NovelToon NovelToon
Gara-Gara COD Cek Dulu

Gara-Gara COD Cek Dulu

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Romansa / Trauma masa lalu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Basarili Kadin

Berawal dari pembelian paket COD cek dulu, Imel seorang guru honorer bertemu dengan kurir yang bernama Alva.
Setiap kali pesan, kurir yang mengantar paketnya selalu Alva bukan yang lain, hari demi hari berlalu Imel selalu kebingungan dalam mengambil langkah ditambah tetangga mulai berisik di telinga Imel karena seringnya pesan paket dan sang kurir yang selalu disuruh masuk dulu ke kosan karena permintaan Imel. Namun, tetangga menyangka lain.

Lalu bagaimana perjalanan kisah Imel dan Alva?
Berlanjut sampai dekat dan menikah atau hanya sebatas pelanggan dan pengantar?

Hi hi, ikuti aja kisahnya biar ga penasaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Basarili Kadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hubungan Macam Apa Ini?

Selama perjalanan aku bergumam dalam hati tentang rahasia yang disembunyikan Alva sampai ingin segera melamar, kiranya rahasia apa?

Ternyata kurir juga punya rahasia hidup.

"Sudah sampai." Alva menghentikan motornya.

"Kenapa melamun?" tanyanya lagi setelah dia turun lebih dulu, sedangkan aku masih duduk di jok, dasar badannya kecil motor aja tidak bergerak ketika dinaiki.

"Jangan melamun eh," ucapnya seraya mengulurkan tangan.

"Iya." Aku meraih tangannya dan langsung turun.

"Kenapa?"

"Enggak," jawabku seraya membuka kunci, Alva mengikutiku dari belakang.

"Tumben, bisa datang ke sini, bukannya harus pesan paket dulu ya baru ketemu?"

"Lagi kosong aja."

Memangnya kurir ada kosongnya gitu tidak mengantar paket? Setahuku kurir selalu kirim paket setiap hari kecuali dipecat, apa mungkin Alva dipecat makanya pengen segera lamaran takut aku berubah pikiran karena dia tidak punya penghasilan. Kalau misal diterima sekarang kan dia masih punya kerjaan, jika nanti ketika dia nganggur kemungkinan besar kan ditolak ya? Mungkin itu alasannya.

"Bisa gitu, ya," kataku sambil membuka pintu dan mempersilakan Alva masuk.

Karena penasaran dengan Alva, aku berencana untuk pesan paket setiap hari selama seminggu ini apakah dia akan datang mengantar atau mungkin orang lain yang mengantarnya.

"Bisa lah, Neng. Oiya, sudah makan siang?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Belum," jawabku sembari menyimpan tas di ranjang lalu aku pun duduk di teras berhadapan dengannya.

"Kalungnya masih dipake?" tanyanya lagi. Aku pikir mau ngajak aku makan, lah malah nanyain kalung.

"Masih kok." Aku menyingkap kerudung dan menunjukkan padanya.

"Jangan pernah dilepas ya!"

Kenapa Alva aneh begini? Ada apa? Sebenernya dia kenapa coba?

"A Alva ini kenapa sih? Kok, dari tadi ngomongnya berasa aneh aja gitu. Pengen lamaran cepat karena ada rahasia, terus sekarang kalung. Ada apa sih?" tanyaku mengernyitkan dahi.

"Ada, nanti juga akan tahu. Entah dalam waktu dekat entah masih lama. Makanya ingin segera lamaran, mau ya dilamar langsung?"

"Aku lapar, gak ada waktu. A Al pulang aja!" Mood-ku berubah tidak enak ketika mendengar perkataan Alva, aku yakin pertanyaanku tidak akan mendapatkan jawaban lagi. Untuk apalagi dia di sini bukan?

"Lah kenapa ngusir? Gak mau nanya kenapa ingin buru-buru gitu?"

"Ngapain juga nanya, tah gak bakalan ada jawabannya," kataku kesal.

"Sudahlah jangan cemberut gitu, nanti kita makan bareng. Tapi jujur saja pengen cepat melamar Nengnya."

Tatapannya meyakinkan, wajahnya kalem, meneduhkan, tidak seperti biasa sangar dan menakutkan, iya lah wajah dia judes sekali, ngeri banget kalau misal kesenggol terus dia berdecak sambil memutarkan bola mata, iih serem. Bisa-bisanya sekarang seadem ini, tetapi hatiku ragu.

"Iya alasannya apa?" Aku meninggikan suara.

"Ya takut keduluan sama orang lain," ucapnya pelan.

"Kalau gini caranya, mana mungkin aku percaya kalau A Al ini suka, sayang, atau apalah gitu cinta."

"Kenapa bisa berpikir begitu?"

"Karena laki-laki yang terburu-buru menikah langsung memilih seseorang tanpa rasa suka, yang penting jadi pendamping," jawabku pelan.

Dia kembali menyabit senyuman, tangannya meraih tanganku. Jujur saja seumur hidup baru kali ini tanganku dipegang oleh laki-laki, dielusnya dan ditutup oleh kedua tangannya, karena sekalipun aku pernah pacaran aku tidak pernah diizinkan bertemu oleh orang tua, sekalipun di kosan aku tidak pernah berani melanggar karena takut ada mata-mata. Kalau dipegang teman mah beda lagi, bukan sembari dielus melainkan hanya salaman.

Mungkin, hal itu juga bisa menjadi alasan aku sering gagal dalam percintaan karena diajak ketemu pun susah, jadi aku sering kalah oleh perempuan lain yang bebas diajak bermain-main, jalan-jalan, sampai akhirnya aku di tinggalkan dan mereka menikahi perempuan lain, untuk urusan lainnya aku tidak kepo dengan mereka. Meskipun sakit hati, kecewa, tetapi bersyukur. Namun, efeknya sampai sekarang aku tidak ingin jatuh cinta, biarkan saja aku mati rasa. Karena aku mudah nyaman dengan seseorang yang sangat peduli sampai aku over sharing, tetapi ujungnya aku yang ditinggalkan karena tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.

"Kenapa?" tanya Alva menatapku lekat karena aku berusaha untuk melepaskan tanganku dari genggamannya. Ini sangat tidak nyaman bagiku, aku justru takut.

"Jangan macam-macam," kataku pelan sambil menggelengkan kepala.

"Ya ampun, Neng. Dikira A Al mau ngapain." Dia terkekeh menanggapiku seraya menyebut namanya.

"BTW bagus juga AAl ya, daripada Neng kagok bilang A Alva atau Aa, panggil Aal aja gapapa digabungin aja, itung-itung nama baru."

Aku mengangguk dan dia seakan senang dangan panggilan yang kubuat, ya memang kagok makanya kupersingkat tapi tergantung pembicaraannya seperti apa.

"Ya sudah, buruan mau bicara apa. Kalau misal ada yang ga sesuai dengan yang diharapkan A Alva sama aku. A Alva boleh kok cari yang lain dan ninggalin aku," ucapku yang membuat raut wajah Alva berubah tegas lagi.

Kenapa ini sangat menakutkan, kalau jadi suami cocokkah modelan seperti ini atau akan ada plot twist KDRT atau Toxic atau bahkan pemarah. Ini seram, jantungku dibuat berdetak cepat tidak karuan.

"Kenapa selalu berkata demikian?" tanyanya dengan napas berat, tanganku semakin erat dalam genggamannya.

"A-aku cuma ingin me ... memastikan aja," kataku terbata-bata seakan dia mengambil energi tenang dariku.

"Jangan berpikir aku sama dengan yang lainnya." Dia berkata dalam keadaan masih menatapku, apakah dia marah? Nada bicaranya tidak sehangat tadi, perkataannya kembali serius lagi. Sekarang aku bisa menebak ketika dia suka dan tidak suka melalui perkataannya.

"Tapi aku tidak berpikir demikian." Aku kembali berbicara

"Tapi katamu tadi seakan menyamakan orang lain denganku, aku tidak demikian Neng. Percayalah, aku hanya ingin melamarmu dalam waktu dekat."

"Tapi bisakah beri alasannya?"

"Biar kamu saja nanti yang tahu ketika waktunya terus diulur."

"Aku belum bisa memberi kepastian, kamu juga belum tahu bagaimana sifat dan sikapku."

"Aku tidak peduli, aku hanya melihat hatimu." Dia semakin mendekat ke arah wajahku, aku mundur perlahan tetapi dia malah ikut mendekat.

Tuhan, apakah dia melakukan hal yang sama juga kepada orang lain? Jika iya begitu, aku tidak rela rasanya jika Alva menjadi suamiku tetapi dia pernah melakukan hal yang sama ke perempuan lain.

"Apa kamu melakukan hal sama kepada perempuan lain seperti halnya kepadaku?"

"Tidak, aku hanya melakukan ini pertama kali dengan kamu. Masih belum percaya?" tanya dia semakin mendekat.

Semakin dia mendekat aku semakin mundur, tapi dia selalu mengikuti wajahku.

"Akan kucoba untuk percaya, tetapi satu hal yang harus kamu ingat. Aku tidak sama dengan perempuan lain, jika tidak nyaman silahkan pergi tanpa permisi pun aku tidak peduli jika itu memang benar-benar tidak membuatmu nyaman." Aku menggertak.

"Oke, tapi aku pastikan kamu yang asli tidak sesuai dengan apa yang kamu bicarakan."

"Mundurlah, aku ingin bernapas lega!"

Alva menjauh dari wajahku, tetapi tanganku masih digenggamnya. Hubungan macam apa ini?

"Ini tangannya gak bakalan dilepas?" tanyaku.

"Enggak, mau dibawa sampai rumah."

"Astagfirulloh," ucapku refleks menggerakkan tangan agar terlepas karena kaget mendengar pernyataannya, apalagi wajahnya 11 12 dengan Gian mirip psikopat tapi baik hati, cuma wajahnya saja yang seram.

"Maksudnya sama orangnya!"

Aku langsung diam.

"Neng?" Dia kembali memanggil dengan suara yang lembut sambil beradu tatap kembali denganku.

"Iya."

"Aal baru kali ini suka sama seseorang dengan penuh keyakinan yaitu sama Neng, sebelum itu tidak pernah. Jika Aal tidak yakin, Neng tidak akan diberi kalung itu. Sekalipun Neng bilang Neng inilah Neng itulah sikapnya jelek, sifatnya apalagi, matre dan sebagainya Aal tidak percaya dan tidak peduli. Kenapa Aal ingin segera melamar, karena Aal tahu kamu itu banyak yang ngejar tapi kamu yang sulit peka bahkan tidak percaya."

Lah kenapa dia bisa tahu aku seperti itu? Apa mungkin dari Gian?

"Emhh, tapi aku memang masih belum yakin. Beri aku waktu sampai aku yakin kamu boleh datang ke rumah untuk melamar."

"Mau dibuktikan sampai mana?"

"Sedapatnya saja."

"Okey!"

Dia melepas genggamannya.

"Aaah sudahlah, ngapain sih udah kayak drama aja. Ngomong yang benerlah yang enak gitu sama suasana hati, bukan formal dan serius, berasa mau sidang aja!" cerocosku kembali dengan sifatku yang aku juga tidak tahu, karena kadang berisik kadang diam. Kadang pemalu, kadang petantang-petenteng.

"Hehe, gak nyaman ya?" tanya Alva sambil tertawa.

"Iya enggak."

"Ya sudah."

"Hooh!"

"Mau makan sekarang?"

"Iya, tapi gak mau jalan lagi. Males ah, panas," rengekku.

"Gapapa, pesan online aja ya." Kalau sudah gini rasanya mau meleleh aja, dia itu soft kalau bicara tapi kalau satu kata aja keluar dari mulutku yang mungkin membuat dia kecewa wajahnya seakan berubah menakutkan, apa mungkin nanti pun demikian? Tetapi, dia tidak sambil marah. Entahlah, aku tidak tahu marahnya seperti apa, atau memangnya marahnya seperti itu.

Dia mengotak-atik ponselnya untuk memesan makanan secara online, dia bertanya makanan apa yang aku mau tapi aku ikut dia saja, karena pastinya aku akan suka.

"Aal, gapapa nih disebut Aal, jadi kayak teman dong?"

"Sebut senyamannya aja."

"Emhh, oke."

"Aal!" Lagi-lagi aku kembali bersuara.

"Gak malu apa maksa anak orang buat lamaran?"

"Lah ngapain malu, manusianya juga kan sudah jelas. Sekarang Aal nanya, ga malu apa nerima tanda boleh dilamar sama kurir?"

"Lah, ngapain malu kan dipaksa, ga diterima pun malah terus nungguin di luar. Ga takut jamuran apa?"

"Ya ngapain malu, kalau demi orang yang jadi tujuan."

"Emang aku tujuan?"

"Lah, malah nanya."

"Tapi kan aku matre, cerewet, cuma honorer, bicaranya nyablak gak ada rem, dan ya gitu deh gak ada baiknya."

"Aku gak peduli," ucap Alva meledekku dengan menjulurkan lidahnya seraya menjulingkan matanya.

"Dih konyol juga ini orang," selorohku sambil tertawa lepas.

"Ha ha, pengennya gini 'kan?"

"Hi hi iya, jangan serius-serius amat terus nanti aku kabur."

"Eh, jangan dong. Belum juga didapat masa kabur."

"Jadi kalau udah didapat mah boleh kabur?"

"Ya jangan juga lah, nanti tak buatkan penjagaan ketat biar gak kabur."

"Euh ada-ada aja.

"Neng?"

"Iya, kenapa lagi?"

"Keberatan atau enggak kalau punya suami kerjanya kurir yang gajinya aja kecil?"

"Ya aku gak peduli selagi sayang, kalau gak sayang ya maaf, akan saya tendang!" Selorohku.

"Serius, Neng."

"Iya, ini juga serius. Aku gak peduli siapa dia selagi bertanggung jawab, tapi aku juga pemilih gak sembarang orang bisa diterima. Aku nerima ini pun kepaksa, tapi gapapa lah gak parah-parah amat lagian."

"Wajahnya?"

"Semuanya."

"Apa?"

"Hatinya mungkin, entahlah."

"Ya sudah, terserah. Satu lagi, kalau orang tua Neng gimana? Boleh kan berjodoh dengan siapa aja?"

Pertanyaan itu, pertanyaan itu membuatku tertegun sekejap, aku bingung menjawabnya.

"Aku tidak tahu, tapi jika nanti ditolak bagaimana?"

1
Bonsai Boy
Jangan menunda-nunda lagi, ayo update next chapter sebelum aku mati penasaran! 😭
Hiro Takachiho
Gak sabar nih baca kelanjutannya, jangan lama-lama ya thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!