Tita, gadis yang hanya hidup berdua dengan ibunya, karena bapaknya tidak mengakuinya. lebih tepatnya, bapak itu menikah lagi setelah ibunya mengandung dirinya. ditambah lagi banyak orang yang tidak menyukai sang ibu, yang hanya seorang wanita buruh tani diladang orang lain.
sampai akhirnya, tita yang saat itu sedang membantu ibunya membersihkan ladang sawah orang, tidak sengaja tersambar petir sehingga mengundang kehebohan. dan Untung saja dia tidak meninggal, tetapi satu hal yang berbeda dari dirinya. dia mendapatkan sedikit kemampuan, yaitu kemampuan meracik herbal-herbal yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian, dan juga untuk perikanan.
lalu bagaimana perjalanan tita setelah berhasil lolos dari maut itu ?
ikuti terus ya teman-teman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. mengurus surat
esok hari pun tiba. Tita berangkat sekolah dan begitu pula dengan Tuan Edwin dan Ibu Susan.
"Mas yakin.. kita mau ke kota kecamatan.?" tanya Ibu Susan. Tuan Edwin mengangkat wajahnya Dan Tersenyum.
"tentu saja Bu. support orang tua untuk anak yang sedang bertanding itu sangat berarti. walaupun kita tidak bisa membantu memberikan jawaban, tapi setidaknya kita bisa melihat kehadiran kita dan menyaksikan pertandingannya." ucap tuan Edwin dengan sederhana.
"Ibu tidak boleh kehilangan momen itu. dan ibu harus memanfaatkan setiap kesempatan kalau kita bisa menemaninya." mendengar penuturan itu, Ibu Susan pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"baiklah kalau begitu Mas.. aku akan ikut apa yang mas ucapkan saja."
"jangan begitu Bu.. kamu juga harus memiliki inisiatif sendiri." Ibu Susan pun menganggukkan kepalanya.
"baiklah.."
*******
kini Tuan Edwin dan Ibu Susan telah sampai di kota kecamatan. mereka berangkat tentu saja dengan berjalan kaki. karena tidak ada transportasi lain yang bisa mereka gunakan untuk menempuh perjalanan.
"kita berteduh di sana dulu sebentar Bu.. sekalian Mas juga mau nelpon." Ibu Susan menganggukkan kepalanya.
tanpa sepengetahuan Tuan Edwin, ibu Susan tentunya membawa uang dari rumah. Tuan Edwin juga tidak mengatakan apapun. Tua Edwin hanya meminta ibu susan untuk membawa semua berkas-berkas mereka. nanti Tuan Edwin sendiri akan meminta berkasnya melalui online kepada putranya, karena sekalian akan mengurus pernikahan mereka.
Mereka pun mendudukkan tubuh mereka di sebuah tempat yang telah disediakan sebagai tempat untuk melepas lelah. dia pun langsung mengeluarkan handphone kita dan mulai menekan nomor WhatsApp dan mengirimkan pesan terlebih dahulu.
setelah Tuan Edwin mengirimkan pesan, tak lama panggilan dari nomor telepon yang sama pun langsung masuk. Tuan Edwin tersenyum dan langsung mengangkatnya.
"assalamualaikum nak."
"ayah!! Apakah ini beneran ayah..?" tanya orang yang ada di seberang sana dengan ekspresi dan nada suara yang terdengar tergesa-gesa.
"Iya Rendy.. Ini ayah. Alhamdulillah ayah selamat. diselamatkan oleh orang yang baik. tapi ayah tidak bisa pulang, karena ayah mau menghabiskan waktu di sini dulu." ucapnya.
"kenapa begitu yah.. kenapa ayah tidak mau pulang. aku, Dimas dan Arnold merindukan ayah." ucap anak laki-laki itu dan telah terdengar kisahkan tangis di sana." Tuan Edwin pun tersenyum.
"kalau begitu, kalian saja yang ke sini nak. oh ya, tolong kirimkan berkas-berkas ayah dan fotoin saja serta kirim ke nomor ini. dan ingat kamu harus menyimpan nomor ini ya.."
"Apakah ini nomor ayah..?" tanya Rendy lagi. dan kenapa Rendy langsung percaya kalau itu adalah ayahnya, karena sebelum mereka menelpon, Tuan Edwin telah memotret dirinya terlebih dahulu dan mengirimkan gambarnya kepada anaknya. makanya anak pertamanya yang bernama Rendy itu langsung menyambut.
"Iya nak. jangan lupa kamu simpan yah. oh iya, nanti ayah akan menghubungimu lagi. tolong kirimkan uang nanti ke rekening yang akan ayah kirimkan. ayah masih belum memiliki nomor rekening, karena semua barang-barang ayah telah hilang." ucap Edwin lagi.
"mm.. baik ayah. aku juga akan segera memberikan kabar kepada adik-adik. nanti, kami akan datang menjemput ayah di sana." ujarnya lagi.
"baiklah nak. ayah tunggu kedatangan kalian. kalian jaga kesehatan di sana ya. jangan mengkhawatirkan ayah di sini, karena ayah sudah baik-baik saja."
"baiklah ayah.."
"ya sudah. ayah tutup dulu teleponnya ya.. nanti ayah akan menghubungimu lagi hari ini juga."
"mm.. baik ayah.."
setelah mengucapkan salam, panggilan itu pun langsung diakhiri. Tuan Edwin menghela nafasnya lega karena akhirnya berhasil menghubungi keluarganya. setelah itu dia menoleh ke arah istri.
"apa kamu bawa uang sekitar rp100.000 atau lebih ?" tanya tuan Edwin.
"em.. Iya Mas ada.." jawabnya.
"baguslah kalau begitu. ayo, bawa Mas ke kantor bank. Mas akan membantumu membuka buku rekening. biar anak-anak bisa mengirimkan uang ke buku rekening kamu nanti." ucap tuan Edwin kepada Ibu Susan.
"kenapa tidak kamu saja yang bikin mas..?" tanya Susan menjadi tidak enak.
"mas tidak punya KTP, juga tidak punya surat-surat. dan tentu pembuatannya tidak akan lancar. jadi daripada nanti menunggu waktu yang lama, lebih baik pakai KTP kamu saja dan kita buka rekeningnya." Ibu Susan yang mendengar penuturan itu akhirnya mengerti.
"mm.. baiklah Mas."
akhirnya mereka pun langsung menuju kantor cabang bank yang ada di kota kecamatan ini. dan dengan cepat mereka membuka buku rekening. sekaligus langsung memasang m-banking nya di handphone tita.
karena kantor itu tidak ramai, dan hanya membutuhkan waktu 30 menit saja, buku itu pun telah selesai dibuat. setelah selesai, Tuan Edwin kembali menghubungi anaknya untuk mentransferkan uang ke dalam rekening tersebut sekitar 100 juta rupiah.
dan Rendy yang menerima perintah dari ayahnya itu dengan cepat mentransferkan uang sebanyak yang diminta. setelah masuk, Tuan Edwin langsung mengajak istrinya untuk menarik uang itu lagi di mesin ATM. setelah selesai, Tuan Edwin kembali mengajak istrinya untuk membeli motor. karena di kota kecamatan ini tak ada orang yang menjual mobil secara cepat. melainkan harus melalui proses pemesanan terlebih dahulu.
"kita ke toko motor ya Bu. kita beli motor satu. agar nanti kita bisa pulang bareng dengan Tita." ucapnya. Ibu Susan yang mendengar penuturan itu tersenyum dan sekaligus tersentuh.
"aku bawa uang lho Mas.. dan uangnya juga sangat cukup untuk membeli motor." ujar Ibu Susan lagi.
"tidak tidak. uang itu kamu simpan saja dulu. nanti sekaligus kita temui bagian bangunan ya Bu. kita bangun rumah seperti tujuan kamu dan Tita. tapi setelah beli motor terlebih dahulu, kita harus ke kantor KUA. baru Setelah dari kantor KUA, kita pergi ke toko bangunan. selepas dari toko bangunan, baru kita pergi ke gedung serbaguna." ucap Tuan Edwin.
dan rencananya hari ini mereka tidak akan pulang. mereka akan menghabiskan waktu untuk mengurus semuanya kalau sempat. Untung saja mereka datang pagi sehingga masih banyak waktu untuk melakukan ini dan itu.
setelah Rendy berhasil mengirimkan berkas-berkas Tuan Edwin, mereka langsung pergi menuju kantor KUA untuk mengurus pernikahan mereka. dan benar saja status keduanya sama-sama telah sendiri. sehingga Ibu Susan bisa bernafas lega.
dan tak butuh waktu yang lama, surat mereka pun keluar. Senyum puas pun terbit di bibir keduanya.
"sekarang kita sudah resmi menjadi suami istri. Surat kita juga sudah keluar. sekarang, nanti tinggal urus surat lainnya." ibu susan menganggukkan kepalanya bahagia.
"baik mas." ucapnya dan sudah tidak memiliki keraguan di hatinya. Setelah menyimpan surat itu, dan karena Masih ada waktu, mereka langsung ke toko bangunan.
nyari penyakit aja...
sebentar lg kamu akan menuai balasan dr ucapan mu itu...