NovelToon NovelToon
Air Mata Istri Yang Diabaikan

Air Mata Istri Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: fadelisa dedeh setyowati

Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.

ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.

akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata istri Yang Diabaikan 24

Pagi itu udara terasa hangat di luar namun di dalam kamar terasa beku. Bukan karena nyala AC yang terlalu rendah tapi sikap Bagas yang tak kunjung menghangat pada Andini meski mereka sekarang sah suami istri.

Andini masih tertidur saat Bagas menatapnya perlahan. Rambutnya sedikit berantakan menutupi sebagian wajahnya.

Malam pertama telah berlalu tanpa sentuhan, tak ada gejolak dalam hati Bagas.

Tak lama Andini terbangun, ia mengucek mata dan mendapati Bagas juga telah bangun.

“Mas, sudah bangun?” sapanya pada Bagas.

“Hmm,” hanya itu yang keluar dari mulut Bagas.

Keheningan menguar kembali, bukan hening yang nyaman, melainkan dinding yang tak kasatmata yang membatasi.

Andini mencoba untuk abai. “Mas mau sarapan apa hari ini? biar aku buatkan,”

“Ga perlu. Aku mau sarapan masakan buatan Ratna,” kemudian Bagas menyibakkan selimut dan beranjak pergi. Tak memedulikan Andini yang sekuat tenaga menekan dadanya dengan bantal.

Ia mencoba tersenyum tipis meski matanya perlahan meredup. Ada jarak yang sengaja dijaga, ada dinding yang tak bisa ia robohkan.

Tak apa.

Ia akan terus mencoba.

Andini menarik selimutnya, menghadap ke dinding. Kristal yang hangat meleleh di pipinya. Bersamaan dengan suara engsel yang berderit pelan. Bagas pergi tanpa menoleh ke arahnya. Meninggalkan Andini yang ditemani sepi yang bahkan lebih keras dari teriakan.

Tak lama Andini memilih menyusul Bagas sebelum memutuskan untuk mencuci wajahnya terlebih dahulu.

Di bawah ia hanya mendapati Ayah dan Ibunya saja di ruang makan.

Benar, Bagas benar-benar pulang ke rumahnya untuk menikmati masakan Ratna.

“Bagas belum bangun nduk?” tanya Ibu Andini.

“Suruh bangun Din, kita sarapan bareng,” imbuh ayahnya.

“Eehh ... Mas Bagas udah berangkat duluan Bu, Yah,” jawab Andini sedikit terbata.

“Berangkat dulu? Tanpa berpamitan dengan kami?” selidik Ayah Andini tak suka

Andini menggigit bibirnya, ia menyayangkan sikap Bagas yang dianggap kurang sopan. Bagaimana tidak? Bagas pergi tanpa berpamitan dengannya apalagi orangtuanya.

“Ini kan hari pertama Bagas jadi suamimu nduk, apa tidak bisa izin dulu barang sehari?” ujar Ibu Andini lebih tenang ketimbang ayahnya.

“Mas Bagas ... Mas Bagas ada rapat penting Bu, jadi ... jadi ga bisa ikut sarapan sama kita,”

“Tapi setidaknya pamitan sama kami, mau bagaimanapun kami ini juga sudah jadi orangtuanya,” Ayah Andini sepertinya merasa kesal dengan menantunya.

Lagi-lagi Andini hanya bisa menelan ludah. Hari ini ia terpaksa berbohong untuk menyelamatkan muka Bagas. Ia tahu mulai sekarang ia akan lebih sering berbohong lagi demi Bagas.

“Maafkan Mas Bagas Yah, tadi juga perginya buru-buru kok. Jadi gak sempat pamitan,” ujar Andini mencoba menenangkan Ayahnya.

Ayah Andini yang mendengarnya hanya diam meneguk teh hangatnya. Membuat Andini jadi tidak enak.

“Ya sudah sini Din sarapan dulu,” ajak Ibunya sambil menyendok nasi ke piring Andini, “Mau seberapa? Tambah lagi?”

“Cukup Bu, cukup.” Andini mengambil piringnya dan menyendok lauk ayam kecap kesukaannya. Sesaat Andini tertegun, ada sepiring udang asam manis kegemaran Bagas di meja makan.

“Ibu ... yang masak?” tunjuk Andini ke piring yang berisi udang asam manis itu.

“Iya, kan katamu Bagas suka udang asam manis,” ucap Ibunya mulai menyendok nasi dan lauk.

Hati Andini terasa dihimpit. Ibunya sudah susah payah menyiapkan masakan untuk Bagas, tapi apa balasannya?

“Nanti kamu bungkus aja ya Din, taruh di rantang aja, buat makan siang Bagas,” lagi-lagi ibunya menunjukkan perhatian pada menantunya itu.

Maklum saja, Andini tidak punya kakak laki-laki. Mungkin itulah yang membuat Ibu Andini dengan mudahnya menerima dan menyayangi Bagas.

Perlahan Andini menyuap makanannya sembari sekuat tenaga menahan diri agar tidak meneteskan air mata.

Tak lama sarapan berakhir, “Biar Dini yang nyuci piring bu,” ucap Andini sambil mengangkat piring dan gelas kotor.

“Kamu ndak kerja?” tanya Ayah Andini sambil membaca koran ditemani secangkir kopi yang baru saja dibuatkan ibu Andini. “Makasih ya bu, kopinya enak,” puji Ayah Andini pada istrinya.

Ibu Andini tersenyum, “Iya pak.”

Andini yang tengah mencuci piring membalikkan badannya, ada rasa haru dan iri bercampur jadi satu ketika melihat kemesraan dan kasih yang Ayah dan Ibu Andini saling perlihatkan.

Ia berandaikan hal yang sama tentang Bagas.

Namun sayang, Bagas belum membuka hatinya untuk Andini. Tapi gadis itu tak akan menyerah. Ia sudah sampai sejauh ini, maka ia akan bertahan apapun yang terjadi.

Selesai mencuci piring Andini bergegas mandi dan bersiap berangkat kerja. Tak lupa rantang hasil masakan ibunya untuk makan siang Bagas.

Sesampai di kantornya Andini cepat-cepat masuk ke ruangannya. Ia tak ingin banyak bertemu dengan rekan kerja yang lain.

Ia malas menanggapi tentang pernikahannya yang tak mengundang banyak tamu.

Mungkin karena ia terlalu sibuk sampai ia tak sadar Bayu mengetuk pintu ruangannya berulang kali.

“Sibuk banget ya Din,”

Andini yang masih berkutat dengan beberapa desain sketsa mendongakkan kepala dan mendapati sahabatnya tengah mengamati rantang makanan yang ada di meja.

“Kamu bikin bekel lagi?” tanya Bayu sambil membuka rantang makanan.

“Itu untuk Mas Bagas,” sahut Andini kembali menekuni sketsanya.

“Emang dia mau? Bukannya dia lebih suka masakan istri pertamanya?” tanya Bayu sambi lalu.

Perkataan Bayu menumbuh perasaan sesak seolah dadanya dihimpit beban berat.

Ya, Bayu sudah tahu perihal Andini adalah istri kedua Bagas.

Benar kata Bayu, apakah ada jaminan Bagas akan menerima makanan yang ia bawa?

Hanya satu jawabannya.

Andini berdiri meraih rantang itu kemudian pergi meninggalkan Bayu yang masih tertegun di tempat.

“Din ... Andini, Din ... kamu mau kemana?” susul Bayu.

Tapi langkah Andini lebih cepat dari Bayu. Ia menuju parkiran dan segera menyetir mobil keluar dari parkiran kantor menuju kantor Bagas.

Tak butuh waktu lama bagi Andini untuk sampai di kantor Bagas. Segera ia menuju ruangan suaminya.

Di balik pintu yang sedikit terbuka Andini mendengar gelak tawa wanita yang dikenalnya.

Ratna.

Ia bisa melihat Bagas dan Ratna sedang makan bersama diiringi senda gurau. Keduanya nampak begitu mesra dan saling mencintai.

Sesekali mereka saling menyuapi satu sama lain. Andini bisa melihat bagaimana Bagas dengan penuh cinta mengusap bibir Ratna yang terkena saus.

Seketika dada Andini terasa terhimpit melihat keduanya tengah tertawa bersama. Tangannya meremas kuat-kuat pegangan rantang.

Ia iri terhadap Ayah Ibunya yang mesra.

Ia iri terhadap Ratna dan Bagas yang mesra.

Sekian lama berdiri disana akhirnya Andini memutuskan untuk pergi, ia tak mau mengganggu kebersamaan dua sejoli itu. Ia tak kuat.

Tepat sebelum Andini berlalu, Ratna sempat menoleh ke arah pintu dan tersenyum miring.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!