Karya ini orisinal, bukan buatan AI sama sekali. Konten *** Kencana adalah sang kakak yang ingin menikah beberapa waktu lagi. Namun kejadian tak terduga malah membalikkan keadaan. Laut Bening Xhabiru, menggantikannya menjadi istri pria dingin berusia 30 tahun yang bahkan belum pernah berciuman dengan wanita lain sebelumnya. Akankah mereka bahagia dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Air Chery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedinginan
Semakin lama, Bening mulai merasakan tubuhnya yang semakin dingin. Ia mengabaikannya dan tetap melanjutkan semua pertanyaan - pertanyaannya pada Segara.
“Kamu sudah melemparkan 6 pertanyaan. Aku rasa bibirku akan kering karena terus berbicara,” kata Segara dengan khas bicaranya yang ketus.
“Kalau begitu di pertanyaan terakhir. Pak Segara, untuk memuas keingintahuan pembaca. Saya rasa, saya harus menanyakan pertanyaan ini.”
“sebutkan,” kata Segara.
“Apa kau punya pacar?” tanya Bening membuat Segara menatapnya dengan tatapan tajam.
“Seperti yang saya bilang sebelumnya, ini untuk kepuasan pembaca. Anda seorang CEO muda dan berprestasi di bidangnya, tentu banyak yang ingin mengetahui hal itu juga,” kata Bening.
“Aku bahkan sudah memiliki istri,” kata Segara.
Sekarang, Bening yang menatapnya dengan intens. Ia tidak tahu apa maksud jawaban itu. Apa laki - laki itu menganggapnya sebagai istrinya? Atau sedang menyiratkan Grace sebagai pacar resminya itu.
“Oh, baiklah, kalau begitu sebaiknya dirahasiakan saja,” kata Bening.
Bening tidak ingin berada dalam masalah jika kemudian berita mencari tahu lebih dalam mengenai siapa istri CEO Karya Finansia menjadi topik di media. Bisa - bisa kehidupannya akan lebih terguncang.
Toh, menjalani pernikahan ini saja sudah membuat dirinya begitu pening dan tidak habis pikir. Apalagi kalau sampai seluruh orang tahu berita pernikahan paksa ini.
“Haccinn!!” Bening tidak bisa menahan bersinnya lagi.
Bening menahan rasa dingin yang terus menusuk lewat sela - sela kulitnya. Semakin lama, ia merasakan tubuhnya mulai meriang dan perutnya yang terasa tidak nyaman. Bahkan kepalanya mulai terasa nyeri.
“Maaf, Pak Segara,” kata Bening kemudian.
Segara hanya memandangnya dengan diam. Tidak bertanya langsung, namun nampak memperhatikan gelagat Bening yang sudah mulai terlihat berbeda dari awal kedatangannya.
“Terima kasih atas waktu anda yang berharga, Pak Segara. Obrolan kita cukup sampai di sini,” kata Bening.
Ia sudah tidak kuat untuk berlama - lama di ruangan dengan suhu AC yang sangat rendah itu. Rasanya bibirnya pun sudah mulai gemetar, namun sebisa mungkin ia menahannya.
Segara menganggukkan kepalanya. Bening memaksakan kakinya untuk berdiri. Tangannya juga mulai gemetar, tidak bisa ia kontrol. Rok pendek yang di kenakannya benar - benar memperparah keadaan.
Bening bertumpu pada tangannya yang memegang sudut meja Segara. Segara yang diam memperhatikan tangan Bening yang gemetar kini cukup kaget karenanya.
“Ada apa denganmu?” tanya Segara sembari beranjak dari duduknya.
Dengan cepat ia memapah tubuh Bening. Merasakan suhu tubuh Bening yang panas. Segara memastikan lagi, ia meletakkan telapak tangannya di dahi Bening. Benar saja, panas terasa.
“Pak Segara, maafkan saya,” kata Bening.
Ia merasa tidak enak jika harus merepotkan Segara. Namun dirinya benar - benar tidak kuat untuk berdiri lagi. Kakinya semakin terasa ngilu.
“Sejak kapan kamu demam begini?” tanya Segara panik. Ia membawa Bening di sofa.
Melihat Bening yang menggigil, Segara membuka jasnya lalu menyelimutkannya pada tubuh Bening. Segara lalu menelepon Shaka agar segera masuk ke ruangan.
Segara memeluk tubuh Bening. Ia ingin mentransfer hangat tubuhnya pada tubuh Bening. Bening merasakan sedikit kehangatan itu.
Tangan Segara tidak sengaja mengenai baju Bening yang basah. Ia memastikan, tangannya memegang baju Bening. Bening yang takut akan kejadian yang bukan - bukan lagi, segera menahan tangan Segara.
“Bening, aku hanya memastikan bajumu yang basah ini. Kau memakai baju basah ini dari tadi?” tanya Segara lagi. Bening hanya menganggukkan kepalanya.
“Pak Segara? …,” ujar Shaka yang terpotong karena terpana melihat Segara yang sedang memeluk Bening dengan erat.
“Shaka, matikan AC! siapkan juga mobil dan mundurkan jadwal malam ini,” kata Segara dengan wajah yang panik.
“Pak Segara, tapi jadwalmu kali ini adalah makan malam dengan koleg ….”
“Kesehatannya lebih penting!” sentak Segara membuat Shaka terperanjat.
“Pak Segara, Bening nggak apa - apa,” kata Bening dengan bibirnya yang gemetar.
“Diamlah, Shaka cepat lakukan!” sentak Segara lagi.
“Baiklah,” kata Shaka. Ia lalu mengeluarkan ponselnya.
“Segara?” ucap Grace yang berada di ambang pintu ruangan.
...🍓🍓🍓...
