Terkenal playboy dan sering bergonta-ganti pasangan membuat Dokter Willy mendapat pandangan buruk dari orang-orang.
Suatu hari ia jatuh cinta kepada Elsa, seorang gadis bungsu yang memiliki tiga kakak lelaki posesif dan cemburuan.
Mampukah si Playboy Willy meluluhkan ketiga kakak Elsa?
IG otor : KOLOM LANGIT
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CH 33
Malam itu, setelah diantar pulang oleh si Botak, Willy menghubungi Wira dan Marchel—meminta dua teman durjananya itu untuk menemuinya. Marchel dan Wira begitu terkejut mendapati wajah Willy yang lebam. Sebab selama mengenal Willy, ia sama sekali tidak pernah terlibat keributan dengan siapapun.
Dengan menahan emosi, Willy mengadukan pada dua temannya mengenai apa yang dialaminya tadi. Tentang empat orang preman jalanan yang memukulinya tanpa belas kasih.
“Ini memalukan! Kau sampai babak belur dipukuli seperti ini oleh penjahat kecil. Dimana harga dirimu sebagai seorang pria,” ucap Wira sambil berdecak memperhatikan wajah willy yang lebam di beberapa bagian.
“Diam lah, Wira!" bentak Willy. "Awh Marchel, bisa tidak jangan menekannya keras-keras?!” gerutu Willy saat Marchel menekan kapas obat kuat-kuat di wajahnya. “Kau pikir ini tidak sakit?”
“Ini juga sudah pelan. Kau ini cengeng sekali.” Ia kembali mengusap wajah willy sambil menekannya kuat. Membuat Willy terus mengucapkan ribuan sumpah serapahnya dan memaki Marchel.
Wira menjatuhkan tubuhnya di bibir tempat tidur. Ia menepuk bahu Willy, membuat laki-laki itu mengaduh, sebab punggung dan bahunya ikut menjadi korban kekejaman pria tadi.
"Awh, sakit!"
"Makanya jangan sok pahlawan. Kalau sadar sedang dalam bahaya kenapa tidak hubungi kami? Malah kau menghadapi mereka sendirian.” Wira balas menggerutu, antara kesal dan kasihan dengan sahabatnya itu.
“Mana aku sempat, bodoh!” seru Willy. “Situasinya genting. Aku tidak kepikiran untuk menghubungi siapapun," jawabnya seraya mendesis menahan sakit. "Marchel, pelan sedikit! Kau mau mengobati, atau membuat wajahku semakin bonyok?"
Marchel mengatupkan bibir, menahan tawa sambil terus menekan kuat lebam di wajah Willy. Satu hal yang membuatnya lega. Setidaknya kini rasa bersalahnya pada Willy sedikit terobati, setelah meyakini Willy tidak lagi terbelenggu oleh masa lalu. Elsa, seorang gadis yang terbilang masih sangat muda, benar-benar telah berhasil merebut hati dokter playboy itu.
“Sabar!” Marchel mengusap dada Willy. “Akhir-akhir ini kau menjadi sangat pemarah.”
“Biar saja!!” Ia menyingkirkan tangan Marchel dari wajahnya dengan kesal, kemudian melirik Wira. “Kau punya rekomendasi guru bela diri, tidak?”
Pertanyaan Willy membuat bola mata Wira membeliak. Seakan laki-laki itu tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Sebab selama ini, Willy tidak pernah tertarik sedikit pun dengan yang namanya belajar ilmu bela diri.
“Kau serius mau belajar ilmu bela diri?”
“Memang kapan aku bercanda?”
Wira terkekeh, membuat Wira semakin kesal. "Jadi sebenarnya kau mau belajar ilmu bela diri karena mau menunjukkan pada si mafia itu kalau kau juga bisa menjaga Elsa, begitu?”
Sebuah pertanyaan mengandung ledekan yang membuat Willy mendesah kesal. Ia meraih bantal dan melemparkan ke wajah Wira. “Lupakan tentang calon kakak ipar durjana itu!” bentaknya. “Aku ada misi yang lebih penting dari sekedar memikirkan mafia itu.”
"Misi?"
Wira dan Marchel saling melirik, entah hal gila apa lagi yang sedang direncanakan oleh Willy. Yang jelas, apapun rencana Willy sudah pasti akan melibatkan mereka berdua. Laki-laki itu meraih selembar kertas yang berada di atas meja nakas, lalu meletakkan di dada Wira dengan kasar.
“Ambil ini! Buka nya nanti saja kalau sudah sampai di rumah. Sekarang, aku mau istirahat, jadi kalian silakan pulang!” Tanpa rasa berdosa, Willy mengusir kedua temannya dari rumah.
“hadeh, dasar teman durjana, setelah meminta kami datang, sekarang mengusir seenaknya," gerutu Marchel.
🍁🍁🍁🍁🍁
Malam sudah larut ...
Wira baru saja tiba di rumah dengan diantar oleh Marchel. Begitu akan turun dari mobil, Marchel menarik bahunya, membuat Wira terduduk kembali.
"Apa?" tanya nya kesal.
"Mana kertas bodoh yang diberikan Willy padamu tadi? Aku mau lihat." Marchel menengadahkan tangannya, meminta selembar kertas yang tadi dilemparkan Willy pada Wira.
Sambil menghela napas panjang, Wira mengeluarkan kertas dari saku kemeja, lalu membukanya. Dirinya pun merasa penasaran dengan isi surat misterius itu. walaupun sebenarnya, dalam hati sudah bisa menebak apa yang ditulis Willy.
"Cari penjahat ini! Dia memukuliku dan menginjak punggungku dengan kasar!" ucap Wira membaca tulisan tangan Willy di kertas itu, ada pula sebuah gambar wajah buatan Willy beserta ciri-ciri pria yang memukulinya.
"Haha, kau lihat, dia itu tidak pernah berubah, ya. Masih saja pendendam. Aku sudah menduga dia akan memintamu mencari penjahat kecil yang memukulinya, walaupun sampai ke ujung dunia."
Tawa Marchel dan Wira pun menggema. Teringat masa sekolah dan kuliah, dimana Willy akan mengadukan siapapun yang memukulinya dan meminta Wira membalaskan dendamnya.
"Tapi bagaimana kita menemukan orang ini? Tidak ada petunjuk sama sekali," tanya Wira.
"Itu mudah saja. Di taman pasti ada rekaman CCTV. Kau bisa minta orang menyelidiki dari sana. Semoga saja orang yang memukuli Willy bener-benar hanya preman jalanan biasa."
"Ya ampun, kenapa kisah cinta Willy harus serumit ini," gumam Wira. "Menghadapi mafia itu tidak mudah, apalagi kalau ada onde-onde itu."
"Benar, aku yakin mereka akan melakukan sesuatu lagi untuk memisahkan Willy dan Elsa."
"Tapi kita tidak akan diam saja. Akan ku culik onde-onde itu untuk dijadikan sesajian kalau berani macam-macam," ucap Wira dengan percaya dirinya.
pingin tau aja temannya dokter Allan sperti apa...😍
jdi aku seneng banget bacanya 🥰