Rachel, mendapatkan kiriman undangan kekasihnya dengan wanita lain. Saat ingin meminta penjelasan, sang kekasih malah sedang berselingkuh. Patah hati, dia memilih pergi ke klub malam. Namun seorang pria yang dia kenal, adalah mantan kekasih wanita lain itu datang padanya. Memberinya tawaran yang mengejutkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 19
Rachel yang mengenal salah satu dari beberapa orang itu. Dia menghela nafas berat. Dia tahu kalau mereka pasti orang-orang dari perusahaan. Dia juga keterlaluan sebenarnya, kenapa dia bisa lupa menghubungi Malik atasannya untuk konfirmasi masalah kepulangannya.
"Eh siapa tuh? kamu gak pinjam uang sama Pinjoll kan Angga?" tanya Amelia yang memang langsung curiga saja pada putranya yang pengangguran dan suka menghabiskan uang itu.
Yang pertama kali terlintas di pikiran Amelia, orang-orang itu adalah debt kolektor yang ingin menagih hutang pada Angga.
"Ibu, kalau ngomong yang bener aja dong Bu. Ngapain Angga minjam uang sama Pinjoll, kan kalau Angga butuh uang tinggal minta sama ayah Hery" kata Angga sekalian menjilatt pada ayah tirinya.
"Terus siapa mereka?" tanya Amelia penasaran.
"Bu Amel, Rachel minta tolong ya. Ajak ayah masuk ke dalam istirahat. Mereka itu dari kantor Rachel..."
"Oh, mereka pasti mau kasih kado ya sama kamu. Ya sudah. Ibu ajak ayah masuk, ayo yah" kata Amelia yang langsung menuntun Hery Adiwijaya masuk ke dalam rumah sambil menyapa sekilas saja pada beberapa orang itu.
Setelah semua sudah masuk, Rachel baru menyapa orang-orang itu.
"Silahkan duduk..." kata Rachel berusaha bersikap ramah pada para tamu.
Meski sebenarnya Rachel juga sudah bisa menebak, untuk apa orang-orang datang ke rumahnya. Tetap saja dia berusaha untuk bersikap sangat tenang. Ayahnya baru saja kembali ke rumah dari rumah sakit, Rachel juga khawatir kalau ayahnya terkejut mendengar apa masalah yang akan Rachel hadapi ini.
Tiga pria berjas itu tampak tenang, tapi seorang wanita yang mengenakan blazer mahal tapi sepertinya masih endors dari perusahaan langsung berdiri di hadapan Rachel.
"Rachel Richardson, aku rasa aku tidak perlu berbasa-basi padamu kan. Miss Anindita menerima laporan kalau kamu sudah menyalahi kontrak dengan perusahaan. Kamu kembali dari tour, padahal belum waktunya kembali. Kamu pulang dengan designmu, yang entah memang sudah kamu buat atau memang kamu belum membuat design itu makanya kamu kabur..."
Mendengar semua ucapan pedas dari wanita di depannya itu, Rachel hanya menunduk diam. Karena dia memang salah, mau dia bilang pada wakil Miss Anindita itu kalau dia sudah buat designnya juga tidak berguna. Karena semua designnya ada di koper yang di jambret dekat klub malam waktu itu. Jadi Rachel memilih diam, karena memang dia tidak bisa membantah.
"Jadi, ini adalah surat penaltinya. Besok kamu bisa datang ke Perusahaan dan sampaikan itikad baikmu untuk membayar semua ini, atau kami akan mengambil jalur hukum" kata wanita itu.
Wanita itu menyerahkan sebuah dokumen pada Rachel. Dan Rachel juga langsung menerimanya.
"Baik" jawab Rachel singkat padat dan jelas.
Sebenarnya dia juga sama sekali tidak punya cara untuk mengatasi masalah ini. Tapi karena dia tidak mau membuat keributan, jadi dia hanya mengatakan kalimat yang enak di dengar di telinga wanita di depannya itu.
Wanita itu tampak mendengus kesal. Sebenarnya dia sudah sering menghadapi beberapa karyawan yang terkena pelanggaran kontrak seperti ini. Tapi biasanya akan ada drama-drama dulu sebelum dia pergi. Kalau Rachel menanggapinya dengan tenang begini. Dia juga tidak mungkin cari keributan kan.
Wanita itu berbalik, dia baru saja akan melangkah pergi. Tapi baru beberapa langkah, dia berbalik dan memicingkan matanya ke arah Rachel.
"Jangan pikir Malik bisa membantumu. Karena kalau dia kembali sebelum 7 hari lagi. Dia juga akan terkena penalti" kata wanita itu yang langsung pergi dari rumah ayah Rachel.
Rachel hanya bisa memandang langkah orang-orang itu pergi meninggalkannya. Rachel terduduk lemas di kursi yang ada di teras. Dia membuka perlahan dokumen itu. Meski sebenarnya dia juga sudah membaca kontraknya ketika awal menyetujui tour fashion itu. Akan tetapi, rasa penasaran dan ingin tahu membuatnya membuka dokumen itu.
Dan benar saja, mata Rachel membelalak lebar ketika dia melihat nominal ganti rugi yang harus dia bayar ke perusahaan tempatnya bekerja lebih dari 2 tahun itu.
"Satu, dua, tiga, empat, lima... Habislah aku" kata Rachel yang menutupi wajahnya dengan dokumen yang baru saja dia baca.
Rachel baru saja menghitung jumlah angka nol di belakang angka 7 yang ada di surat denda penaltinya. Dan ada 9 angka nol yang ada di belakang angka 9 di dokumen itu.
Saat ini dia benar-benar tidak punya banyak tabungan, dia sudah gunakan yang hasil kerja kerasnya untuk membeli apartemen berdua dengan Ravi, bahkan mobil yang di gunakan oleh Ravi, lalu juga investasi yang tidak bisa di ambil sebelum 6 tahun lagi. Paling banyak hanya ada sekitar dua digit saja di bawah angka 2 di tabungannya.
'Aku harus bagaimana? mana mungkin aku pergi ke apartemen mas Ravi dan minta bagianku. Aghkkkk, aku malas berurusan dengan dua pengkhianat itu lagi. Lagipula itu juga tidak akan cukup. Aku harus apa? apa aku harus cari berita di internet, apa aku harus jual ginjall saja? agkhhh bagaimana ini?' batin Rachel sangat panik.
Rasanya dia ingin menangis, tapi tidak mungkin dia menangis di sini. Ayahnya pasti khawatir, dan dia tahu kalau ayahnya pasti akan melakukan apapun untuk membantunya. Sementara rumah ini adalah rumah satu-satunya ayahnya. Dia juga tidak mau membuat ayahnya ikut menanggung kesalahan yang dua perbuat.
'Ya Tuhan, berikan aku petunjuk. Siapa yang bisa membantuku keluar dari masalah penalti ganti rugi ini' kata Rachel dalam hati.
"Apa yang kamu lakukan?"
Sebuah suara membuat Rachel terkejut, dia langsung menarik dokumen yang menutupi wajahnya.
"Mas Sagara" pekik Rachel terkejut.
"Kenapa berteriak, seperti tidak pernah melihatku. Aku mau jenguk ayah, bagaimana keadaannya?" tanya Sagara yang terlihat sangat perduli pada Hery Adiwijaya.
"Ah... ayah, dia di dalam. Sedang istirahat. Masuklah" kata Rachel yang langsung menyembunyikan dokumen itu di belakang punggungnya.
Sagara sempat melirik sekilas dokumen itu. Tapi karena Amelia sudah menegurnya dia mengalihkan pandangannya ke dalam rumah.
"Ya ampun menantu, akhirnya aku bisa bertemu denganmu, ternyata ini toh anaknya tuan Meyer yang konglomerat itu. Masuk nak, oh iya Rachel tamu yang dari perusahaan kamu sudah pulang, mereka kasih kado apa? Itu dokumen apa? Mereka kasih kamu kado mobil ya? itu surat mobil, coba lihat!"
Amelia begitu kepo. Karena dia pernah melihat tetangganya ada yang dapat kado dokumen seperti itu dan ternyata isinya surat surat mobil.
"Wah, nolnya banyak banget. Ih pakai bahasa Inggris, gak paham ibu" kata Amelia yang mengembalikan dokumen itu pada Rachel.
Tapi sebelum Rachel menerimanya, Sagara lebih dulu mengambilnya.
Mata Rachel melotot, tapi itu sudah terlambat. Sagara sudah membuka dokumen itu. Setelah membacanya Sagara menoleh ke arah Rachel dengan ekspresi meminta penjelasan.
***
Bersambung...