"Tahta tertinggi mencintai adalah mengikhlaskan.."
Kalimat itu sangat cocok menggambarkan keadaan yang dirasakan oleh Zio Nabastala Winata, pria berusia 28 tahun itu harus merelakan sang kekasih menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya dan mengakhiri hubungan yang sudah terjalin 3 tahun lamanya itu.
Namun, bagaimana jadi nya disaat Zio baru saja putus, Kaivan selaku sang papa justru menjodohkannya dengan putri dari rekan bisnis nya.
Akankah Zio menerima perjodohan itu dan menikah dengan wanita pilihan sang papa? atau dia akan memilih untuk tetap mengejar cinta nya lagi ?
Simak Kelanjutan ceritanya..
Keluarga Winata S3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 30. Persiapan Untuk Masa Depan
Setelah memastikan Kimmy sudah masuk kedalam rumah, barulah Zio menyalakan mesin mobil nya dan kembali melajukan mobil tersebut pulang kerumah nya. Ya, Zio ingin pulang kerumah pribadinya bukan kemansion papa Kai.
Sudah beberapa hari ini dia menginap dimansion papa Kai, dan kali ini ia ingin pulang kerumah. Meskipun, rumah tersebut tak sebesar seperti mansion milik papa Kai.Tapi, rumah itu Zio bangun dengan hasil jerih payahnya. Rumah model industrial bercat abu-abu dengan tipe dua lantai. Halaman yang luas dan ada taman kecil dibelakang nya. Gerbang yang menjulang tinggi dan juga ada pos jaga didepannya untuk 2 orang pekerja jaga keamanan.
Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit akhirnya Zio tiba dirumahnya. Melihat mobil sedan putih milik majikannya tiba, penjaga bergegas keluar dari pos dan berlari membukakan pintu gerbangnya menunduk menyapa Zio.
"Tuan Zio, selamat datang". Sapa Amri, penjaga keamanan yang dulu bekerja diperusahaan Zio. Kemudian, ia angkat lalu dipekerjakan sebagai satpam dirumah nya.
Zio hanya membunyikan klakson sebagai balasan. Setelah itu, ia melajukan mobilnya berbelok masuk melewati pintu gerbang dan berhenti tepat dicarport teras depan.
Kemudian, Zio segera turun dari mobil berjalan masuk kedalam rumah. Begitu masuk Zio langsung disuguhi keadaan dalam rumahnya yang sepi dan gelap gulita. Sebab, asisten rumah tangganya hanya bekerja saat siang hari dan ketika menjelang sore mereka akan pulang kerumah.
Hanya dengan bertepuk tangan dua kali dan lampu seketika langsung menyala terang dengan sendiri nya. Semua barang-barang yang ada didalam rumah tersebut semua nya sudah dilengkapi dengan alat deteksi sensor yang sangat canggih. Zio memang sengaja mendesain rumah nya seperti itu agar Laura merasa nyaman dan betah tinggal dirumah saat ketika mereka menikah nanti, dan Zio juga meminta Luara untuk meninggalkan karir nya dan fokus pada keluarga nya. Namun, sayang takdir berkata lain. Ia dan Laura kini telah berpisah.
Zio tersenyum kecut mengingat momen-momen itu. Momen dimana Laura setiap pagi selalu datang kerumah ini hanya untuk sekedar membuatkannnya sarapan pagi, setelah itu mereka berdua sarapan bersama lalu pergi berangkat bekerja juga bersama. Mereka juga sering menonton film kesukaan Laura bersama, olahraga bersama diruang Gym. Kegiatan-kegiatan yang sangat sederhana tapi mampu meninggalkan bekas yang mendalam dihati Zio. Bahkan, sekelebat bayangan Laura saat mondar-mandir disetiap sudut didalam rumah nya pun masih terekam jelas dikepala Zio.
"Bahkan aroma parfum mu masih membekas tercium disini Ra.. " gumam Zio lirih seraya mengulas senyum getir
Zio menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan mencoba menghilangkan rasa sesak yang tiba-tiba melingkupi hatinya saat mengingat kebersamaannya bersama Laura. Wanita yang amat sangat ia cintai selama 3 tahun lamanya itu. Wanita yang sudah berhasil membuatnya merasakan jatuh cinta untuk pertama kali nya, dan juga wanita yang telah berhasil meremukkan hatinya.
Ya, Laura adalah wanita pertama yang menjalin hubungan dengan Zio. Sebab selama 24 tahun hidup, waktu Zio hanya ia habiskan untuk belajar dan terus belajar. Dan tepat saat usia nya menginjak 25 tahun, saat hari wisuda kelulusannya di universitas luar negeri. Kala itu, Laura juga menghadiri wisuda temannya yang satu angkatan dengan Zio. Dan, dari situlah Zio dan Laura mulai berkenalan kemudian lama-kelamaan kedua nya saling menaruh rasa. Entah siapa yang mulai duluan menyatakan perasaan itu, hingga akhirnya mereka menjalin hubungan sampai bertahan 3 tahun lamanya.
Kaki jenjang Zio melangkah menaiki satu persatu anak tangga dan berhenti tepat didepan pintu kamar nya, kemudian tangannya terangkat meraih handle pintu lalu mendorong pintu tersebut agar terbuka. Zio berjalan masuk kedalam dan tak lupa ia menutup kembali pintu nya. Lagi, suara Laura yang mengomeli nya setiap pagi saat menyiapkan baju kerja nya masih berdenging kuat ditelinga Zio. Meskipun, Laura dengan bebas keluar masuk kedalam kamarnya tapi belum pernah mereka tinggal bersama dalam satu atap atau bahkan tidur satu ranjang. Zio masih ingat untuk selalu menjaga batasannya.
"Sial nya, bahkan setiap sudut kamar ini tak luput dari jangkauan tangan mu Ra. Dulu aku sangat menyukai barang-barang dikamar ini disentuh dan dirapikan oleh mu. Tapi, sekarang aku mulai membencinya Ra, sangat membenci nya".
Zio merogoh saku celananya tuk mengambil ponsel. Jari jemari besarnya dengan lincah menggulir layar benda pioih itu mencari nomor telepon Zaki. Setelah menemukan nomor tersebut Zio segera mendial nya. Ia tidak peduli meskipun waktu sudah dini hari dan bahkan Zaki sudah beristirahat, tapi Zio tetap menghubunginya.
Butuh beberapa kali Zio menekan nomor telepon Zaki, sampai pria itu mengangkat sambungan teleponnya.
"Sialan, apa kau tidak tau waktu menelpon ku malam-malam!".
Bukan kalimat sapaan yang Zio dapatkan dari Zaki, justru sebaliknya pria itu malah mengumpati nya.
"Tutup mulut mu Zak! Buka mata mu!". Bentak Zio
Mendengar suara yang amat sangat Zaki kenali, sontak saja kedua matanya langsung terbuka dengan lebar. Zaki menjauhkan ponselnya melihat nama sang penelpon.
"Damn!" umpat Zaki lirih namun masih bisa didengar oleh Zio.
"Berani kau mengumpati ku lagi Zak? punya nyawa berapa kamu?" Geram Zio merasa kesal
Sedangkan, Zaki hanya tersenyum meringis di seberang telepon.
"Maaf tuan saya tidak berani.." ucap Zaki
Zio mendesahkan nafas nya kasar dan tak menggubris permintaan maaf Zaki. Ia melangkahkan kakinya menuju balkon lalu membuka tirainya.
Tak mendengar sahutan dari tuannya, suara Zaki pun kembali menyapa.
"Tuan? Anda masih ada disana?"
"Hmm.. Carikan aku rumah baru". Kata Zio to the point
"Ya tuan ?" beo Zaki belum dengar sepenuh nya apa yang Zio katakan.
"Carikan aku rumah baru Zak, dan lelang rumah ini". Zio mengulangi ucapannya dengan tegas
"Bukankah rumah itu baru anda beli 2,5 tahun yang lalu tuan? Kenapa dijual?" tanya Zaki penasaran.
Pasalnya, dulu Zio bersikeras mempertahan rumah itu saat ada salah satu investor nya yang ingin membeli nya sebab rumah itu terlihat sangat minimalis namun mewah dan elegan.
Zio sendiri yang mendesain rumah itu, bahkan Zaki juga diperintahkan untuk terjun langsung mengawasi jalannya pekerjaan pembangunan rumah tersebut.
Jadi, bisa dikatakan keseluruhan rumah itu Zio sendiri yang bertanggungjawab. Dia tidak membeli rumah yang siap pakai, tapi dia membangunnya sendiri.
"Jangan banyak tanya Zak, jalankan saja apa yang aku katakan". Tegas Zio
"Baik tuan", sahut Zaki pasrah dan tak lagi bertanya.
"Dan ya, rumah baru itu harus dua kali lebih besar dari rumah ini. Kepemilikan sertifikat rumah atas nama Kimmora Agyana Wijaya".
"Baik tuan".
Tanpa menyahut ucapan Zaki, Zio langsung mematikan sambungan teleponnya setelah itu ia kembali melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar. Dipandanginya setiap sudut kamar tersebut dengan dalam-dalam.
"Mulai hari ini aku akan menghapus semua nya tentang mu Ra.. Aku juga akan menikah sebentar lagi. Dan, kamu Kimmora.. Mungkin aku tidak mencintai mu, tapi akan aku usahakan menjadi suami yang bertanggungjawab untuk keluarga kecil kita nantinya". Janji Zio pada dirinya sendiri.
.
.
.
Haii, jangan lupa dukungannya! Like, vote dan komen... Terimakasih 🌹❤️
ooh Sarah ya ,🤭🤭
jangan sampe kamu salah minum obat yg bisa bikin bahaya sama kandungan kamu
/Heart//Heart//Heart/....Ter the best