NovelToon NovelToon
Black Division

Black Division

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Penyelamat / Action / Sistem / Mafia
Popularitas:265
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Di tengah kekacauan ini, muncullah Black Division—bukan pahlawan, melainkan badai yang harus disaksikan dunia. Dipimpin oleh Adharma, si Hantu Tengkorak yang memegang prinsip 'hukum mati', tim ini adalah kumpulan anti-hero, anti-villain, dan mutan terbuang yang menolak dogma moral.
​Ada Harlottica, si Dewi Pelacur berkulit kristal yang menggunakan traumanya dan daya tarik mematikan untuk menjerat pemangsa; Gunslingers, cyborg dengan senjata hidup yang menjalankan penebusan dosa berdarah; The Chemist, yang mengubah dendam menjadi racun mematikan; Symphony Reaper, konduktor yang meracik keadilan dari dentuman sonik yang menghancurkan jiwa; dan Torque Queen, ratu montir yang mengubah rongsokan menjadi mesin kematian massal.
​Misi mereka sederhana: menghancurkan sistem.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kristal Dalam Dinding Kaca

Di Kantor Pusat Koalisi Dagang Asia Tenggara terasa dingin, sunyi, dan mahal. Gedung beton abu-abu itu berdiri seperti monumen kemunafikan, menjulang di kawasan diplomatik, berlumuran uang panas dan kebohongan politik. Jauh di dalam, di lantai arsip rahasia yang terkunci, ada sebuah folder yang dijual seharga nyawa: daftar nama dan destinasi pengiriman perempuan dan anak di bawah umur. Itu adalah dokumen yang dicari Harlottica.

Tika Marlina tidak peduli pada politik luar negeri, dia hanya peduli pada wajah-wajah di daftar itu. Wajah-wajah yang bisa saja menjadi dirinya sepuluh tahun lalu.

Dia meluncur di saluran ventilasi pendingin udara, gerakan sehalus air, tanpa bunyi gesekan. Udara di dalam gedung berbau detergen mahal dan kertas tua—aroma yang memuakkan baginya. Pakaiannya, bodysuit warna pink aksen merah gelap dan jaket hitam GENSIS, menyerap bayangan, namun rambut panjangnya yang berwarna merah muda gelap memantulkan sedikit cahaya darurat, memberinya siluet hantu yang anggun.

Tika berhenti di atas bilik kantor. Jantungnya berdetak dalam ritme yang tenang, berlawanan dengan gema emosinya yang siap meledak. Ia melihat ke bawah. Ruangan itu adalah pos pengawasan sekunder. Ada empat penjaga berseragam gelap, berotot, dan menatap layar monitor dengan tatapan bosan. Mereka terlihat seperti mesin yang menunggu perintah.

"Empat babi," bisiknya, suaranya kering seperti kerikil.

Dia mengaktifkan mutasinya. Kilatan halus merah muda menyebar dari kulitnya, mengubahnya menjadi lapisan kristal keras, bening, dan berkilauan tipis seperti berlian. Itu bukan hanya pelindung, itu adalah Daya Tarik Mematikan.

Di bawah, keempat penjaga itu tiba-tiba gelisah. Salah satu dari mereka menggaruk tengkuknya, yang lain memperbaiki posisi duduknya, dan yang ketiga mencondongkan tubuh ke depan, matanya terpaku pada ventilasi tanpa tahu mengapa.

Mereka merasa panas.

Mereka merasa gairah yang tidak terarah.

Tika tahu persis apa yang terjadi. Aura kristalnya memanipulasi insting purba manusia—menarik perhatian, membangkitkan hasrat seksual, mengubah kewaspadaan menjadi fokus yang salah arah. Mereka tidak menyadari bahaya; mereka hanya merasa tiba-tiba ingin melihat sesuatu yang indah, sesuatu yang telanjang, sesuatu yang harus mereka miliki.

Tika mencungkil jeruji ventilasi dengan kuku kristalnya dan jatuh. Tidak ada suara bantingan, dia mendarat dengan lutut ditekuk dan anggun, seperti patung yang baru jatuh dari alasnya.

Keempat penjaga itu terkesiap, mata mereka membulat. Tapi bukan karena terkejut ada penyusup. Itu adalah reaksi kimia yang keji. Mereka melihatnya, wanita dengan rambut merah muda gelap, tubuh anggun, dan aura kristal yang samar. Bagi pikiran primitif mereka yang sudah diracuni, Tika bukan ancaman; dia adalah hadiah, fantasi, kesalahan yang harus mereka perbaiki.

"Astaga..." gumam penjaga terdekat, sarung tangan karetnya gemetar.

Tika menyeringai, senyum sinis yang sangat familiar. "Malam yang panjang, sayang."

Penjaga itu maju selangkah, lupa pada senapan serbu di tangannya. "Kami tidak tahu kau ada jadwal..."

Sebelum kata-kata itu selesai, Tika sudah bergerak. Kecepatan kristalnya lebih dari cukup. Tangan kanannya mencengkeram rahang penjaga itu, dan sebelum penjaga itu sempat bereaksi, Tika memutar.

KRAK!

Leher itu patah dengan bunyi yang tajam, seperti ranting kering diinjak. Tubuh besar itu ambruk ke lantai, memantul sekali sebelum diam.

Tiga penjaga yang tersisa langsung terbangun dari stupor instingtif mereka, aura Harlottica tidak sepenuhnya menumpulkan naluri bertahan hidup mereka.

"Penyusup!" teriak salah satunya, sambil mengangkat senjata.

Tika tidak memberi mereka waktu. Dia melompat ke meja konsol, kakinya menendang monitor hingga pecah berkeping-keping. Satu peluru nyasar mengenai lengan kristalnya, tapi peluru itu hanya mendesis sebelum memantul, meninggalkan goresan tipis di permukaan kristal.

Daya Tahan Kekuatan Fisik Meningkat.

"Kasihan sekali," gumam Tika. "Kalian harusnya tahu, fantasi biasanya berbahaya."

Dia meluncur dari meja. Dua penjaga menyerangnya dari depan. Tika menggunakan kedua tangannya, menusukkan jari-jari kristal yang mengeras tepat ke mata penjaga pertama. Jeritan teredam itu hanya berlangsung sepersekian detik sebelum otaknya tertembus.

Penjaga kedua yang panik melepaskan tembakan liar. Tika berputar, menggunakan tubuh penjaga yang baru mati sebagai perisai, membiarkan peluru mengoyak daging mati itu.

Dia menyentakkan perisai mayat itu ke depan, membantingnya ke dinding. Penjaga kedua bingung sesaat, dan itu sudah cukup. Tika mencabut pisau lipat kecil dari saku jaketnya—senjata yang jarang ia gunakan—dan menusukkannya tepat di bawah kevlar pelindung leher penjaga itu. Darah menyembur ke wajah kristalnya.

Hanya tersisa satu orang, penjaga terakhir, yang gemetar di sudut ruangan, senjatanya terjatuh. Ia menatap rekan-rekannya yang berserakan, matanya dipenuhi rasa takut yang murni, tanpa ada jejak gairah.

"Tolong," rintih penjaga itu. "Aku... aku punya anak..."

Kata-kata itu membuat Tika membeku. Ia teringat pada trauma masa lalunya, naluri melindungi yang tersembunyi—terutama bagi anak-anak. Konflik moral internal itu menusuk seperti pecahan kristal.

Pikirkan gadis-gadis itu. Pikirkan Bang Sulhan. Pikirkan Ayahmu.

Kepribadiannya yang sinis mengambil alih. "Dan anak-anak yang akan kau biarkan dijual? Siapa yang peduli pada mereka?"

Dia tidak membunuh dengan cepat kali ini. Tika menendang lutut penjaga itu hingga patah, lalu membiarkannya merangkak, memohon, sebelum akhirnya Tika mencabutnya dari penderitaan. Tidak ada yang pantas mendapatkan akhir yang damai di ruangan ini.

Tika menarik napas dalam-dalam, mengelap darah dari wajah kristalnya dengan sarung tangan. Aroma darah, oli, dan besi. Jauh lebih baik daripada aroma kemunafikan tadi.

Dia berjalan menuju konsol yang rusak, mencolokkan perangkatnya, dan mulai mengunduh arsip. Data itu lambat, dan setiap detik yang berlalu adalah risiko besar.

Saat data mencapai 70%, ia mendengar suara langkah kaki berat. Tidak hanya satu atau dua. Itu adalah regu penuh, bergerak cepat dan terorganisir. Mereka pasti melihat keganjilan di monitor atau mendengar tembakan yang terlalu teredam.

"Sialan," desisnya. Ia mencabut perangkatnya, mengabaikan fakta bahwa data belum lengkap. "Saatnya pergi."

Dia membuka pintu baja arsip di belakang ruangan, melewati lapisan keamanan. Di dalamnya, ada lorong sempit menuju ruang server. Ia harus melarikan diri melalui lantai bawah.

Tika berlari cepat. Lorong itu gelap, hanya diterangi lampu darurat merah.

Tiba-tiba, dari kegelapan di depannya, muncul dua sosok. Mereka tidak memakai seragam penjaga biasa. Pakaian mereka adalah kevlar taktis militer, masker hitam menutupi wajah mereka, dan senjata mereka jauh lebih besar, dilengkapi peredam suara yang profesional. Mereka adalah Pengaman Kuat, regu elit.

Kedua Pengaman Kuat itu tidak menunjukkan emosi seksual atau bingung oleh aura kristalnya. Mereka terlatih, mungkin cyborg atau manusia super biasa. Mereka melihat Tika sebagai ancaman Kelas A.

"Target teridentifikasi," suara robotik terdengar dari comm salah satu Pengaman Kuat. "The Whore Goddess. Jangan biarkan dia keluar dengan data itu."

Tika berhenti, bersandar di dinding. Dia tahu dia berada di koridor sempit. Ini adalah jebakan.

"Dua lawan satu? Serius?" Tika tertawa sarkas, meskipun tawa itu terdengar sedikit gugup. "Kalian harus membawa setidaknya empat botol sampanye untuk perkenalan."

Pengaman Kuat di sebelah kiri mengangkat senapan mesin ringan, larasnya menunjuk ke dada Tika.

DOR! DOR! DOR!

Tiga peluru berat menghantam Tika. Dia tidak jatuh. Kulit kristalnya bergetar dan mengeluarkan percikan api saat menahan hantaman itu, membuat lututnya sedikit menekuk.

Dia menyadari, kali ini tidak semudah hanya mematahkan leher. Dia kepergok, terpojok, dan lawannya tidak terpengaruh oleh daya tarik mematikannya.

"Ini baru menarik," Tika menyeringai, giginya berkilauan tajam. Dia kembali mengaktifkan mutasi kristalnya, kali ini dengan intensitas penuh, membuat seluruh tubuhnya memancarkan rona merah muda yang mengerikan di tengah lorong gelap.

Dia siap bertarung.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!