Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkeringat
Sebelah bahu ku terasa pegal karena seorang pria yang tertidur sambil menyenderkan kepalanya pada bahu ku, Mas Javar. Mata ku melirik ke arah dimana jam dinding berada, menunjukkan pukul setengah sembilan dan aku pun mulai merasa kantuk, dengan perlahan aku menepuk pipinya berusaha untuk membangunkan dia dari tidurnya.
"Mas, bangun dulu, kita pindah ke kamar."
"Eunghhh..." Dia menggeliat dari tidurnya.
"Bangun Mas, tidurnya lanjut di kamar aja." Ucapku mencoba untuk menyadarkannya.
"Saya udah lama tidur disini?" Tanya nya dengan suara khas orang baru bangun tidur.
"Sekitar dua jam, tuh lihat udah mau jam sembilan." Ucapku sambil menunjuk ke arah jam dinding.
Karena memang tadi saat kita berdua sampai di unit apartemen, kita beristirahat dulu di sofa l, dengan aku yang meminum segelas susu kehamilan milik ku.
"Astaga! Amira, maafkan saya. Pasti badan kamu jadi pegal karena menahan beban tubuh saya." Ucapnya dengan raut wajah yang merasa bersalah.
"Iya sih bahu aku pegal, mangkanya aku bangunin kamu buat pindah ke kamar."
"Ayo, mau saya gendong?"
"Nggak usah, aku masih bisa jalan sendiri kok."
Setelah itu dia beranjak dari sofa sembari tangannya menggenggam tangan ku, untuk diajak masuk ke dalam kamar. Sampai nya di dalam kamar, dia langsung merebahkan diri di kasur sedangkan aku menaruh tas selempang ku dulu di meja rias dan berniat untuk menghapus riasan juga mengganti baju.
"Sini Amira, kita tidur. Kamu mau kemana?"
"Sebentar, aku mau ganti baju dulu Mas. Gerah kalo pake baju ini."
"Hm, jangan lama-lama."
"Iya."
Aku pun mengambil baju tidur yang ada di lemari dan berjalan ke arah kamar mandi karena aku masih merasa malu jika harus berganti baju di hadapannya walaupun dia sudah melihat semua inci di tubuh ku dan karena sekarang ini kita berdua belum terikat dalam suatu hubungan yang sah.
Hanya memerlukan waktu beberapa menit untuk aku berganti pakaian dan juga menghapus riasan. Setelah selesai, aku menyusul Mas Javar ke atas kasur, dia sudah tertidur kembali, mungkin dia sangat kelelahan. Aku pun mulai memejamkan mata secara perlahan memasuki alam mimpi.
Malam berlalu begitu saja, kini sinar matahari mulai mengintip kecil melewati celah-celah jendela yang ada di kamar ini, karena merasa terganggu dengan sinar matahari itu, aku pun mulai terbangun dari tidur ku.
Mengumpulkan kesadaran penuh kemudian menyingkirkan selimut yang membungkus tubuhku, aku berjalan ke arah kamar mandi karena ingin buang air kecil. Setelah selesai dengan urusan di kamar mandi, aku langsung keluar dari sana, berjalan ke arah jendela untuk membuka gorden agar sinar matahari dapat masuk dan aku pun melakukan sedikit perenggangan otot.
Terdengar suara ranjang yang bergerak, aku pun membalikkan diri untuk melihat apa yang terjadi, ternyata Mas Javar sudah terbangun dari tidurnya dan sedang mengumpulkan kesadarannya.
"Kamu udah bangun dari tadi, Amira?" Suara serak khas bangun tidur itu menyapa pendengaran ku.
"Barusan kok, tadi abis dari kamar mandi dulu."
Dia hanya berdeham menanggapi ku dan beranjak dari kasur berjalan ke arah ku, tanpa aku duga, dia membawa ku dalam sebuah pelukan hangat. Hal itu tentu saja membuat aku terkejut dan berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan ini.
"Mas? Lepas ih, bau tau."
"Sebentar, lagipula mana ada saya bau."
Aku memilih untuk tidak menanggapinya dan membiarkannya semakin mengeratkan pelukan.
"Mas, udah lepas. Aku mau siapin sarapan buat kita." Ucapku sambil berusaha melepaskan pelukan nya.
Karena memang kami sudah cukup lama berpelukan seperti ini, dia tanpa protes lagi langsung melepaskan pelukannya dan mengelus lembut rambut ku.
"Sarapannya kita beli di luar aja ya? Mending sekarang kamu mandi terus siap-siap buat berangkat ke tempat senam."
"Ya udah deh, lagipula aku lagi males masak. Aku mau mandi dulu." Ucapku sembari mengambil langkah menuju ke kamar mandi, namun niat ku untuk masuk ke kamar mandi harus tertunda karena dengan tiba-tiba dia menarik tanganku yang otomatis membuat tubuhku berbalik lagi menatap ke arahnya dan dengan cepat dia mencuri satu kecupan pada bibirnya, sontak saja hal itu membuat aku membelalakkan kedua mataku.
"Mas!!" Teriak ku kesal, sedangkan orang yang aku teriaki tadi malah terkekeh dan pergi keluar dari kamar, meninggalkan diri ku yang sedang kesal kepadanya.
Dengan rasa kesal yang masih menggerogoti diri ku, aku pun melangkahkan kaki menuju ke tempat tujuan ku tadi, yaitu kamar mandi.
Butuh waktu beberapa menit untuk aku membersihkan diri, setelah selesai aku langsung kembali ke kamar, lebih tepatnya ke arah lemari untuk mencari pakaian yang cocok untuk aku kenakan saat senam nanti dan untungnya beberapa hari yang lalu saat aku dan Mas Javar ke mall untuk berbelanja baju, aku membeli beberapa baju yang diperuntukkan untuk melakukan aktivasi olahraga seperti senam.
Setelah merapihkan penampilan ku, dengan memoles wajah ku dengan riasan tipis, aku pun keluar dari kamar dan berjalan menuju ke arah dapur. Ternyata di dapur sudah ada Mas Javar yang sedang menyiapkan sesuatu di meja makan, saat aku mendekat ke arahnya, barulah aku tau apa yang tengah dia siapkan. Itu adalah bubur ayam, yang sepertinya tadi dia pesan saat aku sedang mandi.
Saat sudah ada di depan meja makan, tatapan kami saling bertubrukan, mata miliknya menelisik setiap inci pada tubuhku.
"Emang bajunya harus seketat itu, Amira?" Ah ternyata yang menjadi permasalahannya adalah baju senam yang aku kenakan.
"Baju buat olahraga kan gini Mas, lagipula ini kan dapet pilihin kamu juga pas kemaren di mall."
"Saya kira gak bakalan seketat itu di kamu. Ya sudah, tidak apa-apa tapi nanti saat berangkat ke sana kamu pake cardigan atau apalah yang bisa nutupin tubuh kamu sementara."
"Iya, nanti aku coba cari di lemari."
"Udah selesai mandinya? Kita sarapan dulu kalo gitu."
"Udah, ini buburnya dapet dari mana Mas?" Tanya ku seraya duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan ini.
"Tadi saya pesan lewat aplikasi. Oh iya, karena saya gak tau apa aja yang kamu suka dan gak suka, mangkanya saya minta tolong ke penjualnya buat pisah topingnya."
"Pantesan bungkusnya banyak banget."
"Ya udah dimakan, topingnya kamu tambahin sendiri aja."
"Iya." Aku pun mulai menambah toping ke atas bubur ayam milik ku.
Kegiatan sarapan kali ini dipenuhi keheningan, setelah obrolan tadi kami berdua fokus kepada makanan masing-masing. Bubur milik ku sudah habis, begitupula dengan bubur milik Mas Javar, aku pun beranjak dari tempat duduk ku berniat untuk membersihkan bekas sarapan kami berdua di pagi ini.
"Kali ini biar aku yang bersihin dan beresin ya Mas, kamu langsung mandi aja sana."
"Iya, saya mandi dulu."
Dia pun beranjak dari duduknya masuk kembali ke dalam kamar, sedangkan aku mulai membenahi bekas sarapan barusan.
Kini kami berdua sudah siap untuk berangkat ke tempat senam berada setelah selesai melakukan segala aktivitas di apartemen pada pagi hari. Sesuai dengan perintah dari Mas Javar yang menyuruhku untuk mengenakan pakaian lainnya untuk menutupi pakaian olahraga ku yang cukup ketat, sekarang aku sudah mengenakan sebuah jaket denim milik ku.
Tempat nya ternyata tidak terlalu jauh dari kawasan apartemen, walaupun masih lebih dekat tempat les memasak kemarin daripada tempat senam ini. Kami berdua pun turun dari mobil yang sudah terparkir dan mulai memasuki gedung yang menjadi tempat senam untuk ibu hamil ini. Tampilannya memang sama saja seperti tempat olahraga biasanya yaitu gym, tidak jauh berbeda, perbedaannya terletak pada pengunjungnya yang didominasi oleh wanita.
Setelah mengantarkan ku pada ruangan yang dimana senam akan di lakukan, aku menyuruh Mas Javar untuk pulang saja ke apartemen, tapi dia menolaknya mentah-mentah, dia ingin menunggu ku disini sampai selesai.
Disini aku berada, bersama dengan beberapa wanita hamil lainnya sedang melakukan senam yang diperuntukkan untuk wanita yang sedang hamil. Mengikuti setiap arahan yang diberikan oleh instruktur senam yang ada di depan ku, aku pun mulai melakukan beberapa gerakan senam nya.
Yah, sesuai dengan dugaan ku jika senam yang dilakukan bukan seperti senam yang biasanya dilakukan, tapi cukup membuatku menguras keringat. Waktu senam pun telah berakhir, bulir-bulir keringat mengalir di dahi dan juga pelipis milik ku. Setelah meminum air yang aku bawa dari rumah, aku pun langsung berpamitan kepada orang-orang yang masih ada di dalam ruangan ini.
Dapat aku lihat di kursi tunggu ada Mas Javar yang sedang fokus memainkan ponselnya, mungkin karena mendengar suara langkah yang mendekat, dia pun mendongakkan kepalanya dan melihat diriku.
"Udah selesai senam nya?" Pertanyaan itu dia lontarkan saat aku baru saja sampai di hadapannya.
"Udah, barusan aja."
"Kamu keringetan banyak banget Amira, kamu kecapekan?" Tanya nya khawatir sambil bangkit dari duduknya dan mengelap peluh yang ada di dahi ku dengan tangannya.
"Nggak, keringetan kan hal yang biasa kalo abis selesai olahraga Mas."
"Tapi ini banyak banget."
"Aku emang tipe orang yang kalo keringetan pasti banyak, jangan khawatir. Aku gak kenapa-kenapa, ayo pulang." Ucapku sambil menyeret satu tangannya.
______________________________________
Ditunggu komentarnya buat bab kali ini! See you...