Sebuah karya yang menceritakan perjuangan ibu muda.
Namanya Maya, istri cantik yang anti mainstream
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.Fahlefi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bulu ketek Maya meremang
Maya mengira jalan-jalan itu hanya sekitaran kecamatan, atau paling jauh sejam dua jam menaiki kendaraan. Ternyata jalan-jalan yang dimaksud oleh Sari adalah ke Jepang.
Gilang tersenyum lucu, "Astoge May, jadi kau tidak tahu bunga sakura itu tumbuhnya di Jepang?"
Maya mengangguk, "Mana aku tahu bang, kalau tanaman-tanaman sayur baru lah aku tahu tempatnya dimana, misal kentang dan wortel, itu cocoknya di dataran tinggi. Di Pagar Alam atau di Berastagi."
Gilang mengusap kepalanya, "Ya udah, nanti bilang sama Sari kalau jalan-jalannya ke tempat lain saja." Ucap Gilang.
Maya tidak menjawab, ia sebenarnya masih penasaran dengan ide Sari. Ia pun mencoba men searching tentang destinasi wisata di Jepang. Anehnya, Maya terus scroll-scroll hp aiponnya, semakin banyak foto, semakin banyak video membuatnya mulai tertarik.
"Bagus juga, indah, ada gunung fuji, ada salju, kotanya rapi, bersih." Tak sadar Maya mengagumi tempat itu juga. Pantasan Sari meminta pergi kesana.
Keesokan harinya, saat Gilang hendak berangkat kerja, Maya menemui suami tercintanya itu.
"Bang, kayaknya Jepang itu bagus deh," ucap Maya.
Dahi Gilang mengerut, "May, boro-boro mau pergi kesana, yang ada belum nyampe seperempat perjalanan uang kita udah habis!!" Jawab Gilang.
"Emang berapa sih ongkos kesana?" Tanya Maya penasaran.
Gilang membuka hp nya, mencari tiket pulang pergi Indonesia-Jepang.
Tertera, tiket untuk satu orang P-P 15 juta rupiah, jika dikali 3 totalnya 45 juta, belum lagi untuk biaya lain.
Wajah Maya pucat, kakinya gemetar. Mungkin, permintaan Sari itu harus dihentikan segera. Meskipun itu adalah permintaan jalan-jalan pertama Sari.
Di ladang, Maya tidak bisa mencangkul dengan tenang. Laras sesekali melemparnya dengan tanah untuk bercanda, tapi Maya tampak gelisah.
"Udah deh May, permintaan Sari itu kan gak mesti dituruti." Kata Laras.
Maya menggeleng, "Sebenarnya, bukan cuma Sari, aku juga pengen pergi kesana Ras."
Laras menepuk jidat, "Astaga-naga, May!! Kau itu udah gede, permintaanmu itu sungguh diluar batas kemampuan ekonomi. Meski tanaman asparagus mu berhasil, tetap saja uangnya nggak cukup!" Jawab Laras.
Maya mendesah, ia tahu yang dikatakan Laras benar. Tapi, semalaman ia menscroll-scroll hp, semalaman ia membayangkan indahnya duduk di bawah pohon sakura sambil memandang gunung fuji.
"Udah deh, gak usah terlalu dipikirin, tuh pupuk dari bu bupati udah datang!" Kata Laras menunjuk sebuah truk kuning yang melintas di jalanan desa.
Maya mengangguk, bersiap untuk pekerjaannya. Ia masih punya pekerjaan lain selain memikirkan jalan-jalan ke Jepang. Meski hatinya masih resah, meski ia tidak ingin membuat harapan Sari kecewa. Karena Maya sudah berjanji, karena Maya sudah mengangguk mengiyakan permintaan polos putri kecilnya itu.
Hari-hari Maya memang sibuk mengurusi proyek hebatnya. Setiap hari, ia harus memastikan perawatan tanaman dengan teliti. Tidak ada satu detail kesalahan pun yang boleh terlewat. Semua petani sudah seperti murid didiknya. Mereka menunggu perintah dan petuah dari Maya.
Maya yang membagi pupuk, menghitung takarannya. Sedang Mirna kadang berada disisinya, mencatat detail penting, kadang juga punya tugas penting di kantor bupati.
Semua berjalan sesuai rencana. Bu Sumi juga sudah mulai menanam bibit asparagus sesuai janjinya. Beberapa pemuda dan bapak-bapak seperti biasa memperbincangkan betapa beruntungnya Gilang punya istri seperti Maya. Memperlihatkan kecemburuan mereka yang sehat. Bukan ingin menggoda Maya, tapi lebih tepatnya seperti kekaguman yang tidak bisa disangkal.
Dan itu bukannya tidak diketahui oleh Maya. Maya sadar, dirinya cantik, dirinya masih sangat-sangat menawan. Maya juga tahu kalau ia lewat, ia akan menjadi pusat perhatian mata lelaki yang melihatnya.
Sepanjang mereka hanya melihat, sepanjang Maya beraktifitas dengan baik, tidak ada masalah. Gilang juga tidak terlalu peduli dengan hal itu ketika Maya menceritakannya..
"Itu karena kau cantik May, juga wonder women. Aku harusnya bangga, bukan cemburu." Jawab Gilang ketika itu.
Menjelang menerima raport di sekolah Maya, kembali pertanyaan itu diajukan oleh Sari.
"Bu, kita jadi kan pergi ke Jepang?" Tanya Sari.
Bulu ketek Maya meremang.