SQUEL "GAIRAH SANG CASANOVA"
SERI KELIMA.
Hari pernikahan sudah ada di depan mata. Namun, pada kenyataannya pria bernama Chow Branson King Tan tidak bisa menikahi wanita pujaannya. Karena pada saat pemberkatan dia malah menyebut nama wanita lain, sebuah nama yang jelas berbeda dari surat undangan yang tersebar.
Sebuah tragedi yang terjadi beberapa jam sebelum acara sakral dimulai, membuat pria yang kerap disapa Choco terpaksa menikahi calon anak tirinya—Prilly Hadwin.
Dan karena alasan itulah, Choco mulai membenci Prilly.
Lalu bagaimana mereka akan menjalani kehidupan biduk rumah tangga? Sedangkan dalam hati Choco masih tersemat satu nama, yaitu Melinda—ibu tiri Prilly sendiri.
Akankah Prilly mampu meluluhkan hati Choco? Mari ikuti kisah mereka.
Ig@nitamelia05.
Salam anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Ke Perusahaan
Ken dan Zoya sudah berangkat ke luar kota sejak pagi tadi. Dan hal tersebut dimanfaatkan Choco, agar tidak pergi bersama dengan istrinya saat datang ke kampus.
Tanpa menyentuh sarapannya, Choco langsung pergi begitu saja. Membuat Aneeq yang kala itu melihat kelakuan adiknya langsung geleng-geleng kepala.
Dia tidak bisa menghentikan pria tampan itu, sebab mobil Choco sudah melandas keluar dari gerbang.
Prilly yang sudah tahu akan ditinggalkan, berusaha untuk mengulum senyum, agar terlihat baik-baik saja di depan kakak iparnya.
"Tidak apa-apa, Kak. Aku bisa berangkat sendiri," ujar Prilly. Dia selalu berkata pada batinnya, bahwa ini semua konsekuensi yang harus dia terima, ketika mencintai seseorang yang tidak mencintainya.
Aneeq menyugar rambut menggunakan kelima jarinya, dia merasa tak enakan sebab tingkah Choco nyaris tak ada perubahan. "Kalau begitu biar kamu diantar oleh supir saja ya, Pril."
Tak ingin membuat sang kakak ipar semakin merasa bersalah. Prilly langsung menganggukkan kepala. Hari ini dia diantar oleh supir keluarga Tan.
"Hati-hati ya, Pril. Kalau ada apa-apa jangan lupa hubungi aku ataupun Jennie," ucap Aneeq sebelum mobil tersebut melandas.
Mendengar itu, batin Prilly merasa begitu haru. Dia tidak akan menyangka, bahwa keluarga Choco bahkan bisa bersikap baik padanya.
Dengan bola mata yang sedikit berkaca-kaca, Prilly pun menganggukkan kepala. "Iya, Kak. Terima kasih sudah mau direpotkan."
"Jangan pernah bicara seperti itu, karena kita adalah keluarga."
Kalimat yang keluar dari mulut Aneeq senantiasa berdengung di telinga Prilly. Gadis cantik itu sangat bersyukur, karena meskipun Choco belum menerima dia.
Ada banyak orang yang berdiri di belakangnya, bahkan siap membantu sampai ia bisa mendapatkan cinta dari suaminya.
Sumpah demi apapun, dia tidak akan pernah menyesal karena sudah memperjuangkan cintanya terhadap Choco. Meksipun dia tidak tahu, bagaimana ujung dari kisah cinta mereka. Antara bahagia atau sebaliknya.
"Pak, bisa tidak kita putar arah?" tanya Prilly pada sang supir. Karena dia baru ingat, bahwa dia harus pergi ke perusahaan. Padahal dari semalam perasaannya sudah tak karuan.
"Putar arah ke mana, Nona? Bukankah kita akan pergi ke kampus?" Sang supir balik bertanya.
"Eum ... aku ingin pergi ke perusahaanku terlebih dahulu. Jadi, apakah Bapak bisa mengantarku ke sana?"
"Tentu saja, Nona."
"Kalau begitu kita pergi ke Guero Grup."
Lantas sang supir langsung mengangguk. Dia memutus perjalanan ke kampus, karena harus mengantarkan Prilly ke tempat yang gadis itu tuju.
Kurang dari satu jam mereka mengukur jalan raya. Akhirnya kedua orang itu sampai di Guero Grup. Salah satu perusahaan besar yang berdiri di bidang properti.
Beberapa orang hulu-hilir, tetapi ketika melihat Prilly, dengan kompak mereka semua menunduk sopan. Sebab mereka semua tahu, bahwa gadis manis itu adalah pewaris satu-satunya tempat mereka bekerja.
"Selamat datang, Nona," sapa salah satu resepsionis, lalu diikuti oleh beberapa orang yang ada di belakangnya. "Apakah ada yang bisa saya bantu?"
"Iya terima kasih, Tari. Aku ingin bertemu dengan Asisten Pram, dari kemarin aku sudah menghubunginya tetapi kenapa sulit sekali yah? Apa dia sedang sibuk?" tanya Prilly to the point.
Akan tetapi sebelum dijawab oleh sang resepsionis yang bernama Tari itu. Seorang pria bersetelan jas, tiba-tiba menghampiri Prilly.
"Prilly?" panggilnya.
"Uncle Leo?"
Semua orang yang ada di sana langsung pergi ke tempat masing-masing, karena Leo—salah satu teman dekat Tuan Hadwin—memberi kode dengan gerakan tangan.
"Ada apa, Pril? Tumben kamu datang sepagi ini?" tanya Leo dengan kening yang berkerut.
"Ah iya, Uncle. Aku ke mari karena ingin bertemu dengan asisten Pram. Apakah dia sudah datang?"
"Pram? Kenapa kamu mencarinya? Bukankah dia sudah mengundurkan diri? Melinda bilang dia sudah bicara dengan kamu," jawab Leo apa adanya. Sebab berdasarkan kabar yang beredar, Pram telah mengundurkan diri setelah masuk ke ruangan CEO yaitu ruangan yang dihuni oleh Melinda saat ini.
Prilly langsung melebarkan kelopak matanya, karena semua ini terdengar sangat aneh. Bahkan Melinda tidak memberikan kabar apapun tentang pengunduran diri Pram.
"Wanita itu tidak memberitahukannya padaku, Uncle. Kemarin asisten Pram menelpon, tetapi tidak terangkat karena aku ada di kamar mandi. Tapi setelah aku hubungi kembali, beliau mendadak tidak bisa dihubungi," jelas Prilly, sesuai dengan fakta yang ada.
Deg.
Leo merasa ada yang tidak beres dengan ini semua. Karena Melinda pun tiba-tiba langsung mengangkat Bryan—manajer keuangan—sebagai asisten pribadinya.
"Bahkan Melinda sudah memiliki pengganti Pram, dia mengangkat Bryan."
Prilly langsung menggelengkan kepala. "Aku harus bertemu dia. Aku rasa dia menyembunyikan sesuatu!" Kata Prilly.
Leo pun setuju, keduanya sepakat untuk mendatangi ruangan Melinda. Akan tetapi Leo menunggunya di luar, agar Prilly bisa leluasa berbicara. Termasuk tentang suaminya.
"Katakan padaku, apa yang sudah kamu lakukan terhadap Asisten Pram?!" cetus Prilly saat ia baru saja masuk ke ruangan ibu tirinya.
Dia tidak peduli lagi apa itu sopan santun. Karena Melinda sama sekali tidak pantas mendapatkannya.
Wanita yang hampir berkepala empat itu pun mengangkat wajah. Menatap sang anak tiri yang terlihat begitu emosi. "Ada apa? Kenapa datang-datang langsung menginterogasi aku?"
"Aku tidak butuh basa-basi. Katakan apa maksudmu memecat asisten Pram?"
"Haish, kamu salah, dia itu mengundurkan diri. Bukan aku yang memecatnya!" tegas Melinda.
"Aku tidak akan pernah percaya dengan mulut ular sepertimu!"
Mendengar Prilly yang mulai merendahkannya, hati Melinda pun meradang. "Jangan asal bicara, atau aku akan melakukan sesuatu terhadapmu! Ingat, kamu itu tidak memiliki siapapun. Bahkan suamimu tidak sudi menganggapmu sebagai istri!"
Dada Prilly terasa sesak dengan ucapan Melinda yang begitu menohok. Namun, dia tidak ingin memperlihatkannya.
"Aku tidak peduli sama sekali dengan apa yang kamu ucapkan. Mau seperti apapun sikap suamiku, dia tetap milikku. Kami tinggal satu atap, dan negara pun mengakuinya. Tidak seperti hubungan kalian yang selalu disembunyikan seperti bangkai!"
"Kurang ajar!" sentak Melinda, dia langsung bangkit dan hendak menyerang Prilly. Namun, dengan cepat Leo datang.
"Hentikan!" teriak pria paruh baya itu begitu menggema. "Kalian harus ingat, ini perusahaan. Bukan ring tinju yang bisa dijadikan ajang saling menghajar!"
Melinda berdecih, sementara Prilly mengepalkan tangannya kuat. Sepertinya dia memang sudah harus turun tangan untuk mengurus perusahaan peninggalan keluarganya.
"Hari ini juga, aku akan menurunkanmu dari jabatan!"
Namun, bukannya merasa takut, Melinda malah terkekeh kecil. "Tidak semudah itu, Anakku Sayang. Karena surat kuasa mengatakan, perusahaan ini akan dipindah tangankan padamu, ketika kamu berumur 25 tahun. Jadi, kita bermain dengan hukum."
Mendengar itu, Prilly langsung terperangah.
***
Jangan lupa berikan cinta kalian kepadaaaa acuhhh😗😗😗
trua liat respon pembaca dari komen nya kok kayak seru baca nya
penasaran baca 1 bab dulu
eh malah tertarik