NovelToon NovelToon
Pencuri Terhebat

Pencuri Terhebat

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Tamat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Bermimpi menjadi pencuri terhebat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kutukan

Waru ingin tahu siapa sebenarnya pemilik rumah yang angker itu?

Kabar yang dirahasiakan rumah itu dulunya adalah rumah yang dipakai untuk pesugihan.

Yang tahu mengatakan rumah itu adalah istana setan.

Kemudian siapakah Veronica?

Waru baru teringat pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya. Ketika Waru mencuri di rumah angker itu.

Veronica yang berparas ayu dengan sosok perempuan berwajah cantik tapi sangat pucat adalah wanita yang sama.

Namun Waru sadar penampakan mereka berdua bukanlah seorang manusia.

Waru terlebih dahulu mencari informasi tentang rumah itu melalui peramban.

Ternyata ada fakta mengejutkan yang ditemukan.

Rumah itu untuk dijual.

Waru sudah memastikannya. Alamat dan gambar rumah mewah itu sama. Tidak ada yang keliru.

Bahkan rumah itu sudah diiklankan untuk dijual sejak dari sepuluh tahun yang lalu.

Apa yang sebenar-benarnya terjadi?

Terungkapnya fakta ini juga membuat Waru tersadar.

Bahwa almarhum Jati tidak hanya tahu kalau rumah itu angker.

Tapi sepupunya yang sudah meninggal itu juga pasti tahu kalau rumah yang berjuluk istana setan itu adalah rumah pesugihan yang masih menyimpan harta benda.

Sebelum Waru tidak pernah ada para pencuri bahkan perampok sekalipun yang berhasil menyatroni rumah besar itu.

Dan yang lebih mengagetkan lagi rumah angker itu sekarang dijual dengan harga yang miring.

Tapi kenapa belum ada yang mau membelinya?

Mengapa rumah angker yang dibandrol dengan harga murah itu belum laku terjual?

*

Tanpa menunggu lama keesokan harinya Waru untuk ketiga kalinya mendatangi rumah angker itu.

Di komplek perumahan rumah elit.

Waru bertanya di pos keamanan. Kali ini Waru tidak perlu berbohong.

"Permisi pak",

"Mau bertanya",

"Apa benar di sini alamatnya komplek perumahan Telaga Adem?",

"Benar sekali",

"Di sini komplek perumahan Telaga Adem?",

"Saudara ada keperluan apa?",

"Ada yang bisa saya bantu?",

"Saya mau mencari rumah nomor sembilan",

"Saya temukan di iklan rumah itu dijual",

Maksud kedatangan Waru yang disampaikan dengan tulus membuat petugas keamanan di komplek itu bergidik. Tiba-tiba saja raut mukanya berubah.

"Saudara tertarik mau membeli rumah itu?",

"Saya tertarik karena harganya murah",

"Bagus untuk investasi jangka panjang",

"Memangnya ada apa pak?",

Waru pura-pura tidak tahu kalau rumah itu angker.

"Tidak ada apa-apa",

"Tapi rumah itu sudah kosong sejak lama",

"Pemilik rumah itu sudah meninggal",

"Keturunannya tidak ada yang mau meneruskan tinggal di rumah itu",

"Bapak tahu siapa yang harus saya hubungi jika mau membeli rumah itu?",

"Soalnya nomor yang tertera di iklan sudah tidak aktif",

"Saya tahu",

"Sebentar saudara",

Petugas keamanan itu mencari sesuatu di dalam laci meja.

"Ini",

"Itu adalah kartu nama anak pertama dari pemilik rumah nomor sembilan",

"Saudara bisa menghubungi beliau",

"Terimakasih banyak pak",

Waru tertolong dengan kartu nama itu. Ia langsung berangkat ke alamat yang tertulis di kartu nama tersebut.

Sebenarnya kartu nama yang sudah usang ini juga ada nomor teleponnya. Tapi lagi-lagi sudah tidak bisa dihubungi.

Kota Kartu Nama

Kebetulan ada petugas syar'i yang sedang merapikan arus lalulintas yang ramai.

"Assalamualaikum kak",

"Mau minta tolong kak",

"Kalau alamat ini dimana ya kak?",

"Waalaikumsalam kak",

"Kakaknya dari sini lurus terus sampai ketemu lampu merah lagi",

"Habis itu belok kiri lurus terus sampai ketemu pangkalan delman",

"Kakak sudah sampai",

"Kakak tinggal tanya dimana alamat rumahnya",

"Terimakasih kak",

"Hati-hati berkendara ya kak",

Tidak lama Waru sampai di pangkalan delman. Sudah lama juga Waru tidak melihat kereta kuda atau dokar.

"Permisi pak numpang tanya",

"Kalau alamat rumah ini dimana ya?",

"Itu rumahnya kelihatan dari sini",

Di seberang jalan sana. Di depan pangkalan kereta kuda.

Ada sebuah rumah yang berdiri sendirian. Diapit oleh kanan dan kirinya yang masih kebun.

Waru pun tinggal menyeberang ke sana. Untuk mengetuk pintu rumah kayu itu.

"Assalamualaikum",

"Waalaikumsalam",

"Selamat sore",

"Apa benar ini rumah ...?",

"... adalah suami saya",

"Ada perlu apa saudara dengan suami saya?",

"Saya berniat mau membeli rumah nomor sembilan di Telaga Adem",

"Maaf suami saya sudah lama meninggal",

"Kalau mau berurusan dengan rumah itu silahkan hubungi adik suami saya",

"Ini kartu namanya",

*

Apa yang sebenar-benarnya terjadi?

Kartu nama yang pertama telah mati. Waru yang semakin dibuat menjadi penasaran melanjutkan pencarian dengan kartu nama yang kedua. Sebelum hari benar-benar malam.

Kartu nama yang kedua adalah anak kedua dari pemilik rumah angker.

Kartu nama yang kedua alamatnya lebih jauh lagi.

Desa Kartu Nama

Setelah berjam-jam berkendara tanpa berhenti. Waru tiba di sebuah desa yang baru jam delapan malam sudah sepi.

Dimana warganya?

Dengan siapa Waru harus bertanya?

Ada sebuah warung yang masih buka. Waru turun dari mobil lalu pergi ke sana.

Sebuah warung di gang sempit yang lampunya masih menyala.

"Permisi",

"Permisi",

Setelah beberapa lama memanggil akhirnya ada seorang kakek yang keluar.

"Mau beli apa?",

"Saya mau numpang tanya alamat kek",

"Ini alamatnya",

"Rumahnya di dekat sendang",

"Sebelah mana sendangnya kek?",

"Kamu jalan saja terus ke selatan",

"Rumahnya yang seperti apa kek?",

"Hanya ada satu rumah di sana",

"Terimakasih kek",

Waru berjalan terus ke selatan. Hanya ada satu rumah di sana.

"Permisi",

"Permisi",

Setelah beberapa lama memanggil akhirnya ada seorang bapak yang membukakan pintu.

"Ada perlu apa malam-malam?",

"Saya mau bertemu ...",

"Ini kartu namanya",

"... adalah istri saya",

"Ada perlu apa saudara mau menemui istri saya?",

"Saya berniat mau membeli rumah nomor sembilan di Telaga Adem",

"Maaf istri saya sudah lama meninggal",

"Kalau mau berurusan dengan rumah itu silahkan hubungi adik istri saya",

"Ini kartu namanya",

*

Apa yang sebenar-benarnya terjadi?

Kartu nama yang kedua juga sudah mati. Waru semakin ingin tahu kebenaran tentang misteri ini.

Namun hari sudah terlalu larut malam. Sebaiknya Waru pergi mencari penginapan.

Karena kartu nama yang ketiga alamatnya lebih jauh lagi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!