NovelToon NovelToon
Midnight Professor

Midnight Professor

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / CEO / Beda Usia / Kaya Raya / Romansa / Sugar daddy
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Seraphina

Siang hari, dia adalah dosen yang berkarisma. Malam hari, dia menjelma sebagai bos bar tersembunyi dengan dunia yang jauh dari kata bersih.

Selina, mahasiswinya yang keras kepala, tak sengaja masuk terlalu dalam ke sisi gelap sang dosen. Langkahnya harus hati-hati, karena bisa menjadi boomerang bagi mereka.

Keduanya terjebak dalam permainan yang mereka buat sendiri—antara rahasia, larangan, dan perasaan yang seharusnya tidak tumbuh.


[Slow Burn]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33: Bukannya kita hanya bicara? Tapi…

Shift Selina akhirnya selesai lewat tengah malam. Lampu bar mulai diredupkan, musik pelan berganti jadi instrumental ambient, tanda tempat itu akan segera tutup. Pengunjung yang ramai itu semuanya sudah mengumpul di belakang bar untuk menyaksikan balapan malam ini.

Selina menaruh lap kotor di tumpukan kain kotor setelah selesai mengelap sisa tumpahan air di meja lalu menarik nafas panjang. Kakinya agak pegal, tapi bukan itu yang membuatnya enggan menyusul Leonhard ke ruangannya. Yanv membuatnya ragu adalah… dia tidak bisa menebak pembahasan mereka akan seperti apa.

Dia tahu Leonhard bukan orang yang suka basa-basi, apalagi dia sudah menunggunya sampai shift selesai. Itu bukan waktu yang sebentar. Kalau dia bilang mau bicara, pasti ada sesuatu yang penting dan… Selina tidak mau tahu hal penting itu jika berkaitan dengan kejadian Leonhard menciumnya malam itu.

Selina menarik nafas sebelum menekan tombol tersembunyi untuk membuka lukisan itu. Pintu itu bergeser perlahan dengan suara mekanis yang halus. Udara di dalam terasa lebih dingin. Dia menelan ludah saat melihat Leonhard yang duduk di kursinya, sibuk dengan beberapa dokumen di meja.

“Udah selesai?” tanya Leonhard, matanya masih fokus pada kertas di tangannya. Selina berjalan menedekati meja kerja Leonhard.

“Kamu mau ngomongin apa?” Selina langsung to the point.

Leonhard mendongak ke arahnya, dia tersenyum tipis. “Mau langsung bahas?”

Mendengar itu, Selina malah merasa kecil. Dia yang menantang, tapi saat ditantang balik—takut. Selina menarik nafas dalam. “Biar cepet selesai.”

Leonhard menutup dokumen tadi, lalu dia berdiri, berjalan mengitari mejanya dan mendekati Selina. Kini mereka berdua saling berhadapan, tidak ada yang bicara, tapi mata mereka saling menatap.

“Apa?” tanya Selina masih menatap Leonhard yang tidak kunjung bicara. “Kalau kamu gak ngomong, aku duluan nih.”

Dia menunggu beberapa detik—memberi waktu untuk Leondard mulai membuka mulutnya, tapi sepertinya dia tidak akan berbicara secepat itu. Selina menatik nafas panjang, lalu memarknhkan wajahnya.

“Soal kamu yang tiba-tiba nyiu—”

Ternyata dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya. Lidahnya terlasa kelu. Lagipula yang harus membuka topik ini adalah Leonhard… di sini dia adalah korban.

Selina menggigit bibir dalamnya, masih mencoba untuk melanjutkan kalimatnya.

“Soal saya tiba-tiba cium kamu malam itu…”

Suara Leonhard membuat dia langsung menoleh cepat, menunggunya untuk melanjutkan. Tapi… jedanya terlalu lama, sampai membuat Selina gila. Akhirnya dia mengerang frustasi.

“Kamu mau ngomong atau ngga?!”

Leonhard tidak menjawab, tatapannya tetap terkunci pada Selina. Dia sendiri bisa mendengar detak jantungnya—hal yang jarang terjadi. Nafasnya berat, seperti menahan sesuatu yang ingin keluar, tapi ditahan mati-matian.

Selina mulai kesal dengan sikap Leonhard yang seenaknya. Dia melipat tangan di dada. “You’re wasting my time. Kalau gak jadi—aku pulang.”

Baru saja dia membalikkan badan, badannya langsung tertarik lagi. Cengkraman erat pada lengan Selina terasa panas, tapi ketika tubuhnya menabrak dada bidang Leonhard… dia merasakan deja vu. Jarak diantara mereka lenyap, hanya tersisa nafas mereka yang saling bertabrakan di udara.

Leonhard menatap dirinya dengan jarak beberapa senti. “Don’t walk away, saya masih belum selesai bicara.”

Selina menatap balik tanpa gentar, meski jantungnya kini seperti mau meledak.

“You weren’t talking. You were staring—there’s a difference.”

Rahang Leonhard mengeras. Dia tahu gadi itu benar, dan itulah yang juga membuatnya frustasi. Seperti, setiap kalimat sudah di ujung lidah, tapi mulutnya enggan bersuara. Jemarinya di lengan Selina tidak mengendur, justru semakin menekan, seolah takut kalau dia benar-benar pergi.

“Let me go,” bisik Selina pelan sambil menggerak-gerakkan lengannya, mencoba keluar dari dekapan sang bos.

Leonhard menunduk sedikit, dia mengistirahatkan ujung hidungnya di dahi atas Selina—membuat gadis itu langsung terdiam.

“I tried,” katanya dengan lirih. “But… you make it really fucking hard to stay away.”

Selina dilanda bingung dan penasaran. Dia ingin menanyakan lebih lanjut, tapi nafas panas Leonhard mengalihkan pikirannya. Dia tidak bisa berpikir jernih kalau mereka sangat dekat seperti ini.

Akhirnya, Selina memberanikan diri untuk membuat jarak diantara mereka dengan menepuk dada bidang pria itu dan mendorongnya sedikit kuat.

“Talk. Cepet sebelum aku pergi,” ujar Selina, menatap Leonhard dengan tatapan serius—melipat kedua tangannya di dada lagi. Tapi, entah kenapa dia bisa melihat tatapan Leonhard melembut.

Selina menghela nafasnya. “Sir, if youfh—”

Lagi-lagi dia tidak menyelesaikan kalimatnya, kali ini bukan karena lidahnya kelu, tapi… bibirnya dibungkam untuk kedua kalinya. Selina tersentak, kakinya refleks mundur selangkah, tapi tangan besar Leonhard malah menarik badannya agar mendekat.

Kali ini berbeda—kalau waktu itu Leonhard hany diam membungkam bibirnya, tapi ini… bibirnya bermain, seakan meminta balasan. Selina masih diam, tidak membalas ciuman itu. Dia masih mencoba mendorong Leonhard.

“Spthop!” Dia mencoba berbicara ditengah-tengah ciuman. “Lomnharpd!”

Akhirnya pria itu melepas ciumannya. Dada bidangnya naik-tirun. Sorot mata yang tadi sempat melembut, kini kembali menggelap.

Selina menyeka bibirnya dengan punggung tangan—antara marah, bingung, dan gemetar karena nafasnya sendiri belum kembali normal.

“Kamu ngapain?” suara Selina meninggi dan sedikit serak. “You can’t just—”

Leonhard memotongnya dengan suara yang rendah dan tegas “I’m sorry.”

Selina berdecak. “No, you’re not. Aku nyuruh kamu ngomong, bukan—”

“I told you to stop running away,” potong Leonhard lagi. Saat ini, Selina sudah merasa paling kesal ketika bosnya, dengan seenaknya, memptong setiap kalimat yang terucap. Dia mundur benerapa langkah sehingga jarak mereka terlihat lagi.

“Kamu pikir… this is how to make someone stay?”

Tatapan Leonhard menusuk. “That’s the only way you’d listen.”

Selina memutar bola matanya. “Excuse me? The only way I’d listen?” ulangnya merasa tersinggung. “Look at you! Kamu bahkan belum ngomong apa-apa, how the fuck I— nevermind. Kamu sendiri yang bilang kita perlu bicara, Leonhard.”

“I know.”

“Then, talk. Peoperly.”

Hening.

“I swear… kali ini, kalau kamu gak mulai, aku beneran langsung—”

Seperti kilat, Leonhard memotong untuk kesekian kalinya. “What do you feel about the… kiss?”

“Wha—hah?!” Suara Selina sedikit lebih keras dari sebelumnya

“Or you feel nothing, at all?”

Selina mengerjap, berusaha memastikan dia tidak salah dengar. “Kamu serius nanya itu?” suaranya naik satu oktaf. “Setelah kamu nyium aku tiga— dua kali tanpa izin?”

Leonhard tidak bergeming. “Just answer me.”

“Answer you?” Selina terkekeh pendek dengan bada getir. “Kamu beneran punya nyali—”

“Selina.”

Nada Leonhard berubah menjadi mode bos. Itu cukup membuat Selina berhenti bicara, setidaknya untuk dua detik. Dia menghela nafas panjang, matanya menghindar.

“Fine. I— aku bingung… okay? You—” dia menunjuk Leonhard dengan telunjuknya. “Kamu bersikap seakan… aku ini milikmu.”

Leonhard menatapnya tanpa bicara, tapi ketegangan di rahangnya tidak menurun.

“And worse? Kamu ngebuat aku rasain sesuatu yang gak seharusnya—yang gak aku bisa…”

“Kamu gak bisa, atau gak mau?” tanya Leonhard pelan.

Selina menatapnya kembali, matanya sedikit memerah karena emosi. “Keduanya.”

“Bagus, karena itu tujuanku.”

“What do you mean?”

Leonhard memalingkan wajahnya, berjalan menjauh, menuju sofa panjang yang menghadap pintu lukisan itu. Dia menjatuhkan tubuhnya ke sofa—menyandarkan punggungnya. Kemudian dia menengok ke arah gadis yang memperhatikannya dengan raut bingung di wajahnya.

“Selina… kamu gak sadar apa yang kamu lakukan kepada saya.”

Gadis itu diam mematung, tapi matanya menusuk tajam dan pikirannya berputar pada: apakah dia melakukan kesalahan?

“Kamu… bisa membuat saya gila, Selina.” Nada suaranya datar, tapi berat. “Saya gak pernah kehilangan kendali seperti ini sebelumnya.”

“Leonhard, aku gak ngerti—”

“Exactly.” Leonhard memotong cepat, suaranya meninggi sedikit. “Kamu gak ngerti. Kamu masuk ke hidup saya tanpa permisi, lalu bikin semua yang selama ini saya kubur, tergali.”

Selina mengatupkan bibirnya rapat, pipinya memanas, sedangkan Leonhard mengatur nafasnya yang mulai berat.

“Saya gak bisa pura-pura gak peduli lagi,” katanya sambil mengusap kasar wajah. “Setiap kali kamu di sekitar saya, rasanya semua prinsip yang selama ini saya pegak, gak berlaku.”

Selina maju beberapa langkah mendekat—dia berdiri di samping sofa itu. “Terus kamu mau apa sekarang? Aku harus ngapain?”

Keheningan mulai menyelimuti ruangan lagi. Keduanya hisa mendengar detak jantung masing-masing. Leonhard memerhatikan Selina menggenggam erat samping celananya, seperti sedang menahan emosinya keluar. Sorotannya naik ke wajah gadis itu dan berhenti di bibirnya.

Tanpa sepatah kata, Leonhard bangkit dan langsung mendekap tubuh kecil Selina. Bibirnya langsung menyambut bibir gadis itu yang tersentak untuk kedua kalinya hari ini.

“Jangan berhentikan aku kali ini.”

1
Nyong Nibaele
/Drool/
Nyong Nibaele
Leon,, apa lagi kalau bukan cinta.. jangan sok gengsi aarrggghhh.. sebel gak sih.. perempuan itu butuh kepastian.. 🤭
Acap Amir
Keren abis
Seraphina: terima kasih kak🥺
total 1 replies
Desi Natalia
Jalan ceritanya bikin penasaran
Seraphina: terima kasih❤️ pantentung terus ya kak🥺
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!