NovelToon NovelToon
Teperdaya Maharani Merindu

Teperdaya Maharani Merindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Misteri / Romansa Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat
Popularitas:229
Nilai: 5
Nama Author: OMIUS

Di tengah masalah pelik yang menimpa usaha kulinernya, yang terancam mengalami pengusiran oleh pemilik bangunan, Nitara berkenalan dengan Eros, lelaki pemilik toko es krim yang dulu pernah berjaya, namun kini bangkrut. Eros juga memiliki lidah istimewa yang dapat membongkar resep makanan apa pun.
Di sisi lain, Dani teman sedari kecil Nitara tiba-tiba saja dianugerahi kemampuan melukis luar biasa. Padahal selama ini dia sama sekali tak pernah belajar melukis. Paling gila, Dani tahu-tahu jatuh cinta pada Tante Liswara, ibunda Nitara.
Banyak kejanggalan di antara Dani dan Eros membuat Nitara berpikir, keduanya sepertinya tengah masuk dalam keterkaitan supernatural yang sulit dijelaskan. Keterkaitan itu bermula dari transfusi darah di antara keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OMIUS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Yang Keempat

Sukar dimungkiri olehku sendiri, rasa cintaku pada Tante Liswara memang teramat kuat. Sampai-sampai aku dibuat lupa, bagaimana perjuanganku dulu dalam memperistri seorang perempuan molek yang waktu itu tengah membuaiku. Susah payah aku memilikinya, namun begitu enteng mengikhlaskannya berpaling ke pria selingkuhannya.

Aku tak tahu, entah sampai kapan aku sanggup memendam rasa ini. Terlebih ketika Tante Liswara tengah beroleh terapi pijat dariku. Saat jemariku menekan-nekan bagian tubuhnya, rasa ini semakin bergejolak tak karuan.

Kalau boleh dianalogikan, jemari tangamku tak ubahnya kuas yang kupakai melukiskan wajah mudanya, sama-sama instrumen untuk mengungkapkan ekspresi rasa.

Dalam beberapa momen aku hampir hilang kendali. Saking tak kuasa menahan gejolak rasa, aku nyaris saja mendekap erat tubuh Tante Liswara, sekaligus mengungkapkan isi hatiku padanya. Namun, untungnya nalar sehatku lagi-lagi masih galak melarang.

Tidak mengindahkan saran Nitara, sore ini aku kembali melanjutkan rutinitasku pada Tante Liswara. Baru masuk gerbang rumahnya seorang kurir berkendara motor datang. Kurir tersebut lantas menitipkan paket atas nama Tante Liswara padaku. Langsung kuterima paket tersebut.

“Paket dari teman lama Tante. Isinya lukisan,” jelas Tante Liswara saat paketnya kuserahkan padanya.

“Teman Tante Lis seorang pelukis?”

“Pelukis, cuma bukan pelukis papan atas.”

“Pantas di rumah Tante Lis banyak menggantung lukisan.”

“Karena teman akrab sedari SMA dulu, dia sering mengirim lukisannya pada Tante. Apalagi Tante suka sama karya-karyanya.”

Usai berkata Tante Liswara lalu merobek bungkusan paket di tangannya. Isinya sebuah gulungan kanvas yang langsung dikeluarkannya. Setelah dijulurkan, gulungan kanvas itu ternyata memang sebuah lukisan.

“Ini lukisan wajah Tante semasa mahasiswi dulu.”

Aku terpana. Lukisan yang baru dikeluarkan dari dalam bungkus paket itu serta-merta mengagetkanku. Serupa betul dengan salah satu lukisan karyaku, di mana menampak di sana seraut wajah perempuan muda berdagu indah dengan potongan rambut ikal mengembang.

Tidak berlebihan bila aku menyebutnya kloningan lukisanku. Apalagi aku juga menemukan keterangan waktu pembuatannya. Fantastis, tanggal, bulan, serta tahun pembuatannya ternyata sama persis dengan yang kutorehkan di lukisanku.

“Nama teman Tante Lis siapa?” Buru-buru aku bertanya, penasaran dengan jati diri pelukisnya.

“Juanda Effendi,” jawab Tante Liswara sembari memandangi lukisan wajahnya sendiri. Terlihat amat apresiasi pada karya lukisan teman lamanya. “Menyesal sekali, Pak Juanda sudah meninggal sekitar dua tahun lalu.”

“Sudah meninggal ... terus yang kirim lukisannya siapa?”

“Keponakannya. Dia baru tahu kalau lukisan ini khusus dibuat untuk Tante sendiri. Makanya baru dikirim sekarang.”

“Berarti lukisan ini dibuat sebelum Pak Juanda meninggal?”

“Ini lukisan karya terakhirnya. Sepertinya Pak Juanda sudah punya firasat, tak lama lagi bakal meninggal. Pak Juanda lalu tiba-tiba ingin melukis wajah Tante. Karena mengerti kondisi Tante waktu itu belum bisa lepas dari kursi roda, Pak Juanda akhirnya melukis Tante lewat foto lawas.”

“Hmmm ... teman istimewa sepertinya.” Kelihatannya aku mulai tergoda cemburu. Padahal barusan Tante Liswara mengutarakan jika pelukisnya telah meninggal.

Memalingkan mukanya padaku Tante Liswara malah tersenyum untukku.

“Tante mau tanya, Dani sama Tara kurang apa dekatnya? Terus apa kalian berdua mengaku pernah pacaran?”

Giliran aku yang balas melengkungkan senyum untuknya.

“Hubungan Tante sama Pak Juanda persis sama dengan Dani dan Tara, sudah kayak saudara saja.”

“Boleh tanya, Pak Juanda sampai punya firasat akan meninggal?”

“Barangkali karena penyakit jantungnya. Lima bulan sebelum meninggal Pak Juanda sempat menjalani operasi di PJN Harapan Kita Jakarta. Almarhum sejak lama punya kelainan jantung. Padahal darahnya langka sekali, golongan darah B rhesus negatif.”

“Kenapa Tante Lis enggak kasih tahu Dani? Golongan darah Dani, kan B negatif juga?”

“Tim medis dapat pasokan darah B rhesus negatif dari RS. PMI Bogor. Cukup untuk transfusi darah Pak Juanda.”

“Berarti operasi jantungnya berhasil.”

“Pak Juanda malah bisa kembali melukis lagi setelah pulang dari rumah sakit.”

“Bisa juga Pak Juanda beroleh pasokan darah B negatif dari Dani. Dua tahun lalu Dani pernah donor darah juga ke RS. PMI Bogor.”

“Pemilik darah B rhesus negatif katanya sangat langka di Indonesia. Selama dua tahun disimpan di RS. PMI, belum tentu juga ada yang pernah pakai darahmu.”

“Kalau meninggalnya Pak Juanda, apa terserang penyakit jantung lagi?”

Tak lantas menjawab Tante Liswara malah menunduk. Rona mukanya mendadak terlihat kelabu. Sementara bola mata langsung berkaca-kaca. Tante Liswara kentara berat menceritakan sebab teman dekatnya meninggal.

“Lupakan saja, Tante Lis, enggak perlu dijawab!”

“Pak Juanda meninggal gara-gara mobil travel yang ditumpanginya hilang kendali akibat rem blong di Tol Cipali. Lalu ditubruk bus yang lagi kencang berlari dari arah samping. Beliau langsung meninggal di tempat. Kejadiannya pas malam menjelang hari kemerdekaan dua tahun lalu.”

Ternyata Tante Liswara tetap menceritakan penyebab kematian teman dekatnya. Sementara aku langsung kembali terpana begitu malam menjelang hari kemerdekaan disebutkannya.

Di malam itulah aku sempat mengalami fenomena yang masih sangat misterius, tahu-tahu tubuhku terpental tanpa kuketahui penyebabnya. Kalau boleh diibaratkan, di malam itu aku seperti ditabrak kendaraan yang tengah melaju kencang.

Mungkinkah kejadian yang menerpaku di malam menjelang hari kemerdekaan terkait dengan cerita Tante Liswara, perihal kecelakaan lalu-lintas yang menewaskan Pak Juanda?

Hingga Tante Liswara kemudian memintaku segera melakukan terapi pijat, benakku malah keterusan menghubung-hubungkannya. Semua dikarenakan Pak Juanda yang kemungkinan besar pernah menerima pasokan darah dariku.

o4o

1
Asnisa Amallia
Enak banget karya ini, aku nggak sabar nunggu kelanjutannya!
Yusuf Muman
Menyentuh hati.
Mich2351
Aku suka banget sama karakter-karakternya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!