamu masih ada rasa sama Bang Hara?? Bukankah hampir dua tahun kamu bersamanya." Tanya Tata akhirnya terus terang.

"Tidak ada perasaan apapun lagi. Jujur dulu memang sempat ada rasa. Bagaimana pun juga kami sempat menjalin 'hubungan baik' tapi aku tidak sedalam itu menyimpan rasa pada Bang Hara." Jawab Fia.

Tata pun tersenyum mendengarnya. "Syukurlah kalau begitu," jawab Tata, senyumnya sedikit dipaksakan. Ada sedikit kelegaan, namun juga keraguan yang masih mengganjal.

Fia menatapnya lekat, seolah mencoba membaca isi hati Tata, namun Fia sedikit curiga dengan pertanyaan sahabatnya itu, hanya saja Fia sengaja menahan diri.

"Tapi kenapa kamu menanyakan hal itu, Ta?" Fia akhirnya bertanya, nadanya lembut penuh selidik. "Ada apa antara kamu sama Bang Hara?"

Tata terdiam sejenak.

'Haruskah aku jujur? Atau aku harus menjaga rahasia pernikahan ini? Bang Hara bilang untuk tidak menceritakan semua kerumitan ini pada siapapun termasuk Fia dan Bang Renes.'

"Tidak ada apa-apa, Fi," elak Tata, mencoba tersenyum meyakinkan. "Hanya... penasaran saja. Kalian kan dulu dekat sekali."

Fia mengangguk perlahan, meski matanya masih menunjukkan sedikit ketidakpercayaan. "Ya, memang. Tapi ingat, itu sudah masa lalu. Sekarang aku punya Bang Renes, dan sebentar lagi kami punya bayi." Fia mengelus perutnya yang mulai terasa membuncit baginya, Fia pun tersenyum bahagia. "Aku harap kamu juga bahagia dengan pilihanmu, Ta."

...

Setelah obrolan singkat itu, Tata pamit pulang. Sepanjang perjalanan kembali ke rumah dinas, pikiran Tata berkecamuk. Kata-kata Fia terngiang-ngiang di telinganya.

'Aku harap kamu juga bahagia dengan pilihanmu. Pilihan? Apakah ini benar-benar pilihannya? Atau ia hanya terlena dengan situasi yang diciptakan Bang Hara?'

Setibanya di rumah, Bang Hara sedang duduk di ruang tamu, memantau ponselnta. Ia mendongak saat mendengar suara pintu terbuka.

"Bagaimana? Sudah bertemu Fia?" tanya Bang Hara, ekspresinya tenang seperti biasa.

Tata mengangguk, melemparkan tasnya ke sofa. "Sudah. Fia semakin cantik saja sejak hamil."

Bang Hara hanya tersenyum tipis. "Ya, Abang tau."

"Dan dia bilang... dia tidak ada perasaan apa-apa lagi sama Abang." lanjut Tata, menatap Bang Hara. Ia ingin melihat reaksinya.

Bang Hara meletakan ponselnya, menatap balik Tata kemudian menunduk tenang. "Memang begitu. Kenapa? Kamu masih tidak percaya?"

Ada nada lelah dalam suara Bang Hara, atau mungkin Tata yang salah menafsirkannya. Namun, ada sesuatu dalam tatapan Bang Hara yang membuat Tata merasa semakin kecil. Seolah-olah ia sedang mengorek luka lama yang seharusnya sudah tertutup.

"Bukan tidak percaya, Bang. Hanya saja..." Tata menghela napas. "Abang yakin tidak ada perasaan apa-apa lagi? Abang tidak merasa kehilangan?"

"Abang sudah kehilangan dia. Apalagi yang harus dicari? Fia sudah bilang melupakan dan tidak ada apa-apa lagi. Semua sudah selesai. Sekarang Fia punya Renes, Abang sudah menikah sama kamu. Apalagi yang harus di pertanyakan?" Jawab Bang Hara kemudian menyambar rokoknya.

.

.

.

.

1
Maysuri
klw pun aq jd tata jg ragu bang....
dyah EkaPratiwi
wajar sih kalau tata ragu
dyah EkaPratiwi
semangat pak mil
dyah EkaPratiwi
Alhamdulillah
Maysuri
pasti si utuh ngerjain bapaknya 🤣🤣🤣
cipa
🤣🤣🤣
bagus detun, kerjain ayahmu biar gak emosian terus, bang Renes mabok sekalian ngidam disusul bang David jg kebobolan 😂😂😂
cipa
wkwkwkwk
awas tumbuh benih² sayang eh cinta 😂😂😂
Ros Miati
seperti biasa bagus banget
Ros Miati
ya Allah akhirnya bisa baca karya mbaknara lagi semangat thooor 😘😘😘😘
Sri I
kerennnnnn euyyyyy... nggak pernah gagal cerita nya
dyah EkaPratiwi
sat set nie bang hara
cipa
ayo kak buat bang David cpt nikah jg biar ngrasain pengantin baru dan bawelnya istri ngidam 😄
dyah EkaPratiwi
hahaha sabar bang renes
Lendra malayu
iya pah,, readers jg pengen tau nih /Joyful//Joyful/
dyah EkaPratiwi
hahaha ayoo jelaskan papa ren
cipa
dasar temen kompor 🤣🤣🤣🤣
Maysuri
klw damai kan enak liatnya,lanjut thor.....
dyah EkaPratiwi
Alhamdulillah bahagia selalu
Jero Rina
jangan lama lama kak nara
Jero Rina: sudah candu kali baca semua cerita kak nara
total 1 replies
Ella
bahagia sll Bang Renes😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!