Aku sering mendengar orang berkata bahwa tato hanya diatas kulit.
“Jangan bergerak.”
Suara Drevian Vendrell terdengar pelan, tapi tegas di atas kepalaku.
Jarumnya menyentuh kulitku, dingin dan tajam.
Ini pertama kalinya aku ditato, tapi aku lebih sibuk memikirkan jarak tubuhnya yang terlalu dekat.
Aku bisa mencium aroma tinta, alkohol, dan... entah kenapa, dia.
Hangat. Menyebalkan. Tapi bikin aku mau tetap di sini.
“Aku suka caramu diam.” katanya tiba-tiba.
Aku hampir tertawa, tapi kutahan.
Dia memang begitu. Dingin, sok datar, seolah dunia hanya tentang seni dan tatonya.
Tapi aku tahu, pelan-pelan, dia juga sedang mengukir aku lebih dari sekadar di kulit.
Dan bodohnya, aku membiarkan dia melakukannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Postingan Itu
Liora memutuskan untuk membantu Livia menjaga toko bukunya. Ia sudah membuang masalah yang menimpanya seminggu yang lalu.
Debu tipis berkilauan setiap kali Liora menggeser buku, menyusunnya rapi. Tangannya sibuk, tapi pikirannya masih tersisa di sore kemarin bersama Drevian tatapan hangat, es krim stroberi, dan senyum kecil yang membuat jantungnya berdebar.
Namun dunia luar tidak seromantis itu.
Di sisi lain ruangan, dua pelanggan yang baru masuk membungkuk pelan, berbisik sambil melirik ke arah Liora.
"Eh, itu kan Liora?" suara mereka lirih, tapi cukup terdengar bagi yang peka.
"Iya... kemarin aku lihat postingan Selena. Dia upload foto Liora sama Drevian. Pegangan tangan...."
Liora tertegun. Tangannya berhenti di punggung buku. Telinganya menangkap jelas kata-kata itu. Postingan? Foto?
Bisikan itu makin terasa menusuk ketika pelanggan lain yang duduk di pojok ikut menimpali.
"Beneran? Aku juga lihat! Komentarnya banyak sekali. Katanya Liora nggak tahu diri, merebut pacar orang.
"Ih, kasihan Selena kalau beneran begitu."
Jantung Liora berdetak kencang. Tangannya bergetar saat ia meraih buku berikutnya. Ia belum pernah membuka media sosial sejak kemarin. Ia benar-benar tidak tahu ada badai yang sudah meledak.
Wajahnya memanas. Ia ingin menutup telinga, tapi kata-kata itu terus berdengung.
Di meja kasir, Livia yang sejak tadi memperhatikan, menggenggam erat nota belanja di tangannya. Ia bisa membaca wajah Liora dari jauh senyum yang pudar, bahu yang merosot. Ia tahu sahabatnya itu pasti mendengar.
Dan benar saja, suara gosip makin ramai.
Untunglah, suara tegas memotong udara.
"Cukup!"
Ibu Veli berdiri di tengah ruangan, kedua tangannya berada dipinggang. Suaranya keras, membuat semua kepala menoleh.
"Ini toko buku, bukan pasar! Kalau mau bergosip, silakan keluar. Orang datang ke sini untuk membaca, bukan mendengar mulut jahil kalian."
Suasana seketika hening. Beberapa pelanggan pura-pura sibuk membuka halaman buku.
Namun ketenangan itu hanya sesaat. Pintu berdering, dua gadis muda masuk dengan langkah percaya diri. Mereka berdandan modis, senyum mereka menyeringai sinis begitu melihat Liora di dekat rak.
Salah satu dari mereka berambut pirang kecoklatan, dia menarik tangan Liora yang sedang membersihkan rak buku
"Liora! Jadi benar ya Kau merebut Drevian dari Selena?"
Seluruh toko terdiam.
Liora menoleh perlahan, wajahnya pucat.
"Aku..." suaranya tercekat.
Gadis satunya menimpali, suaranya lebih tajam.
"Kau memang nggak tahu diri. Dari SMA Selena itu udah dekat sama Drevian. Kami tahu kalau kau itu bukan satu SMA sama Drevian, tapi kami gak suka kalau Selena diperlakukan seperti itu. Selena itu sahabat kami!"
Tangan Liora gemetar, matanya panas. Ia ingin membantah, tapi lidahnya terasa kelu. Kata-kata pedas itu seperti cambuk di depan banyak orang.
"Cukup!!"
Ibu Veli melangkah maju. Wajahnya merah padam menahan marah.
"Siapa kalian bicara seenaknya di toko ini?!" bentaknya.
Salah satu gadis mendengus.
"Kami sahabat Selena. Jadi kami tahu persis apa yang terjadi. Kalian semua harus tahu Liora itu merebut-"
Plak!
Bukan tamparan, tapi suara tangan Ibu Veli menghantam meja. Semua orang terkejut.
"Murahan!" ucap Ibu Veli tajam, matanya menusuk kedua gadis itu.
"Kalian pikir dengan membawa-bawa nama sahabat kalian, kalian bisa seenaknya menghina orang di depan umum? Tahu apa kalian soal Drevian? Tahu apa kalian soal Liora?!"
Gadis pirang itu membelalak
"Apa maksudmu-"
" Maksud saya," potong Ibu Veli cepat,
"kalau kalian sahabat Selena, pantas saja kelakuannya sama. Sama-sama murahan! Tidak ada harga diri datang ke toko orang hanya untuk menghasut gosip kotor."
Suasana pecah. Beberapa pelanggan yang tadinya diam kini mulai berbisik, tapi kali ini tidak semua mendukung dua gadis itu. Ada yang menunduk malu, ada yang mengangguk setuju pada Ibu Veli.
Gadis berambut pirang mengepalkan tangan.
"Kau berani menghina kami?!"
"Keluar dari toko ini sekarang juga!" teriak Ibu Veli lantang.
Ketegangan melanda beberapa detik sebelum akhirnya kedua gadis itu mendengus keras dan berjalan pergi, membanting pintu dengan kasar.
Liora tak kuat lagi. Ia segera menaiki tangga ke kamarnya di lantai atas, tanpa berkata apa-apa. Begitu pintu tertutup, air mata langsung pecah.
Ia menutup wajah dengan bantal, tubuhnya gemetar. Semua kata-kata pedas itu terulang di kepalanya. Merebut Drevian... murahan...
Padahal ia tidak pernah sekalipun berniat menyakiti siapa pun.
Di Studio Vendrell, Zeke yang sedang membersihkan meja akhirnya membuka ponselnya. Notifikasi ramai sekali. Begitu ia lihat postingan Selena, wajahnya memerah marah.
Foto Liora dan Drevian bergandengan tangan terpampang jelas di postingan Selena. Komentar orang-orang membanjir, kebanyakan menghina Liora.
"Dasar perempuan nggak tahu diri."
"Kasihan Selena..."
"Pantesan si Drevian berubah, ternyata digoda anak toko buku."
Zeke menggertakkan giginya.
"Astaga, ini sudah keterlaluan..."
Ronan melihat raut wajah Zeke yang berubah menjadi tegang. Jadi dia menanyakan
"Ada apa?"
"Selena berulah lagi. Dia ternyata kemarin mengambil foto diam-diam saat Drevian dan Selena berpegangan tangan ditangga itu. Dia bilang kalau Liora merebutnya." ujar Zeke.
Beberapa pelanggan pria yang datang pagi itu, juga melihat postingan Selena kemarin.
"Kenapa gadis ini selalu membuat masalah?" ujar pelanggan pria itu pada temannya
"Ya, benar. Dan para perempuan banyak yang percaya dengan fitnah itu. Mereka kurang informasi." balas pria itu lagi.
Ronan lalu menghampiri pelanggan itu dan memberikan beberapa desain yang bagus untuk menghentikan gosip itu.
Namun Drevian? Ia masih sibuk dengan dokumen keuangan di ruangannya, sama sekali belum tahu apa yang terjadi.
Senja mulai turun ketika Celeste akhirnya pulang dari kampus tempat ia mengajar. Tubuhnya lelah, tapi rasa penasaran membuatnya membuka ponsel. Ia pulang menggunakan mobilnya menuju rumah lalu duduk disofa untuk merilekskan badan.
Notifikasi memenuhi berandanya. Salah satu postingan viral muncul di layar foto seorang gadis muda menggenggam tangan Drevian.
Celeste terhenti. Matanya menyipit, mencoba memastikan. Wajah itu Liora.
"Tidak mungkin" gumamnya.
Ia membaca caption tajam dari Selena, lalu komentar-komentar yang sebagian besar menyudutkan Liora.
Hatinya terasa berat. Jadi ini gadisnya? Tapi apa benar seperti yang ditulis Selena?
Ia menggulir komentar lebih jauh, sampai akhirnya matanya berhenti pada satu komentar panjang.
Dari akun Zeke.
"Kalian semua salah menilai. Liora bukan seperti yang kalian pikirkan. Dia gadis baik, pekerja keras, dan tidak pernah merebut siapa pun. Jangan tertipu dengan kata-kata orang yang jelas-jelas iri. Aku kenal Liora lebih lama daripada Selena. Percayalah, dia tidak seperti itu."
Celeste terdiam lama. Kata-kata itu terasa jujur. Ada sesuatu yang tulus di baliknya.
Ia menutup ponsel perlahan. Pandangannya menembus jendela, ke arah langit ungu.
"Kalau begitu… aku harus tahu sendiri siapa sebenarnya Liora itu."
Besok Celeste tidak masuk jadwal mengajar jadi dia memutuskan untuk pergi ke Studio Tato adiknya.
Kring....
Pesan masuk dari Kak Celeste
"Drevian, kamu besok sibuk? Kakak besok mau datang."
Tak lama, balasan masuk
"Aku tidak sibuk, kak. Datang saja kalau kakak mau."
Celeste berpikir lagi. Apa dia harus menyuruh Liora datang kesana? Celeste ingin tahu bagaimana penampilan Liora yang sebenarnya. Apa benar yang dikatakan Selena atau adiknya hanya terhasut oleh Liora.
waw sih