NovelToon NovelToon
Hati Yang Terlepas Dari Belenggu

Hati Yang Terlepas Dari Belenggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Mengetahui kebenaran identitasnya sebagai anak angkat, tak membuat perempuan berumur 18 tahun itu bergeming. Bahkan kematian ibu angkat dan ayah angkat yang mengusirnya dari rumah, tidak membuatnya membenci mereka. Arumi Maharani, gadis lulusan SMA yang dibesarkan di keluarga patriaki itu memilih mencari jati dirinya. “Aku tunanganmu. Maafkan aku yang tidak mengenalimu lebih awal.” Izqian Aksa. Siapa Izkian Aksa? Bagaimana Arumi menjalani kehidupan selanjutnya? Dan akankah pencariannya mendapatkan hasil? Haloo semuanya… ketemu lagi dengan author.. semoga semua pembaca suka dengan karya baru author…

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menguras Kantong

3 hari yang lalu.

“Aksa, sebaiknya kamu carikan teman untuk calon mantu Ibu!” kata Ibu Aksa yang kepikiran dengan Arumi yang tinggal sendirian.

“Teman? Maksud Ibu teman yang seperti apa?” tanya Aksa tidak mengerti.

“Masak iya kamu tidak khawatir dengan Arumi yang tinggal sendirian? Kalau dibawa kabur orang bagaimana?”

“Naudzubillah, Bu…” Aksa terperanjat mendengarnya.

“Makanya, carikan teman untuk Arumi.”

“Karina tidak bisa, Bu. Dia kan masih sekolah.”

“Tidak hanya Karina yang bisa menemani Arumi. Cari yang lain!”

“Kenapa tidak minta Bi Nuri saja?” tanya Ayah Aksa yang baru kembali dari kebun.

“Benar juga kata Ayah! Bi Nuri bisa menemani Arumi, sekaligus bantu-bantu persiapan.” Kata Ibu Aksa.

“Ibu yakin? Nanti tidak ada yang membantu Ibu membersihkan rumah dan menyetrika.”

“Tidak masalah! Sebelum ada Bi Nuri, Ibu melakukan semuanya sendiri.”

“Tenang saja. Ada Ayah yang membantu Ibu dan kamu. Yang penting Arumi ada yang menemani. Meskipun selama ini Arumi baik-baik saja sendirian, kita tidak tahu isi hati orang.” Aksa mengangguk.

Sebenarnya selama ini ia selalu khawatir dengan Arumi yang tinggal sendirian. Saat menginap, dirinya sempat memergoki tetangga Arumi sedang memperhatikan dari balik pagar belakang rumah.

Tapi ia tidak tahu harus mengatakan apa karena statusnya saat itu masih mengejar Arumi. sekarang ibunya juga mengkhawatirkan calon istrinya. Tentu ia setuju karena Bi Nuri sudah mengikuti keluarganya sejak lama.

Kesibukan sang Ayah dan Ibu di kebun

Kak Aksa: Assalamu’alaikum Arumi… Ayah dan Ibu menyarankan aku mengirimkan teman untukmu. Bagaimana pendapatmu?

Arumi: Wa’alaikumsalam Kak… Teman bagaimana maksud Om dan Tante?

Kak Aksa: Panggil saja Ayah dan Ibu, sebentar lagi mereka menjadi orang tuamu. Bolehkah aku jelaskan lewat panggilan?

Arumi: Boleh.

Aksa melakukan panggilan suara dan menjelaskan maksud kedua orang tuanya. Setelah mendengar penjelasan Aksa, Arumi sebenarnya merasa sungkan dengan kebaikan keluarga Aksa. Tetapi ia tidak bisa menolak kebaikan mereka dan mengatakan jika ia tidak keberatan.

Persetujuan Arumi segera di tanggapi Aksa dengan semangat. Ia mengatakan saat libur nanti akan pergi ke tempat Arumi. Selain mengantarkan Bi Nuri, Aksa juga akan membawa Arumi ke kota untuk membeli seserahan bersama.

Selain menghubungi Arumi, Aksa juga menghubungi kepala desa guna izin Bi Nuri menemani Arumi. Tentu saja kepala desa mendukungnya. Dengan adanya Bi Nuri, Arumi tidak lagi sendirian dan ada yang menjaganya.

Hari libur Aksa.

Kak Aksa: Arumi, siang ini aku berangkat.

Arumi: Iya, Kak. Mungkin habis ashar saya baru pulang dari acara.

Kak Aksa: Apa selama itu?

Arumi: Saya juga tidak tahu karena baru kali ini ikut membantu.

Kak Aksa: Baiklah! Aku akan menunggu.

Arumi: Saya tinggalkan kunci di bawah pot bunga bougenville, takut Kakak menunggunya terlalu lama.

Kak Aksa: Kamu tidak keberatan aku masuk?

Arumi: Tidak.

Kak Aksa: Baiklah! Kalau kamu terlalu lama, aku akan masuk.

Siang itu Aksa berangkat bersama Karina dan Bi Nuri. Sesampainya di rumah Arumi, Aksa memilih menunggu di teras bersama Karina karena Bi Nuri masih tidur di dalam mobil karena mabuk perjalanan.

Tak lama kemudian, sebuah motor berhenti di depan rumah dan Arumi turun dari motor.

“Terima kasih, Mas.”

“Sama-sama, Rum. Itu calonmu sudah menunggu.” Arumi menganggukkan kepalanya.

Dwi tersenyum seraya menganggukkan kepalanya kepada Aksa yang memperhatikannya sebagai tanda menghormatinya, lalu pergi.

Tetapi anggukan Dwi tidak diartikan sama oleh Aksa. Ia justru tidak suka dan menganggap Dwi sedang mengujinya.

“Assalamu’alaikum…” sapa Arumi yang segera dipeluk Karina.

“Wa’alaikumsalam… Katanya sampai sore?” tanya Aksa.

“Pakaianku basah, Kak. Jadi diantar pulang dulu.” Aksa melihat gamis Arumi yang memang terlihat basah jadi ia tidak mempermasalahkannya.

Setelah Arumi membuka pintu rumah, Karina mengikuti Arumi masuk sedangkan Aksa membangunkan Bi Nuri dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.

Arumi lebih dulu menyuguhkan air minum di ruang tamu, sebelum masuk ke dalam kamar mengambil pakaian ganti. Selesai mandi, barulah Arumi menemui Aksa dan yang lain di ruang tamu.

Aksa mengenalkan Bi Nuri, orang yang akan menemani Arumi ke depannya. Ia juga menjelaskan jika sebelumnya Bi Nuri membantu ibunya di rumah.

Arumi menganggukkan kepalanya dan mencium punggung tangan Bi Nuri, membuat beliau merasa sungkan.

Setelah berbincang sebentar, Aksa membawa Arumi dan Karina berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan sementara Bi Nuri menjaga rumah karena beliau sudah tidak sanggup melakukan perjalanan dengan mobil. Di sana, Karina yang paling bersemangat memilihkan barang untuk Arumi.

“Cukup, Rin! Lihatlah wajah tertekan Arumi!” tegur Aksa yang melihat Arumi hanya diam dan tidak mengungkapkan keinginannya.

“Kakak kenapa? Kalau tidak suka katakana saja, kita pilih yang lain yang Kakak suka.” Karina merasa bersalah karena sedari tadi hanya dirinya yang heboh.

“Bukan seperti itu!” Arumi buru-buru menggenggam tangan Karina.

Arumi masih belum terbiasa dengan ritme Karina dan Aksa. Ia yang selama ini memendam keinginannya, justru terkesima dengan Karina yang bebas berekspresi.

“Kak, katakana apa yang kamu suka. Aku akan memilihkannya untukmu. Kalau kamu tidak suka, katakan! Ini semua dibeli untuk seserahan nanti, jadi Kakak yang akan memakainya.”

“Bukankah kemarin sudah?” tanya Arumi yang merasa mereka tidak perlu belanja lagi karena pemberian Aksa saat melamarnya kemarin bahkan belum ia kenakan.

“Melamar dan menikah itu beda, Kak! Benar kan, Kak?” Aksa mengangguk.

“Tapi…”

“Sudah… Kakak pilih saja! Kak Aksa masih lebih dari mampu untuk membelikannya.”

“Jarang-jarang aku bisa menghabiskan uang Kak Aksa, Kak!” bisik Karina yang membuat Arumi tersenyum kecut.

Secara tidak langsung, dirinya digunakan Karina sebagai alasan untuk menguras kantong kakak sepupunya.

Akhirnya, Arumi memiliki keberanian untuk mengungkapkan keinginannya, termasuk masuk ke dalam wahana bermain. Arumi dan Karina layaknya anak kecil yang sedang bersemangat memenangkan permainan mereka.

Mulai dari Slam In Jam, Whack a Mole, dan permainan capit. Karina juga mengajak Arumi untuk bermain Pump It Up, tetapi Arumi menolak karena ia tidak mau diperhatikan banyak orang saat sedang di lantai dance.

Akhirnya Aksa dan Karina yang naik ke lantai dance dan memainkannya. Arumi tersenyum melihat keduanya dan menyempatkan mengabadikan moment tersebut. Puas bermain, Aksa membeli sosis bakar dan minuman untuk mereka sebagai ganjal perut sebelum makan malam.

“Apa ada yang perlu dibeli lagi, Kak?” tanya Karina.

“Sisa ke toko perhiasan saja.” jawab Aksa yang melihat catatan yang diberikan ibunya.

“Apa Kakak sudah cari tokonya?”

“Sudah. Setelah singgah makan, kita ke sana.” Karina mengangguk begitu juga dengan Arumi yang mulai mengesampingkan rasa sungkannya.

“Ingat untuk memilih perhiasan yang terbaik ya, Kak!” bisik Karina saat mereka dalam perjalanan menuju toko perhiasan.

“Aku tidak pernah mengenakan perhiasan berlebihan. Cincin saja cukup.” Karina segera menggeleng.

“Meskipun Kakak tidak pakai, Kakak tetap harus memilih! Hitung-hitung sebagai tabungan masa depan.”

Arumi menatap tidak percaya ke arah Karina. Bukan karena meragukan perkataan Karina, Arumi justru merasa lagi-lagi Karina menggunakannya untuk menguras uang Aksa. Jika Karina seperti ini, bagaimana dengan keluarga Aksa yang lain?

.

.

.

.

.

Maaf kemarin tidak up dan hari ini hanya bisa satu bab 🙏🏻

1
indy
semoga cepat sehat kembali
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
sweet...
indy
Rezeki anak solehah
Susanti
lanjut
indy
lanjut kakak...
indy
akhirnya... arumi jangan insecure lagi
Susanti
selamat dah gol /Smile/
Susanti
semoga samawa arumi
indy
semoga Arumi bahagia... lanjut kakak
indy
Abi Aji sudah menyadari sikapnya ke arumi. emak menyusul
Sunaryati
Ada ya orang tua seperti itu
Sunaryati
Semoga lancar Aksa, dan semoga kau bisa membahagiakan Arumi dan menerima apa adanya
indy
semangat arumi. makasih kakak...
Sunaryati
Terimakasih Thoor triple up, semoga pernikahan Arumi lancar dan Aksa tidak mempermasalahkan himen, Arumi
Sunaryati
Semoga awal untuk meraih kebahagiaan kamu dan penyesalan ayah angkatmu dan klgnya
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
indy
semoga siti jadi kakak yanf baik
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
Sunaryati
Arumi bukan saingan siapa- siapa Rin, Arumi sebentar lagi menikah dan mengikuti suaminya. Kamu leluasa menggoda Dwi.
Sunaryati
Siapa juga yang iri sama Arumi, apa orang bertamu tak boleh ditemui walau hanya di terss. Aneh semoga tak terjadi apapun pada Srumi
indy
syukurlah siti mau mencari arumi
Sunaryati
Setelah lamaran segera halali menurut agama dan negara, semoga niat Diti tulus seperti Ramlan
Meymei: Aamiin…
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!