Selma, pewaris utama keluarga konglomerat terpandang, dikhianati di malam pengantinnya. Dengan mata kepalanya sendiri, Selma menyaksikan suami yang dia cintai malah beradu kasih di atas ranjang bersama saudari tirinya.
Hati Selma semakin pedih mengetahui ibu tiri dan kedua mertuanya juga hanya memanfaatkannya selama ini. Semua aset keluarganya direnggut sepihak.
"Kalian semua jahat, kalian tega melakukan ini..."
Di tengah laut yang disertai badai dan hujan deras, Selma dibuang oleh suami dan adik tirinya, lalu tenggelam.
Namun, sebelum air menguasai penuh paru-parunya, seorang perempuan sekecil tinkerbell bercahaya biru muncul di hadapannya dengan suara mekanis yang bergema di kepala Selma.
[Ding! Sistem Waktu Eri Aktif. Apakah Anda ingin menerima kontrak kembali ke masa lalu dan membalas dendam?]
IYA!
Begitu Selma membuka mata, dia terbangun di tubuhnya saat berusia 16 tahun. Di kesempatan keduanya ini, Selma berjanji akan menghancurkan semua orang yang mengkhianatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4: Misi Pertama
Selma sudah paham misi pertamanya. Gadis itu bangun perlahan melepaskan diri dari pelukan sahabat liciknya.
Debora juga spontan mengangkat tubuh, membantu Selma untuk duduk bersender.
"Oh iya, kamu belum ngabarin papa kamu atau Julio?" tanya Debora, duduk di tepi kasur.
"Belum, tapi kayaknya dokter Rey udah ngabarin dia deh," Selma mengulurkan tangan meraih hapenya di nakas. "Emm, Deb, kamu bisa ngabarin Julio, nggak?" Selma memegang hapenya dengan dua tangan lalu berkutat dengan benda pipih itu.
"Bisa dong, Sel," kata Debora antusias. Dia segera mengeluarkan hape dari saku blazernya yang berwarna biru navy. "Wait yah." Gadis yang memakai bando itu segera mengetik di layar.
Belasan detik kemudian, dia menatap Selma dengan senyum polosnya. "Udah, Sel."
Selma memaku sorotan matanya pada Debora sampai sahabat liciknya itu bingung.
"Hm?"
"Ka-mu tukeran kontak sama Julio?" tanya Selma penuh selidik. "Padahal aku baru mau ngirimin kontaknya ke kamu."
Spontan wajah Debora sedikit menegang. Aduh. Selma kan tidak tahu kalau dia dan Julio sedang dekat ke rana PDKT intens.
"O-oh i-tu, Sel… karena aku yang gantian sama asisten kamu buat jaga di sini, makanya aku sama Julio tukeran kontak, dia mau mastiin kondisi kamu. Baru kemarin kok aku tukeran kontaknya," Debora menjawab gelagapan dan terlihat dia memaksakan senyum.
[DING]
[Menemukan satu kebohongan target]
Eri melayang di dekat wajah Selma sambil bersedekap di dada. "Hemmmm, cepat juga."
"Iya dong," jawab Selma dalam hati. "Ternyata mereka udah selingkuh sejak lama."
"Sekitar 12 tahun kamu dianggap bodoh sama mereka," kompor Eri. "Makanya aku datang supaya kamu tidak jadi pecundang lagi, Selma, xixixi."
Selma menghela napas panjang. Tunggu saja, kalau ada momen tepat dia akan coba menyentil sosok mungil tengil itu.
"Kamu nggak marah kan, Sel?" tanya Debora.
"Emmhh, kalau kamu nggak suka aku bisa delete kok kontak Julio. Aku tahu kamu nggak suka cewek lain deket-deket sama cowok kamu," sambung Debora.
Selma menyunggingkan senyum manis. "Enggak dong, kan itu kamu, kalau emang cewek lain pasti aku marah. Karena kamu sahabat aku yang sedeket nadi, berarti Julio juga sahabat kamu, Deb."
Debora lagi-lagi melingkarkan tangannya dengan lembut di pundak Selma. "Makasih, yah, Sel."
"Iya, iya…" Kemudian, Selma menekuk bibir dan menghela napas rapuh. Debora menyadarinya.
"Kenapa, Sel?" Debora melonggarkan pelukan, menatap Selma.
"Aku ngarepnya tadi pas buka hape, notif aku full sama Julio, tapi chat dari dia satupun nggak ada. Apa dia masih marah, yah, sama aku?"
Ya, Selma ingat sehari sebelum kecelakaan dia juga memang berantem dengan Julio perkara Selma yang terlalu katanya terlalu posesif. Tidak mau Julio deket-deket dengan cewek lain padahal kalau Selma diberi tahu baik-baik dia juga tidak akan cari ribut.
"Mungkin karena dia lagi sibuk, dia kan ada pertandingan basket malam ini," kata Debora sok menenangkan Selma.
Sementara itu, Eri mengitari setiap sudut ruangan VIP itu dengan gerakan seperti berenang di udara dengan gaya punggung. Sambil menyaksikan Selma menjalani misi pertamanya.
"Ohh iya, yah. Aku lupa." Selma kemudian menatap Debora. "Chat kamu udah dibales belum sama Julio?"
Debora meluruskan punggung dan mengangkat sudut bibirnya tipis lalu memeriksa hapenya. Di layar, sudah tampak notifikasi balasan dari Julio.
Tertera di sana…
My Luvv J:
Oke sayang entar aku mampir ke RS
After match ya
Debora cepat-cepat mengusap layar hapenya ke samping dan menatap Selma dengan air muka yang kaku.
"Belum nih," jawabnya.
[DING]
[Menemukan kebohongan kedua target]
Selma menatap dingin pada Debora tapi sepersekian detik berikutnya dia menekuk bibir lagi dengan binar mata kecewa. Pura-pura. "Yahhh, padahal aku udah kangen banget sama Julio. Pokoknya kalau ketemu dia aku bakalan minta maaf dan baikan lagi sama dia."
Debora mengembangkan senyum manis dan mengusap pundak Selma. "Pasti Julio juga kangen sama kamu, Sel."
"Eh, Deb, aku kepikiran sesuatu deh."
"Apa, Sel?"
"Tipe cowok kamu kayak gimana sih?" tanya Selma dengan nada halus yang provokatif tapi tidak disadari oleh Debora.
"Emmhh… yang jelas nggak kayak Julio sih."
"Kenapa? Cowok aku mapan, cakep, hot body, inceran cewek-cewek," kata Selma berakting bangga. Debora tidak curiga karena Selma memang seperti ini. Selalu pamer tentang Julio yang perfect.
"Aku sih lebih prefer cowok kayak ketos kita yah, yang kalem orangnya."
[DING]
[Menemukan kebohongan ketiga terget]
[Misi Pertama Berhasil]
[Silakan klaim hadiah dengan memilih Ya]
Selma melirik pada Eri. "Misi yang harusnya dua hari bisa aku selesaiin kurang dari 30 menit by the way. Easy peasy lemon squeezy."
"Ya ya, harus aku akui Selma, kamu memang cerdik, tapi jangan terlalu senang dulu. Ini baru awal by the way." Eri sekarang lompat tali di nakas. Entah dari mana dia mendapatkan semua itu. Dia seperti Doraemon saja yang mengeluarkan segala macam alat dari kantong ajaibnya.
Lanjut, Selma melanjutkan percakapannya dengan Debora. Hadiahnya sudah otomatis diterima setelah dia mengatakan ya dalam hati.
"Wait, ketos kita yang cupu itu maksud kamu?"
"Iya, dia tipe aku banget."
"Ahhh, i see…" Selma kemudian mengingat tampang ketos yang dimaksud Debora. Uwhh… beda banget sama tipe Selma. Kalem, cupu, kutu buku, mata empat, pakaian rapi yang kaku banget. Duh… not Selma vibes.
Justru tipe Selma, Julio. Tapi cowok yang dia bucini setengah mampus itu malah selingkuh.
Apa gunanya sesuai tipe tapi nggak cukup satu cewek.
Baiklah. Di kesempatan keduanya ini, Selma tidak akan sudi bertunangan dengan Julio. Selma kemudian melirik Debora yang tiba-tiba mengangkt telepon dari mamanya.
"Fine, aku bakalan bikin kalian berdua bersama tanpa harus selingkuh kayak gini."
Eri kemudian hinggap di pundak Selma dan duduk di sana. "Keinginan balas dendam kamu sangat tinggi, tapi ingat Selma… kamu tidak boleh kehilangan tiga cahaya jiwa kamu," kata Eri mengingatkan.
Selma menunduk ringan, menatap tiga tato di pergelangan tangan kanannya. "Tenang aja, Eri, aku bakalan inget kok kontraknya."
Gadis itu kemudian memiringkan kepalanya yang diperban sedikit dan memicingkan matan almondnya. "Eh, tapi, apa aja sih yang bisa bikin cahaya jiwa ini bisa hilang?"
"Kamu baca sendiri aja kontraknya kalau ada waktu, kamu tinggal kasih perintah tampilkan kontrak, otomatis panel hologramnya akan muncul di depan kamu, Selma."
"Hufttt, fitur host bisa langsung ngerti isi kontraknya ada nggak?"
"Nggak ada."
Selanjutnya, Debora kembali dengan senyum manis sok polosnya. "Mama aku bakalan dateng bentar lagi. Setelah bubur truffle jamurnya selesai, dia langsung ke sini."
"Tadi dia mau vc cuma aku bilang dia fokus masak aja dulu, dasar mama, dia pengen banget liat kamu, Sel."
Selma memasang senyum di bibir. "Wah, aku jadi nggak sabar banget ketemu tante Livia."
Eri manggut-manggut. "Lanjutkan aktingmu Selma."
"Eri, bisa nggak sih kamu nggak banyak komentar. Selayaknya sistem biasa aja deh."
Eri lagi-lagi hanya terkekeh kecil.
