Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab14
Hari yang ditentukan pun tiba. Hari ini keluaraga pak Adinata akan mengantarkan putranya untuk melamar seorang gadis yaitu Avica untuk menjadi ibu sambung cucunya. Acaranya tidak mewah, hanya keluarga inti saja yang datang. Avica pulang bersama mereka, sebelumnya gadis itu sudah mengabari orang tuanya jika hari ini akan ada tamu yang akan berkunjung kerumah nya.
"Apakah kamu sudah mengabari keluarga mu, Ca?" Tanya bu Sarah.
"Sudah bu. Setelah pembicaraan waktu itu saya langsung menghubungi orang tua saya." Jawab Alula.
"Baiklah. Kira-kira berapa lama waktu yang akan kita tempuh?" Tanya bu Sarah lagi.
"Kurang lebih 3 jam, ma." Jawab Abizar yang sedang menyetir. Setelah nya tidak ada percakapan lagi.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh akhirnya mobil yang mereka tumpangi sampai tepat didepan pekarangan rumah orang tua Avica. Banyak orang yang penasaran ketika ada mobil yang terparkir didepan rumah orang tua Avica.
"Itu tamunya bu Linda siapa ya? Kok pakai mobil bagus." Tanya salah satu tetangga bu Linda pada tetangganya yang lain. Bu Linda adalah ibu dari Avica, sedangkan ayahnya bernama pak Agil.
Lalu dari dalam mobil keluarlah yang pertama kali pak Adi di susul dengan bu Sarah kemudian Avica juga ikut turun sambil menggendong Alula. Saat melihat Avica turun sambil menggendong anak kecil para tetangga yang sedang berkumpul itu semakin bingung.
"Itu kan Avica, kok gendong anak kecil?" Tanya salah satu ibu-ibu yang ada disitu.
"Alahh, palingan anak itu cuma jadi baby sitter. Kan sekolahnya cuma tamatan SMA. Beda sama anak saya yang kuliah." Balas seorang ibu yang terlihat tidak suka dengan Avica.
"Kuliah juga tidak bisa menjamin dapat pekerjaan bagus bu Ida kalau anaknya nggak pinter dan nggak rajin." Bu Laras menimpali ucapan bu Ida. Karena merasa tidak terima dengan ucapan bu Laras akhirnya bu Ida memilih diam dari pada semakin merembet kemana-mana. Semua ibu-ibu yang masih berkumpul itu pu masih memperhatikan rumah Avica. Avica yang baru turun dari mobil melihat ada banyak ibu-ibu yang memperhatikan nya pun menyapanya.
"Selamat siang, ibu-ibu." Ucapnya. Kemudian Abizar keluar dari mobil lalu menghampiri kedua orang tuanya dan Avica yang menggendong putrinya. Ibu-ibu yang melihat Abizar keluar pun makin heboh.
Sedangkan orang tua Avica yang sudah menunggu dari tadi pagi pun keluar dari rumah ketika mendengar suara mobil yang berhenti didepan rumahnya.
"Tamunya sudah sampai ternyata." Ucap pak Agil.
"Assalamu'alaikum bapak, ibu." Ucap bu Sarah.
"Waalaikumsalam." Ucap pak Agil dan bu Linda.
Kemudian bu Sarah menyalami kedua orang tua Avica disusul pak Adi kemudian Abizar. Lalu Avica menghampiri kedua orang tuanya untuk mencium tangannya.
"Ayah, bunda apa kabar? Ayah sama bunda sehat kan?" Tanya Avica pada kedua orang tuanya.
"Kami sehat nak." Jawab bu Linda. "Anak cantik ini siapa namanya." Tanya bu Linda pada Alula yang dari tadi memperhatikan bu Linda dan pak Agil.
"Alula salim dulu sama nenek dan kakek sayang!" Pinta Avica pada Alula. Alula pun menurut.
Alula menyalami tangan pak Agil dan bu Linda bergantian "Aku Alula nek." Ucapnya.
"Nama yang cantik seperti orang nya." Ujar bu Linda lagi.
"Mari masuk. Maaf jika rumahnya sempit." Ucap pak Agil mempersilahkan tamunya untuk masuk.
"Tidak masalah pak, yang terpenting bisa buat berteduh." Ucap bu Sarah.
Semua nya pun masuk kemudian Avica mengikuti ibunya kebelakang. Sebelum itu ia menyerahkan Alula pada nu Sarah terlebih dahulu tapi anak itu tidak mau ditinggal Avica.
"Lula ikut oma dulu ya. Mama mau kebelakang dulu bantuin nenek." Ucap Avica.
"Tidak mau. Alula mau ikut mama." Tolak anak itu.
"Sebentar saja sayang. Nanti mamanya kesini lagi." Bujuk bu Sarah pada sang cucu.
"Iya, mama hanya sebentar kok. Nanti kesini lagi." Ujar Avica juga. Anak itupun mengangguk dan mau menurut. Tidak menunggu lama Avica menyusul ibunya.
Abizar yang melihat anaknya begitu dekat dengan Avica berfikir ia tidak salah jika menepati janjinya pada sang anak untuk menjadi kan Avica sebagai ibu sambung Alula. Sedangkan pak Agil, ayah Avica itu bingung ada hubungan apa putrinya dengan keluarga pak Adi sehingga cucunya bisa memanggil Avica mama. Dalam hati terus saja bertanya-tanya.
Didapur Avica ikut membantu ibunya menyiapkan jamuan untuk tamunya.
"Mereka itu siapa, Ca?" Tanya bu Linda pada Avica.
"Mereka itu sebenarnya majikan Caca, Bun."
"Lalu ada tujuan apa sehingga mereka mau berkunjung kesini?" Tanya Bundanya penuh curiga. Sebenarnya ketika bu Linda melihat tamu yang datang dengan anaknya itu sepertinya orang terpandang bu Linda berfikir bahwa mereka datang dengan tujuan yang sangat penting.
Avica bingung mau menjelaskannya bagaimana. "Mereka kesini mau melamar Caca, Bun. Jadi ibu sambung anak yang Alula gendong tadi." Jelas Avica sedikit takut jika Bundanya akan syok dan tidak mau merestuinya.
"Kenapa harus kamu Ca? Kita ini keluarga yang tidak mampu, sedangkan mereka terlihat orang berada. Apakah mereka bisa menerima mu dengan baik?" Tanya bu Linda khawatir.
"Mereka keluarga yang baik, Bun. Dari sejak awal kami bertemu. Insya'Allah mereka akan menerima Caca dengan baik. Bunda sama Ayah harus selalu mendoakan Caca. Caca sudah terlanjur sayang dengan Alula, Bun." Jawaban Avica atas pertanyaan Bundanya.
Sedangkan diruang tamu pak Agil dan keluarga pak Adi pun berbincang-bincang.
"Ada apa pak, bu. Apakah putri saya membuat masalah?" Tanya pak Agil bingung atas kedatangan mereka.
"Tidak pak. Kami kesini karena ingin menjalin silaturahmi dengan keluarga bapak." Jelas pak Adi.
" Iya pak. Kami kesini karena ada yang ingin kami sampaikan." Ucap Bu Sarah ikut menimpali.
Disaat mereka sedang berbincang-bincang Avica dan ibunya pun datang membawakan minuman dan makanan sebagai jamuannya. Dan mereka menjeda perbincangan nya terlebih dahulu.
"Mari pak, bu silahkan dicicipu hidangannya." Ucap Linda mempersilahkan tamunya.
"Maaf adanya seperti ini." Ucap pak Agil.
"Tidak apa-apa pak, maaf kalau kami merepotkan." Ucap bu Sarah.
"Tidak merepotkan sama sekali, bu." Balas bu Linda.
Alula yang tadi berada dalam pangkuan omanya pun sudah berpindah bersama Avica. Seperti nya anak itu benar-benar tidak bisa jauh dengan Avica. Bu Linda yang tidak sengaja melihatnya pun mengerti bahwa mereka tidak bisa dipisahkan.
"Sebelumnya maaf jika kedatangan kami kesini mengganggu waktu bapak dan ibu." Ucap pak Adi. "Kami kesini ingin meminta atau melamar putri bapak dan ibu yaitu Avica untuk putra saya ini Abizar dan untuk menjadi ibu sambung dari cucu saya Alula." Ucap pak Adi lagi.
"Maaf juga sebelumnya pak, bukannya kami menolak. Semua keputusan itu ada ditangan putri saya. Tapi sebelum itu bapak dan ibu pasti tahu jika kami ini hanya orang miskin. Apakah pantas jika putri saya bersanding dengan putra bapak. Karena tujuan awal putri saya bekerja dikota itu untuk membantu membiayai sekolah adiknya yang masih duduk di bangku SD." Jelas pak Agil. Beliau merasa tidak pantas jika berbesanan dengan orang terpandang sebab berbeda kasta. Karena bagaimapun pak Agil ingin putrinya bahagia setelah menikah dan diterima dengan baik oleh keluarga barunya.
"Kami tidak seperti itu, pak. Kami sudah menganggap Avica sebagai putri kami sendiri. Yang terpenting buat kami adalah ketulusan hatinya. Karena harta tidak bisa dibuat patokan. Semuanya hanya milik sang Kuasa dan akan kembali kepada-Nya." Ucap bu Sarah meyakinkan orang tua Avica.
"Kalau begitu biar putri saya yang menjawabnya. Bagaimana nak?" Tanya pak Agil pada Avica.
Avica menarik safas sebentar lalu ia keluarkan secara perlahan. "Dengan izin dan restu dari ayah dan bunda, Avica bersedia." Ucap Avica sedikit gugup.
"Alhamdulillah." Ucap semua orang yang ada disitu.
"Terima kasih sayang." Ucap bu Sarah lalu memeluk Avica.
Kemudian Abizar mengeluarkan sepasang cincin yang sudah ia siapkan sejak jauh hari. Lalu ia sematkan dijari manis Avica kemudian bergantian dengan Avica yang menyematkan cincin dijari manis Abizar.