NovelToon NovelToon
Marcelline Hart

Marcelline Hart

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Keluarga / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Putri asli/palsu
Popularitas:595
Nilai: 5
Nama Author: S.Lintang

Dia.. anak, Kakak, saudara dan kekasih yang keras, tegas dengan tatapannya yang menusuk. Perubahan ekspresi dapat ia mainkan dengan lihai. Marcelline.. pengendali segalanya!

Dan.. terlalu banyak benang merah yang saling menyatu di sini.
Happy reading 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S.Lintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. -

Azri melangkahkan kaki di tengah para murid yang juga sibuk berjalan santai, ada pula yang berlarian ingin cepat mencapai gerbang dan pulang ke rumah.

Drt.. drt..

Getaran yang ada di saku celana. Azri mengambil ponselnya, melihat nama Kakaknya yang terpampang di layar. Ia menjawabnya, tapi tidak langsung mengeluarkan suara, menunggu Marcelline yang lebih dulu bicara.

"Kamu melanggar, Dek," kata Marcelline terdengar dingin.

"Hm," dehem Azri.

"Jangan buat kesabaran Kakak habis!" tekan Marcelline penuh ketegasan.

"Ingin memberi hukuman? Lakukan! Hukuman yang seperti apa? Di terima sekalipun itu hukuman mati," kata Azri dingin.

"Jangan berlebihan, Azri!"

"Oh aku yang berlebihan? Aku cuma bolos sehari, bukan setiap hari, jadi siapa yang berlebihan di sini?" tanya Azri naik satu oktaf suaranya.

"Perlawanan mu ini...."

"Udah lah! Aku capek. Kakak juga pasti sibuk kan? Lanjutkan," potong Azri langsung menyimpan ponselnya setelah memutuskan sambungan.

"Cara dan nada bicara Kakak tadi itu nggak sopan."

Azri menoleh ke samping saat ada yang menyeletuk, sudah berdiri Azalea di situ sambil mendongak sedikit untuk menatapnya yang tinggi.

Tatapan Azri tajam, terlihat tidak suka. "Jangan ikut campur!"

"Bukan ikut campur, tapi liat aja.. banyak yang perhatiin Kakak karena nada ngomong Kakak tadi tinggi. Semua orang denger, dan semua orang bisa simpulin kalo Kakak lagi berantem sama Kakaknya, Kakak!"

Tangan Azri mengepal, lalu ia menatap keseliling dengan tatapan tajam. Membuat mereka langsung bergerak kembali. Melanjutkan langkah kaki untuk segera pulang ke rumah.

"Kalau emang ada masalah, selesaikan baik-baik Kak, jangan kayak gitu nada ngomongnya. Itu pasti buat Kakaknya, Kakak di sana sakit hati atau marah," celetuk Azalea. Bukannya pergi seperti yang lain, ia malah dengan berani menasihati seorang Azri.

Marcelline bisa marah kalau tau hal ini.

Azri kembali menatap gadis kecil di sampingnya. Ia menunduk sedikit untuk menyamakan tinggi badan. Tatapan dan auranya mencekam, tapi Azalea tetap berdiri, balik menatap mata tajam itu dengan berani.

"Gue bilang.. Jangan ikut campur," desis Azri.

"Bukan ikut campur tapi cuma kasih saran aja," ujar Azalea sedikit menjauhkan tubuh Azri darinya.

"Yang Kakak telpon itu jelas umurnya lebih tua, harusnya bisa lebih sopan lagi," sambungnya lagi semakin berani.

Azri menyipitkan matanya yang tajam itu. "Jadi lo ngajarin gue?" tanyanya.

"Bukan ngajarin, tapi apa yang aku bilang kan bener. Ngomong sama orang yang lebih tua nggak boleh pake nada tinggi. Kalau ada masalah ya selesaikan, bukan malah lari dari masalah."

"Dia berisik dan mengganggu ketenangan gue, tapi anehnya gue nggak bisa untuk bertindak lebih sama dia. Kayak ada sesuatu yang nahan gue buat nggak marah," batin Azri menatap intens pada Azalea.

"Maaf kalau Kakak ngerasa aku ini lancang atau ikut campur, aku cuma sampaikan apa yang aku pikir bener aja. Aku duluan!" Azalea melangkah pergi menuju kearah taksi yang baru saja sampai. Taksi yang sebelumnya memang sudah ia pesan.

Dan Azri hanya bisa menatap punggung kecil itu. "Sebelumnya gue nggak pernah ngerasa kayak gini sama lawan jenis, tapi kenapa rasanya.. dia beda?"

Azri menggeleng pelan, lalu naik keatas motornya. Isi kepalanya sedang berisik, dan ia butuh ketenangan. Sendiri. Tanpa siapa pun, tanpa gangguan. Hanya sendiri.

°°

"Nona, kita harus terbang ke Jepang. Perusahaan di sana membutuhkan tanda tangan Nona langsung."

Marcelline menatap kearah Delano yang baru saja memberi laporan itu. Hubungannya dengan sang adik masih belum membaik, haruskah ia pergi?

Marcelline berdiri dan keluar dari ruangan, diikuti oleh Delano. Di halaman kantor sudah ada helikopter yang terparkir. Jadi, sebelum Marcelline bersuara, semua sudah di siapkan, karena gadis itu tidak suka pekerjaan yang lambat, harus tepat waktu.

1
Carlos Vazquez Hernandez
Cocok di hati nih.
Anrai Dela Cruz
Keren deh ceritanya, thor mesti terus bikin cerita seru kayak gini!
Asher_Sanou3u
Duh, hati jadi bahagia setelah selesai baca karya ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!