Lian shen ,seorang pemuda yatim yang mendapat kn sebuah pedang naga kuno
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Bayangan Lama
Malam itu, langit masih diselimuti mendung gelap, namun hutan yang hancur akibat pertempuran perlahan mulai tenang kembali. Shen duduk bersandar pada batang pohon yang patah, dadanya naik turun cepat, darah mengalir dari luka di bahunya. Lin Feng terbaring di tanah tak jauh darinya, wajahnya pucat tapi bibirnya tetap menampilkan senyum samar.
Keduanya nyaris tak punya tenaga, tapi mata mereka masih menyala dengan semangat. Mereka baru saja menghadapi musuh yang jauh melampaui batas mereka, dan meski kalah telak dalam kekuatan, mereka berhasil bertahan hidup.
Shen menatap pedang di tangannya. Pedang Cahaya Naga masih memancarkan sinar redup, seolah memberi janji bahwa cahaya tidak akan padam. Ia menghela napas, lalu berkata lirih, “Bayangan Lama… makhluk itu bukan sekadar musuh. Dia menyimpan sesuatu yang lebih dalam.”
Lin Feng mengerang pelan, berusaha duduk. “Kau merasa juga, kan? Saat dia bicara… seolah dia tahu lebih banyak tentang naga itu dibanding kita.”
Shen mengangguk pelan. “Ya. Dan aku yakin… masa lalu pedang ini berkaitan langsung dengannya.”
---
Keesokan paginya, setelah sedikit pulih, mereka melanjutkan perjalanan menuju sebuah desa yang terletak di kaki gunung. Desa itu terkenal sebagai tempat tinggal para penjaga rahasia kuno—keturunan dari mereka yang dulu melayani naga cahaya.
Saat mereka tiba, suasana desa tampak suram. Banyak rumah terbakar, tanah dipenuhi bekas pertempuran, dan hanya sedikit orang yang tersisa.
Seorang tetua desa, berjanggut panjang dan berbalut jubah putih lusuh, menyambut mereka dengan mata berkaca-kaca. “Kalian… terlambat. Bayangan itu sudah datang kemari.”
Shen segera menghampiri. “Apa yang terjadi?”
Tetua itu menghela napas panjang. “Bayangan Lama menghancurkan sebagian besar desa. Ia mencari sesuatu… sebuah gulungan kuno yang berisi rahasia tentang dirinya. Kami berusaha menyembunyikannya, tapi…”
Mata Shen membesar. “Gulungan itu ada di sini?”
Tetua mengangguk. “Ya. Gulungan itu ditulis oleh naga cahaya sendiri, sebelum ia terkurung. Di dalamnya ada jawaban tentang asal-usul Bayangan Lama… dan bagaimana cara menghentikannya.”
Lin Feng menatap Shen dengan serius. “Kalau begitu, kita harus mendapatkannya sebelum dia.”
Tetua itu menggeleng. “Gulungan itu sudah tidak ada di desa. Beberapa penjaga berhasil melarikan diri, membawa gulungan ke sebuah kuil kuno di puncak Gunung Tian. Tapi Bayangan Lama pasti mengejarnya.”
Shen mengepalkan tangan. “Kalau begitu, kami akan pergi ke sana.”
---
Perjalanan menuju Gunung Tian tidak mudah. Jalan setapak yang menanjak dipenuhi reruntuhan, pohon tumbang, dan kabut pekat yang menutupi pandangan. Di sepanjang jalan, mereka menemukan bekas pertempuran—mayat para penjaga desa, darah yang mengering di tanah, dan jejak kabut hitam yang masih tersisa.
Shen berjalan di depan, matanya terus mengawasi sekeliling. Lin Feng, meski masih terluka, tetap bersikeras mengikuti. “Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian,” katanya tegas.
Setiap langkah mereka seolah dipandu oleh takdir, semakin mendekatkan mereka pada rahasia yang selama ini tersembunyi.
---
Saat matahari mulai tenggelam, mereka tiba di sebuah gua besar di sisi gunung. Gua itu dijaga oleh simbol-simbol kuno yang terpahat di pintu masuk, memancarkan cahaya samar.
Shen mendekat, lalu menyentuh salah satu simbol. Cahaya itu bergetar, lalu terbuka, memperlihatkan jalan masuk yang berliku.
“Ini pasti jalannya,” kata Shen.
Mereka melangkah masuk. Semakin dalam mereka berjalan, udara semakin dingin, dan gema langkah kaki mereka memantul di dinding batu. Hingga akhirnya, mereka sampai pada sebuah ruangan luas.
Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar batu, dan di atasnya… sebuah gulungan kuno berwarna emas.
Shen menahan napas. “Itu dia…”
Namun sebelum ia sempat melangkah, kabut hitam menyelimuti ruangan. Suara tawa dingin menggema.
“Ah… rupanya kalian mendahuluiku.”
Dari kegelapan, Bayangan Lama muncul lagi, tubuhnya lebih utuh daripada sebelumnya. Luka-lukanya sudah pulih, aura kegelapannya semakin kuat.
Lin Feng mengangkat tombaknya. “Sial… dia lebih cepat dari yang kita kira.”
Bayangan Lama menatap gulungan itu dengan mata merah menyala. “Itu milikku. Rahasia yang ada di dalamnya… akan membawaku pada kekuatan yang bahkan naga cahaya tak mampu lawan.”
Shen maju, pedangnya terhunus. “Kalau begitu, kau harus melewati kami dulu.”
---
Pertempuran kembali pecah di dalam gua. Shen menyerang dengan Pedang Cahaya Naga, memancarkan cahaya terang yang memantul di dinding batu. Lin Feng menusuk cepat dengan tombaknya, berusaha menghalangi gerakan lawan.
Namun Bayangan Lama jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Dengan satu ayunan tangannya, ia menciptakan bilah kabut hitam yang menghantam Shen hingga terlempar. Dengan jentikan jarinya, ia membuat dinding gua runtuh, memisahkan Lin Feng dari altar.
“Lemah,” ujarnya dingin. “Kalian hanyalah gangguan kecil.”
Shen berusaha bangkit, tubuhnya gemetar. Ia tahu, kali ini mereka takkan mampu menang hanya dengan kekuatan. Satu-satunya harapan mereka adalah gulungan itu.
Dengan sisa tenaganya, Shen berlari ke altar. Bayangan Lama segera menyadari gerakan itu dan melancarkan serangan.
Namun Lin Feng berdiri di jalannya, menahan serangan dengan tubuhnya sendiri. Darah muncrat dari mulutnya, tapi ia tetap tersenyum. “Pergi, Shen! Jangan biarkan pengorbanan kita sia-sia!”
Shen menjerit, lalu melompat ke altar. Ia meraih gulungan kuno itu, dan seketika cahaya emas menyelimuti ruangan.
Bayangan Lama meraung marah. “Tidak!!!”
Cahaya itu semakin terang, lalu masuk ke dalam tubuh Shen. Dalam sekejap, ia merasakan gelombang pengetahuan memasuki pikirannya. Ia melihat kilasan masa lalu: naga cahaya yang agung, pertempuran melawan kegelapan, dan… asal-usul Bayangan Lama.
Shen terengah, matanya membesar. “Jadi begitu… Bayangan Lama bukanlah musuh asing. Dia adalah… bagian dari naga cahaya itu sendiri.”
---
Rahasia terbesar terungkap: dahulu, naga cahaya menciptakan bayangan dari dirinya sendiri, sebuah sisi gelap yang ia coba buang. Namun bayangan itu tumbuh semakin kuat, hingga akhirnya menjadi makhluk terpisah. Mereka bertarung, tapi naga cahaya tak sanggup menghancurkannya—karena mereka berasal dari sumber yang sama. Maka, naga itu hanya bisa mengurung bayangan dalam segel, berharap tak pernah bangkit lagi.
Shen menunduk, menggenggam pedangnya erat. “Artinya… untuk mengalahkannya, aku tidak hanya butuh cahaya. Aku harus memeluk kegelapan juga.”
Bayangan Lama terdiam sejenak, lalu tertawa keras. “Kau akhirnya tahu… tapi itu hanya akan membuatmu hancur. Cahaya dan kegelapan tidak bisa bersatu. Salah satunya harus lenyap!”
Shen menggeleng. “Tidak. Keduanya adalah bagian dari satu kesatuan. Dan aku… akan menjadi orang yang menyeimbangkannya.”
---
Cahaya dari gulungan menyatu dengan pedang Shen, membuatnya bergetar hebat. Bilah pedang yang semula berwarna perak kini memunculkan bayangan hitam di tepinya, membentuk keseimbangan antara terang dan gelap.
Pedang Cahaya Naga berubah menjadi Pedang Seimbang, senjata yang memancarkan cahaya putih dan hitam sekaligus.
Shen menatap Bayangan Lama dengan sorot mata yang tak lagi ragu. “Pertarungan kita… baru saja dimulai.”