Siapa yang ingin bercerai? Bahkan jika hubungan pelik sekalipun seorang wanita akan berusaha mempertahankan rumah tangganya, terlebih ada bocah kecil lugu, polos dan tampan buah dari pernikahan mereka.
Namun, pada akhirnya dia menyerah, ia berhenti sebab beban berat terus bertumpu pada pundaknya.
Lepas adalah jalan terbaik meski harus mengorbankan sang anak.
Bekerja sebagai sekertaris CEO tampan, Elen tak pernah menyangka jika boss dingin yang lebih mirip kulkas berjalan itu adalah laki-laki yang menyelamatkan putranya.
laki-laki yang dimata Satria lebih pantas dipanggil superhero.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 - MARGA SHAIN
Belum puas mencerca Elen. Cassandra juga semakin menjadi-jadi dengan menarik perhatian pengunjung lain untuk mempermalukan Elen.
"Udah janda, miskin, gak ada cantik-cantiknya!" cibir Cassandra yang masih belum puas mempermalukan Elen.
"Oh jadi janda."
"O... Ternyata pelakor, miris ya!"
"Pantes gayanya nggak banget!"
Berbagai cibiran Elen dengar, hal itu sudah biasa dan ia sama sekali tak perduli dengan omongan pengunjung lain. Baginya, yang harus diberi pelajaran adalah mantan kekasih Divine itu.
"Mending janda, tapi rasa gadis. Dari pada situ, gadis tapi rasa janda!" kesal Elen.
Cassandra yang mendengar pun jadi emosi sendiri.
Melangkah cepat ke arah Elen hendak melayangkan tangannya.
"Dasar ya kamu, cewek mu rahan!" desis Cassandra, tangannya sudah melayang ke atas tapi tertahan oleh sesuatu.
"Div?" Elen yang tadinya melindungi pipi dengan kedua tangan mendongkak dan terkejut.
"Kalau dia berani nyakitin kamu, lawan! Elen, wanita ular ini bukan hanya bermulut tajam tapi juga nekat." Divine menghempas tangan Cassandra kasar, hingga membuat wanita itu meringis.
"Div kok kamu belain dia sih?" pertanyaan konyol Cassandra membuat Divine tergelak.
"Kenapa? Dia calon istriku kalau kamu nggak pikun!"
Deg.
"Ada apa ini?" tanya Manager butik yang mendengar keributan. Ia baru saja keluar ruangan dan dihadapkan keributan dua wanita.
"Hanya masalah kecil! Lain kali, aku tak ingin mendengar orangku di tindas disini!" tegas Divine.
Manager itu memohon ampun. Dirinya tau siapa Divine Wijaya. Tak banyak bertanya, ia langsung meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi.
Cassandra terdiam, ia pikir kejadian di kantor Divine itu hanyalah sandiwara dan Divine akan selalu jadi pria yang mencintainya. Tapi tidak, bahkan pria itu kini membela wanita lain di hadapannya.
"Calon istri? Kamu mau nikahin janda, hahaha! Seorang Divine, anak keluarga Wijaya yang terpandang menikahi seorang janda rendahan?" Cassandra kesal, ia melontarkan perkataan pedas hingga membuat lubuk hati seorang Elen terusik.
"Apa aku serendah itu?" batin Elen. Kepercayaan dirinya terkikis mendengar kata-kata Cassandra, bagaimanapun dia hanyalah seorang janda satu anak. Meskipun harta dan tahta akan ia miliki tapi tak akan bisa merubah status itu.
Orang-orang di butik justru menontonnya. Layaknya sebuah drama dadakan yang akan viral. Sementara laki-laki yang bersama Cassandra hilang begitu saja, wanita itu kelabakan karena tak membawa uang.
"Kenapa kalau janda? Bukankah itu lebih jelas statusnya dari pada menikahi gadis yang sudah tidak perawan!" tekan Divine.
Cassandra mundur, ia menunduk dnegan keringat dingin.
Lebih baik menghindari Divine dan membuat perhitungan lain hari dengan Elen dari pada ia harus menanggung malu terlebih tak bisa membayar baju yang dibeli.
Cassandra nekat menerobos kerumunan. Meletakkan asal pakaian yang diambilnya lalu kabur.
"Huh, udah bikin gara-gara gak taunya kabur!"
"Hm dia sendiri yang gak mampu bayar!"
"Maaf ya mbak, untuk yang tadi!"
Elen hanya terdiam, menatapi orang-orang. Ada yang mencerca Cassandra, juga ada beberapa yang meminta maaf padanya.
"Kamu gak papa?"
Elen menggeleng, tapi tubuhnya lemas. Ternyata, ia bukan hanya harus jadi kuat untuk dirinya sendiri dan Satria tapi juga kuat untuk menghadapi setiap cercaan orang-orang.
"Aku nggak ngerti, salahku dimana? Setiap kali orang mengataiku janda? Kenapa dengan janda? Ada yang salah dengan statusku?"
"Gak ada yang salah, mereka aja yang jahat." Divine berusaha menenangkan Elen, membujuk wanita itu agar tak lagi bersedih dan mengabaikan perkataan orang-orang yang membencinya. divine juga membelikan gaun yang senada dengan jassnya.
"Yakin kita pakai ini? Kalau aku tak masalah, tapi kamu?" Elen tak enak, terlebih saat diperhatikan gaun yang akan dipakai kentara sekali jika senada dengan punya Divine.
"Gak masalah, aku ingin semua orang tau kamu milikku," ujar Divine bersungguh-sungguh. Ia bahkan melupakan sesuatu, hubungannya dan Elen tanpa keterikatan status.
"Sejak kapan? Kamu tak pernah menyatakannya?" cibir Elen.
"Jadi kamu mau aku mengatakannya kepada orang-orang?" tantang Divine.
"Bukan orang-orang, cukup kepadaku dan anakku." Elen tersipu malu, niatnya hanya menggoda Divine, laki-laki itu justru terlihat santai menanggapi.
"Oke, kapan kamu punya waktu. Ehm, bertiga! Aku sendiri yang akan daftar ke Satria untuk jadi calon ayahnya," tegas Divine.
"Sudahlah, kita bicarakan nanti. Sekarang ada yang lebih penting," ujar Elen.
"Katakan, Tuan putri mau apa?" tanya Divine antusias.
"Aku... Aku tidak bisa dandan, kamu tau kan acara perusahaan paman nanti malam," ujar Elen lesu.
"Bukan hal yang sulit. Lebih baik kita berangkat bersama, bagaimana?"
"Div, tapi..."
"Aku akan bilang pada Tuan Alexan."
Mau tak mau Elen mengangguk.
***
Acara launcing produk baru akan dimulai setengah jam lagi, sementara Elen, Satria, Divine dan Rafael berangkat bersama. Saat ini, mereka tengah berada di salah satu salon ternama kepercayaan Divine menunggu Elen. Tak berselang lama, Ibu satu anak itu keluar dengan rambut panjang semampai, polesan make-up natural dan gaun senada dengan jass yang dikenakan Divine.
Tidak hanya tubuhnya yang terlihat seksi, malam ini Elen juga terlihat sangat elegan dan berkelas. Gaun yang melekat di tubunnya semakin membuat Elen terlihat sempurna hingga seorang Divine yang sedari tadi menunggu tak berkedip dibuatnya.
"Apa aku jelek?"
"Momy sangat cantik," puji Satria dengan senyum bahagia terpancar.
"Ah, kamu terbaik sayang!" Elen hendak menggendong Satria akan tetapi urung.
Lantas, tangannya mengusap lembut pucuk kepala sang putra lalu tersenyum hangat.
"Ayo berangkat!" ajak Divine.
Mereka pun melesatkan mobil menuju hotel, dimana perusahaan Ex Shain menggunakan ballroom mewah sebagai tempat acara.
Begitu sampai, dua orang memakai setelan jass hitam menyambutnya penuh hormat. Menggiring Elen dan sang putra menuju tempat dimana Alexan, Mayra bahkan kedua orang tuanya juga berada disana.
Lagi, Elen hanya bisa diam, batinnya sangat bersyukur. Namun, ada hal yang membuat jantungnya bedetak tak karuan. Ini pertama kalinya ia bergabung dengan para kalangan atas dan itu membuatnya sangat gugup. Dari jauh Divine dan Rafael melambaikan tangan memberi semangat.
Hingga sambutan Alexan menjadi pembuka acara, tak berselang lama. Namanya disebut. Elena Shain, wanita, salah satu kandidat pewaris serta cucu pertama keluarga Shain Arkan.
Elen menegakkan kepalanya, matanya menelisik. Tak hanya satu atau dua orang yang terkejut. Namun, yang dikatakan Ratna sang ibu benar adanya. Tahta menjadi tolak ukur kalangan atas dalam memilih dan bergaul. Buktinya sekarang, bukan hanya kakek Divine yang terkejut mendengar statusnya, Elen juga bisa melihat Cassandra tampak syok di jarak cukup jauh darinya.
"Dia adalah Elena. Cucu pertama keluarga Shain, calon penerus pertama perusahaan Ex Shain, dia juga termasuk putriku!" dengan bangganya Alexan memperkenalkan Elen di depan publik.
RAHIM ELEN JUGA SUBUR....