"Aku tak peduli dengan masa lalu. Yang aku tahu adalah masa kini dan masa depan. Masa lalu hanya hadir untuk memberi luka, dan aku tak ingin mengingatnya!!" (Rayyan)
"Aku sadar bukan gadis baik baik bahkan kehadiranku pun hanya sebagai alat. Hidupku tak pernah benar benar berarti sebelum aku bertemu denganmu." (Jennie)
"Aku mencintaimu dengan hati, meski ku akui tak pernah mampu untuk melawan takdir."( Rani)
Kisah perjuangan anak manusia yang hadir dari sebuah kesalahan masa lalu kedua orang tua mereka. Menanggung beban yang tak semestinya mereka pikul.
Mampukah mereka menaklukkan dunia dan mendirikan istana masa depan yang indah dengan kedua tangan dan kakinya sendiri?
Atau kejadian masa kelam orang tua mereka akan kembali terulang dalam kehidupan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12.12. Jennie bag 2
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Jennie yang keasyikan menikmati pemandangan malam hingga lupa waktu. Gadis itu mengernyapkan kedua matanya pelan, menyadari jika sekitarnya telah sepi, hanya tinggal beberapa orang saja disana.
"Astaga aku lupa waktu." Di tepuknya pelan keningnya sendiri.
Dengan sedikit tergesa gadis itu bergegas beranjak dari tempatnya duduk. Mengingat jika dirinya berada sedikit jauh dengan lokasi apartemen nya berada kini Jennie sedikit mempercepat laju mobilnya.
Hatinya sedikit tenang manakala ada kendaraan lain nampak berada dibelakangnya. Namun ketenangan itu hanya berlaku sementara setelah beberapa saat ada 2 buah motor yang memepet mobilnya dengan mengacungkan senjata tajam. Jennie panik, dengan dada berdebar dan tubuh bergetar gadis itu menambah kecepatan mobilnya. Namun naas, karena kendaraan yang sejak tadi berada tak jauh dibelakangnya mulai menabrak mobil gadis itu dari belakang.
Dalam kondisi panik Jennie kehilangan keseimbangan. Mobil yang dikendarai nya menabrak salah satu pembatas jalan hingga mengakibatkan dirinya tak sadarkan diri.
"Cepat periksa, dia masih bernafas atau tidak?"
.
.
Suasana malam nampak cerah ditandai dengan banyaknya bintang yang bertaburan diatas langit. Mata emang itu masih betah menatap ke atas sana. Berharap wajah sang mama akan muncul demi mengobati rasa rindunya.
Rayyan merapatkan jaket kulit yang melekat di tubuhnya. Diatas kap mobilnya, pemuda tersebut menikmati hening dan hembusan angin.
Rayyan terlonjak kaget mendengar sebuah benturan tak jauh dari tempatnya berada. Dia yang memang memilih tempat sepi untuk menyendiri segera bergerak perlahan untuk sekedar melihat apa yang terjadi.
Kedua mata Rayyan memicing menatap 5 orang pria berbadan kekar nampak mengerubuti sebuah mobil dengan kap depan nampak sudah sedikit hancur dan terbuka. Dua orang diantaranya nampak berusaha membuka pintu mobil dengan memecahkan kacanya.
Suasana gelap membuat penglihatan Rayyan sedikit tak berfungsi ditambah lagi 3 orang yang berdiri menutupi mobil tersebut. Pada awalnya Rayyan tak lagi ingin mengambil pusing, apa yang mereka lakukan bukanlah urusannya.
Ketika hendak membalikkan badan tak sengaja pemuda itu melihat sepasang kaki yang sedang diangkat keluar dari mobil tersebut. Dia yakin, kaki tersebut kaki seorang wanita karena itulah Rayyan mengurungkan niatnya untuk berlalu dan memilih untuk tetap diam ditempatnya.
"Dia.." Kedua mata Rayyan membelalak kala dirinya melihat wajah wanita yang kini dimasukkan ke dalam mobil oleh 2 orang itu.
"Untung saja ada yang menolongnya, sudahlah." Rayyan kembali hendak berlalu namun pembicaraan 3 orang yang masih tersisa disana menarik perhatiannya.
"Bagaimana dengan mobil ini?"
"Coba saja kita gerakkan siapa tau bisa bergerak sedikit saja. Didepan sana ada jurang, kita bisa menjatuhkannya kesana untuk meninggalkan jejak." Sahut salah seorang dari mereka.
"Kenapa juga dia tak masuk ke dalam jurang itu saja tadi, jadi tugas kita untuk melenyapkannya akan semakin mudah."
"Sudah jangan terlalu banyak bicara, kalian selesaikan dengan segera. Kami yang akan membuang wanita ini ke tebing sebelah sana." Ucap salah seorang dari dalam mobil yang sudah dinyalakan.
Mobil yang membawa tubuh Jennie bergerak menjauh. Rayyan dengan segera bergerak menuju mobilnya. Pemuda itu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang saat melintasi 3 orang yang masih berada disekitar mobil Jennie.
Gas Mobil di injaknya dengan kencang saat Mobil yang diyakininya membawa tubuh Jennie sudah nampak di depannya.
Dering ponsel sempat membuat fokus Rayyan buyar. Namun pemuda itu segera mengembalikan fokusnya dengan segera.
.
.
Dua orang nampak terkulai lemas diatas jalan yang sedikit berbatu. Mereka telah keluar dari kota B dan berada di pinggiran kota. Daerah tersebut jarang sekali dilewati oleh orang karena tempatnya yang gelap dan hanya dikelilingi oleh tebing dan kebun.
"Kamu siapa? ada urusan apa kamu ikut campur urusan kami?"
Rayyan bergerak ke arah mobil dimana tubuh Jennie masih tergeletak disana. Nampak darah keluar dari pelipis wanita itu membuat sebagian wajah dan juga pakaiannya berlumuran darah.
Dengan cepat Rayyan mengangkat tubuh Jennie dan membawanya pergi tanpa menghiraukan 2 orang yang mengerang kesakitan karena dihajarnya tadi.
Mobil Rayyan melaju dengan kecepatan tinggi. Beberapa kali Mobil tersebut nampak melanggar marga jalan namun Rayyan seolah tak peduli.
"Jika ku bawa ke rumah sakit pasti orang-orang itu akan kembali mengancam nyawanya. Kalau tidak Aku harus membawanya ke mana? ke villa? Ckck menyusahkan saja." Gerutunya pelan sambil menoleh ke arah Jennie yang masih tak sadarkan diri.
Andai saja dia tak mengingat kebaikan Arlan mungkin dirinya juga tak akan ambil pusing dengan apa yang terjadi pada gadis itu. Toh semua itu bukan urusannya, tapi entah mendapat dorongan dari mana hingga Rayyan tergerak untuk menolong gadis malang tersebut.
.
.
"Astaga Den, apa yang terjadi dan ini siapa?" Pak Tyo terperanjat kaget melihat kedatangan Rayyan dengan membopong tubuh seorang wanita.
Yang lebih membuatnya terkejut adanya darah yang bahkan menetes dari lengan Rayyan dan juga wajah wanita dalam gendongannya.
"Tutup gerbangnya, pak. Nanti saja ceritanya kalau sudah di dalam. Tolong siapkan air dan obat obatan."
"Ba.. baik Den." Pak Tyo segera bergerak cepat. Mengunci gerbang.
Lelaki paruh baya tersebut segera mengambil wadah dan mengisinya dengan air, tak lupa dia juga mengambil kotak P3k dan segera membawanya menuju ruang tengah dimana Rayyan berada.
"Pak ada apa?" suara istri pak Tyo nampak bergetar. Keduanya mulai membersihkan wajah Jennie dengan air dan handuk kecil yang dibawanya. Darah tersebut sedikit mengental dan terdapat goresan sedikit memanjang dipelipis gadis itu.
Rayyan datang masih dengan penampilan yang sama hanya jaket kulit yang sebelumnya menempel di badan nya telah dia tanggalkan meyisahkan kaos berwarna hitam yang nampak basah entah oleh kringat atau darah.
"Den, lukanya sedikit dalam. Apa nggak sebaiknya dibawa ke rumah sakit saja agar mendapat perawatan." Takut takut Pak Tyo mengutarakan maksudnya.
"Dia sedang diincar orang, pak. Takutnya mereka masih mencarinya jika aku membawanya ke rumah sakit, mengingat rumah sakit di kota ini hanya ada 1 saja."
"Ya ampun, jadi neng cantik ini korban perampokan ya Den?" Bu Tyo yang sudah bisa menguasai dirinya mulai ikut bicara.
"Entahlah bu, aku hanya tak sengaja melihat mereka membawanya dengan mobil dalam keadaan pingsan."
"Den Rayyan berkelahi dengan mereka gitu?" Tanya Bu Tyo kembali melihat lengan Rayyan sedikit terluka.
Rayyan hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Mungkin sebentar lagi Vino datang ke sini membawa seorang dokter, pak. Tolong nanti di bukakan pintunya. Saya mau membersihkan badan dulu."
"Itu lukanya nggak diobati dulu, den?"
"Nanti saja bu, selesai mandi." Tubuh tegap Rayyan mulai beranjak meninggalkan pasangan suami istri tersebut dengan sejuta tanya di benak keduanya.
Tak lama suara bel berbunyi membuat Pak Tyo segera bergerak untuk membukanya. Sesuai dengan pesan Rayyan sebelum masuk jika Vino akan datang bersama seorang dokter.
"Pak Tyo, Rayyan dimana?" Vino berujar cepat, terlihat guratan kecemasan diwajahnya yang tegang.
"Den Ray sedang mandi, nak. Tapi wanita itu masih belum sadar dari tadi?"
"Wanita?"
"Iya, Den Rayyan pulang membawa wanita. Ayo, dia berada di ruang tengah sekarang, ibu sedang menungguinya."
Vino mengernyitkan dahinya, meski begitu dia memilih untuk melangkah mengikuti Pak Tyo bersama seorang dokter yang dibawanya.
karena mereka berdua sama-sama menempati posisi istimewa di hati Rayyan
yang penting Daddymu selalu bersikap baik padamu toooh
koneksinya gak main-main seeeh
aaahh aku telat bacanya ya, harusnya pas maljum kemaren 😅😅😅
pasti rayyan bahagia dpet.jackpot yg masih tersegel.
wkwkw bisa langsung hamil itu kan thor, kasian para orang tua pingin punya cucu, bakal jadi rebutan pasti.
ok lah makasih ry udah buat rayyan dan jenie bahagia disini