Jhonatan Wijaya, seorang Kapten TNI yang dikenal kaku dan dingin, menyimpan rahasia tentang cinta pandangan pertamanya. Sembilan tahun lalu, ia bertemu dengan seorang gadis di sebuah acara Akmil dan langsung jatuh cinta, namun kehilangan jejaknya. Pencariannya selama bertahun-tahun sia-sia, dan ia pasrah.
Hidup Jhonatan kembali bergejolak saat ia bertemu kembali dengan gadis itu di rumah sahabatnya, Alvino Alfarisi, di sebuah batalyon di Jakarta. Gadis itu adalah Aresa, sepupu Alvino, seorang ahli telemetri dengan bayaran puluhan miliar yang kini ingin membangun bisnis kafe. Aresa, yang sama sekali tidak mengenal Jhonatan, terkejut dengan tatapan intensnya dan berusaha menghindar.
Jhonatan, yang telah menemukan takdirnya, tidak menyerah. Ia menggunakan dalih bisnis kafe untuk mendekati Aresa. Ketegangan memuncak saat mereka bertemu kembali. Aresa yang profesional dan dingin, berhadapan dengan Jhonatan yang tenang namun penuh dominasi. Dan kisah mereka berlanjut secara tak terduga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keipouloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Jhonatan dan Aresa melangkah masuk ke ruang tamu Jessica. Setelah pengakuan tentang status duda Jhonatan, Aresa memilih untuk diam. Ia duduk di sofa, tatapannya kosong, masih sedikit shock dengan identitas pria yang berada di sisinya, ia seorang Komandan Kompi dan ternyata juga seorang duda.
Jhonatan menyadari perubahan sikap itu. Ia duduk di samping Aresa, lalu mendekat dan memegang tangan Aresa.
"Kamu pasti marah dengan saya?" bisik Jhonatan.
Aresa hanya menggelengkan kepalanya, tidak menarik tangannya namun juga tidak membalas genggaman itu. Aresa masih belum menyangka jika pria yang beberapa hari ini mewarnai hidupnya, ternyata seorang duda.
Tak lama kemudian, Jessica datang membawa minuman.
"Silakan diminum, Aresa," kata Jessica ramah.
"Terima kasih, Kak," jawab Aresa, nadanya sopan namun kaku.
Jhonatan kemudian menjelaskan tujuan kedatangannya kepada Jessica.
"Aku datang ke sini karena ingin membicarakan tentang orang tua kita, Kak," ujar Jhonatan. "Pasti orang tua kita sudah tahu tentang berita yang beredar akhir-akhir ini. Mereka perlu tahu bahwa ini bukan sandiwara, dan kita harus membuat rencana agar mereka bisa sedikit membuka mata untuk menerima Aresa." Jhonatan menarik nafasnya sebentar "Dan aku minta kakak untuk menyakinkan orang tua Sella untuk membatalkan rencana perjodohan ini, karena bagaimanapun Kakak yang membawa Sella masuk ke hidup ku. Jadi kakak bertanggungjawab lah". Ujar dengan Jhonatan sedikit penekanan.
Jhonatan merasa sedikit kesal karena, kakaknya lah dalang dibalik perjodohan keluarganya, ia masih tidak mau memberi tahu kakaknya jika hubungan dia dan Aresa hanya sebuah sandiwara.
****
Waktu sudah beranjak malam. Setelah pembicaraan itu selesai, Jhonatan mengajak Aresa pulang.
"Mari, Res. Aku antar kamu ke tempat Kakak mu," ajak Jhonatan.
Mereka meninggalkan rumah Jessica. Disepanjang perjalanan, Aresa hanya diam. Sikapnya terhadap Jhonatan berubah menjadi sangat dingin dan formal, jauh berbeda dengan kehangatan mereka di kampung. Jhonatan menyadari perubahan itu. Ia heran kenapa Aresa menjadi pendiam, tapi ia tak berani bicara.
Jhonatan melajukan mobilnya membelah kota Jakarta menuju Apartemen Arian. Ia hanya mengantar Aresa hanya sampai lobi.
Saat Aresa turun dari mobil, tak ada kata-kata hangat.
"Terima kasih atas tumpangannya, Kapten," ucap Aresa dengan nada dingin. Ia bahkan tidak menoleh kembali.
Jhonatan tak ambil pusing. Ia kembali melajukan mobilnya setelah Aresa masuk.
****
Saat sampai di apartemen Arian, suasana terlihat sepi. Aresa langsung menjatuhkan diri ke sofa. Ia duduk termenung, dikelilingi keheningan yang kontras dengan keramaian di kampung.
Pikirannya kembali ke mobil, ke pengakuan Jhonatan sebagai duda.
Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, kenapa dia sedikit marah dan bersikap dingin saat tahu Jhonatan seorang duda. Padahal mereka tak ada hubungan apapun, yang ia dan Jhonatan unggah hanyalah sebuah sandiwara.
Aresa berusaha meyakinkan dirinya: Ini hanya rasa kaget, toh mau kapten Jhonatan duda atau bujang bukan urusan ku.
Akhirnya, Aresa beranjak ke kamarnya, memutuskan untuk membersihkan diri dan tidur. Ia harus menjernihkan pikiran karena besok, ia akan melakukan perjalanan jauh.
****
Saat Aresa tiba di apartemen, Arian ternyata masih berada di kantornya. Tumpukan pekerjaannya sebagai seorang CEO telah terabaikan gara-gara berita tentang adiknya. Sejak skandal itu mencuat, ia hanya fokus pada strategi counter attack demi melindungi Aresa.
Dalam keheningan ditengah banyaknya pekerjaan, Azzam masuk ke ruangannya.
"Yan, gue balik dulu," ujar Azzam.
Arian menoleh dari layar komputernya. "Iya, hati-hati. Gue nyelesain ini dulu."
"Iya, bro. Btw, orang suruhan gue bilang Aresa udah pulang ke apartemen lo," kata Azzam.
"Iya, thanks bro," jawab Arian, tanpa mengalihkan pandangan.
Azzam pun keluar. Arian kembali larut dalam pekerjaannya. Ia harus segera menyiapkan dokumen-dokumen legal untuk mengunci semua narasi yang telah ia sebarkan, memastikan reputasi Aresa benar-benar aman sebelum ia mengizinkan adiknya terbang ke Madrid.
****
Sementara itu Jhonatan yang baru saja meninggalkannya di lobi, melajukan mobilnya menuju tempat Sella disekap. Wajahnya keras, amarah yang ia tahan sejak di kampung kini siap meledak.
Jhonatan meminta para penjaga menyingkir. Ia membuka pintu kamar penyekapan itu dengan kasar, lalu membanting pintu itu dengan suara keras. Sella, yang sedang duduk di ranjang, terlonjak kaget.
Jhonatan melangkah masuk. Ia merebut paksa ponsel Sella yang ada di tangan wanita itu, dan melemparkannya ke dinding hingga hancur berkeping-keping. Sella begitu takut melihat amarah Jhonatan yang sama sekali berbeda dari citra perwira yang tenang.
Jhonatan menarik rambut panjang Sella hingga kepalanya mendongak.
"Kamu telah mencari gara-gara dengan saya!" Jhonatan meninggikan suaranya. "Apa kurang jelas saya bilang ke kamu, kalau saya menolak perjodohan itu?! Kamu sudah tahu statusku bahwa saya bukan pria lajang, dan sekali lagi saya tekankan saya sudah punya pasangan."
Jhonatan melepaskan rambut Sella, membuat wanita itu tersungkur sambil menangis ketakutan.
"Dan kamu juga sudah membuat jelek reputasi wanita ku," lanjut Jhonatan, suaranya kini dingin mematikan. "Saya tidak akan mengulanginya lagi. Jika kamu ingin bebas, pergi sejauh mungkin dari sini dan jangan pernah mengganggu kehidupan saya dengan wanita saya."
Jhonatan membalikkan badan dan keluar dari kamar, meninggalkan Sella yang terisak sendirian di ruangan itu. Ancaman itu final. Jhonatan telah menutup babak sandiwara ini dengan paksa.
****
Pukul 23.30, pintu apartemen terbuka. Aresa, yang baru saja keluar dari kamar, terkejut melihat Arian masuk. Kakaknya terlihat sangat lelah, dasinya sudah longgar, dan rambutnya sedikit berantakan.
"Mas, kamu baru pulang?" tanya Aresa, menghampiri.
Arian tersenyum tipis dan memeluk adiknya. "Aku harus memastikan kamu aman dulu, Res. Semua pekerjaan Mas numpuk gara-gara skandal mu."
Aresa merasa bersalah. "Maaf, Mas. Gara-gara aku, pekerjaanmu jadi berantakan."
"Tidak apa-apa," potong Arian, menatap adiknya dengan serius. "Mas sudah tahu dari seseorang tentang Jhonatan. Kamu sudah tahu tentang statusnya, kan? Mas harap setelah kamu kembali ke Madrid, kamu tidak berhubungan lagi dengan kapten itu."
Aresa mengangguk. "Iya mas, setelah aku kembali kesana tandanya sandiwara itu sudah berakhir."
Arian mendengarkan. Ia tahu betul bagaimana adiknya, dia orang yang tidak berlarut-larut dalam suatu hal.
"Mas harap kamu jangan terbawa suasana dengan sandiwara Jhonatan," ujar Arian, menuntun Aresa untuk duduk. "Kamu juga harus ingat skandal itu ada juga gara-gara Jhonatan."
"Iya mas, aku tahu" jawab Aresa.
"Oke, sekarang masuk kamar istirahat" perintah Arian.
"Iya mas, mas juga istirahat." ucap Aresa sembari berdiri.
Malam itu mereka larut dalam pikiran masing-masing dan tidur mungkin bisa sedikit melupakan semua masalah yang sudah terjadi.
yu kak saling sapa mampir beri dukungN ke karyaku juga