Di malam pertama pernikahannya, Siti mendengar hal yang sangat membuatnya sangat terluka. Bagaimana tidak, jika pernikahan yang baru saja berlangsung merupakan karena taruhan suaminya dan sahabat-sahabatnya.
Hanya gara-gara hal sepele, orang satu kantor belum ada yang pernah melihat wajah Siti. Maka mereka pun mau melihat wajah sebenarnya Siti dibalik cadar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Tidak ada yang lepas dari pengawasan ketiga sahabatnya Gio, mereka sudah tahu jika Gio sedang merintis usaha barunya seorang diri. Gio menyewa sebuah sebuah bangunan ruko yang baru jadi yang tidak jauh dari rumah yang ditinggalinya. Tempat yang sangat strategis dan belum ada juga jasa pengiriman di daerahnya.
Di sana Gio mulai merintis bisnisnya, ikut bergabung dalam jasa pengiriman barang. Dari brosur yang diterima Teo, ada banyak keuntungan yang akan di dapat konsumen jika menggunakan layanan jasanya.
Seperti biasa, Gio sangat pandai mengatur strategi marketing. Melihat prospek usaha yang dijalankan Gio tidak mustahil jika bisnis itu akan langsung memiliki tempat di hati para pelanggan.
"Bakat bisnis yang dimiliki Gio adalah sebuah anugerah," puji Leo.
"Gio mewarisi bakat dari Om Denis juga. Coba saja kita lihat, apapun bisnis yang mereka jalankan selalu menuai kesuksesan." Puji Jun menambahkan.
"Kalian benar, tapi itu jika Gio tidak memilih saingan. Tapi sekarang ada aku yang akan menjadi saingannya." Ujar Teo menatap keduanya.
Leo dan Jun pun menatap sahabat mereka yang sedang haus validasi. Ingin membuktikan kalau Teo lebih unggul dari Gio.
"Kamu ini kenapa, Teo?. Kita itu sahabat! Untuk apa kamu bersaing dengan seorang pemula?. Kamu itu pemilik saham terbesar perusahaan ini, masih kurang semua ini buat kamu?." Leo meluapkan emosinya.
"Aku tahu Gio salah, tapi kita pernah melakukan kesalahan juga terhadap Gio. Lalu kenapa sekarang kamu masih mau mempersulit hidup Gio?, dia sudah tidak punya apa-apa lagi." Lanjut Leo lalu pergi meninggalkan ruangan Teo yang tadinya milik Gio.
Jun ikut keluar juga dari sana, dia tidak suka dengan cara Teo membalas kecurangan Gio. Meski mereka bertiga juga pernah mencurangi Gio sampai Gio harus mau membagi saham perusahaan miliknya dengan mereka bertiga.
Anggap saja kecurangan yang dilakukan Gio sebagai balasan dari kecurangan yang telah mereka lakukan terlebih dahulu terhadap Gio.
Sementara itu di dalam ruangannya Siti baru menyelesaikan pekerjaannya. Semuanya lancar tidak ada malasan, dia bisa pulang tepat waktu dan langsung menemui Gio di ruko.
Siti begitu antusias untuk melihat bisnis Gio yang sudah berjalan, sudah ada orang yang menggunakan jasanya. Suaminya turun tangan sendiri mengerjakan bisnisnya supaya memastikan semuanya berjalan seperti yang diharapkannya.
Siti segera keluar meninggalkan kantor, dia pulang menaiki sepeda motor milik Ayahnya yang dibelinya dari gaji pertamanya bekerja di perusahaan. Walau bukan motor baru tapi tidak diragukan lagi kebandelan sepeda motornya yang jarang rewel. Sebab Ayah sangat rajin untuk memeriksa kesehatan dan kebersihan kendaraannya.
Motor Siti berhenti di tempat nasi goreng, dia membeli dua bungkus. Yang spesial untuk Ayahnya dan ati ampela yang telurnya di pisah untuk Gio karena pria itu sangat menyukainya.
"Assalamualaikum," Siti mengucap salam saat tiba di ruko. Seorang pelanggan baru saja keluar dari sana.
"Waalaikumsalam," Gio menghampiri Siti lalu menerima tangan Siti yang kemudian Siti mencium tangannya untuk yang kedua kalinya setelah di hari pernikahan.
Perasaan Gio menghangat, Siti juga, tapi keduanya lebih memilih untuk bersikap biasa saja.
Siti duduk di kursi Gio lalu membuka nasi goreng untuk Gio. Menaruh air putih hangat yang tadi dibawanya dari rumah saat mengantar nasi goreng spesial untuk Ayah.
"Ayo makan dulu!," Siti bangkit dan meminta Gio duduk di kursinya.
"Lah, kamu tidak makan?," Gio duduk karena Siti sangat memaksanya.
"Aku masih kenyang."
"Kita makan bersama, ya?."
Siti mengangguk, tidak mau mengecewakan suaminya. Mereka pun mulai makan satu piring, satu sendok dan satu gelas berdua.
"Romantis ya, kita?."
Siti mengangguk sambil tertawa pelan. Gio juga.
Sebelum tutup ruko ada lima orang yang memasuki ruko, mereka mau mengirim barang. Siti ikut membantu dengan menaruh barang yang sudah di input oleh Gio. Kemudian menyusunnya rapi.
Mereka meninggalkan ruko setelah semua barang di pickup ke dalam mobil yang akan berangkat malam ini juga.
Siti dan Gio tidak langsung tidur, mereka menghabiskan waktu di ruang tv. Gio membuat laporan untuk hari ini. Harus dia syukuri sebab setiap harinya semakin bertambah banyak pelanggan yang menggunakan jasa layanan pengiriman barang-nya.
Siti yang duduk di sebelah Gio langsung memalingkan wajahnya ke Gio yang masih fokus pada layar ponselnya. Kemudian Gio menatap Siti dan mengikuti gerakan kecil dari mata jernih itu.
"Astaga!," kemudian Gio tertawa ketika kucing betina dan kucing jantan bercinta di depan mereka lagi. Kedua kucing itu peliharaan Ayah.
"Ini pertanda apa, ya?." Canda Gio.
"Usir mereka dari sana, Mas!," pinta Siti masih menatap Gio sebab tidak berani menatap ke arah di mana kucing-kucing itu memadu kasih dengan suara yang baru di dengarnya pula.
Gio kembali tertawa menatap Siti. "Dilarang menganggu kesenangan kucing-kucing itu, Sit!. Bagaimana kalau mereka sama-sama sudah mau klimaks? Nanti tidak jadi karena diganggu sama kita. Malah kasihan 'kan jadinya."
Sebuah pukulan pelan mendarat di tangan Gio yang sudah tidak memegang ponsel.
"Biarkan saja mereka menyelesaikan sampai sama-sama puas." Gio tersenyum jahil.
"Aku juga pasti tidak mau lah kalau sampai diganggu orang lain, itu tuh kegiatan yang paling mengasyikkan yang ada di muka bumi ini." Lanjut Gio menatap dalam mata jernih Siti.
Selesai ceramah Gio selesai juga kegiatan kucing-kucing itu. Mereka berdua pergi dari hadapan Gio dan Siti.
"Kemarin cicak, hari ini kucing, besok apa lagi?." Gerutu Siti sambil bangkit berdiri lalu pergi dari sana. Meninggalkan Gio yang masih menatapnya.
"Besok giliran kita yang akan bercinta," jawabnya tapi tidak mungkin di dengar istrinya karena sudah menghilang di balik pintu kamar.
*
Siti sangat sibuk sampai tidak bisa mengecek ponselnya padahal dia tahu ada beberapa pesan yang masuk. Dia cepat-cepat mengerjakannya satu persatu supaya bisa pulang, minimal tidak sampai harus lembur. Dia mau membantu suaminya juga.
Namun apa daya sudah lewat dari jamnya pulang, Siti masih sibuk di kursi kebesarannya. Kalau sudah bekerja Siti suka luka sama ponselnya.
Teo duduk di hadapan Siti setelah Siti mempersilakannya masuk dan duduk.
"Aku mau konsultasi masalah keuangan."
"Silakan saja."
Teo membuka dokumen lalu menunjuknya pada Siti. Karena itu merupakan pekerjaannya, Siti pun dengan mudah memberikan masukan yang seharusnya dilakukan Teo sebagai atasan untuk bijak dalam masalah keuangan.
"Ternyata kamu memang sangat cerdas," puji Teo yang tidak direspon oleh Siti.
Siti melirik jam tangannya setelah Teo keluar dari ruangannya. Mungkin sekarang Gio sudah berada di rumah. Siti meregangkan otot sebelum menyudahi pekerjaannya malam ini.
Siti dan Teo berada dalam satu lift, tapi keduanya saling diam sampai pintu lift terbuka.
"Aku antar pulang, ya?."
"Tidak perlu!," Gio datang di antara Siti dah Teo.
Siti hamil anak Gio
saat kejadian malam kelam yg lalu,AQ yakin bahwa yg tidur dgn Teo bukanlah Siti melainkan Asih
tetap semangat berkarya kak 💪💪🙏🙏
semoga asih n teo dpt karma yg lebih kejam dari perbuatan nya pada siti