NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam

Warisan Mutiara Hitam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

Takdirnya telah dicuri. Chen Kai, dulu jenius nomor satu di klannya, kini hidup sebagai "sampah" yang terlupakan setelah Akar Spiritualnya lumpuh secara misterius. Tiga tahun penuh penghinaan telah dijalaninya, didorong hanya oleh keinginan menyelamatkan adiknya yang sakit parah. Dalam keputusasaan, dia mempertaruhkan nyawanya, namun berakhir dilempar ke jurang oleh sepupunya sendiri.

Di ambang kematian, takdir mempermainkannya. Chen Kai menemukan sebuah mutiara hitam misterius yang menyatu dengannya, membangkitkan jiwa kuno Kaisar Yao, seorang ahli alkimia legendaris. Dari Kaisar Yao, Chen Kai mengetahui kebenaran yang kejam: bakatnya tidak lumpuh, melainkan dicuri oleh seorang tetua kuat yang berkonspirasi.

Dengan bimbingan sang Kaisar, Chen Kai memulai jalan kultivasi yang menantang surga. Tujuannya: mengambil kembali apa yang menjadi miliknya, melindungi satu-satunya keluarga yang tersisa, dan membuat mereka yang telah mengkhianatinya merasakan keputusasaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Badai yang Mengamuk

Dua hari berlalu dalam sekejap mata.

Bagi Chen Kai, dua hari itu terasa seperti meditasi tanpa akhir yang diselingi oleh rasa sakit yang hebat. Dia tidak meninggalkan kamar penginapan yang kumuh itu. Dia bahkan tidak berani mendekati jendela. Dia duduk bersila di lantai yang dingin, seluruh keberadaannya terfokus pada satu tugas: penyembuhan.

Pil Pemulih Roh yang dia ambil dari cincin Paman Liu benar-benar barang berkualitas tinggi. Energi penyembuhan yang lembut dan konstan mengalir tanpa henti ke seluruh tubuhnya. Meridiannya yang robek dan retak perlahan-lahan dirajut kembali. Organ internalnya, yang terasa seperti hancur lebur akibat serangan balik formasi, dibasahi oleh energi kehidupan dan mulai memperbaiki diri.

Prosesnya menyakitkan dan lambat. 'Sutra Hati Kaisar Naga Abadi' berputar secara otomatis, mempercepat penyembuhan, tetapi kerusakan yang dideritanya terlalu parah. Ini adalah pertama kalinya dia bertarung—dan membunuh—seseorang dari ranah yang lebih tinggi. Harganya tidak kecil.

Pada hari ketiga, Chen Kai akhirnya membuka matanya.

Kamar itu berbau apak dan darah kering. Dia merasa kotor dan lelah, tetapi rasa sakit yang membakar di dalam tubuhnya telah mereda menjadi denyutan tumpul. Dia menghela napas dalam-dalam, dan untuk pertama kalinya dalam tiga hari, dadanya tidak terasa seperti akan meledak.

Dia memeriksa kondisi internalnya.

"Luka-lukaku... sekitar tujuh puluh persen sembuh," dia bergumam, suaranya serak karena lama tidak digunakan. Qi di dantiannya, yang telah terkuras habis, kini terisi sekitar setengahnya. Dia masih jauh dari kondisi puncak, tetapi dia tidak lagi lumpuh. Dia bisa bergerak. Dia bisa bertarung jika terpaksa.

Dia juga memperhatikan bahwa kultivasinya di Awal Tingkat Lima Alam Kondensasi Qi telah menjadi sangat stabil, diperkuat oleh cobaan hidup dan mati.

Dia bangkit, meregangkan otot-ototnya yang kaku. Saat itulah dia mendengarnya.

Suara-suara dari jalanan di bawah jendelanya.

Biasanya, distrik terluar ini sepi. Tapi hari ini, ada keributan. Ada teriakan, langkah kaki yang tergesa-gesa, dan derap sepatu bot berat tentara bayaran atau penjaga.

Dengan sangat hati-hati, Chen Kai beringsut ke jendela, membuka tirai kotor itu sedikit saja, hanya celah seukuran jarum.

Apa yang dilihatnya membuat darahnya mendingin.

Jalanan di bawah dipenuhi oleh penjaga. Dia bisa melihat dua seragam yang berbeda. Yang satu adalah seragam biru tua dari penjaga Keluarga Chen, yang dia kenali seumur hidupnya. Yang lainnya adalah seragam perak yang lebih elegan, dengan lambang pedang awan di dada—penjaga Keluarga Lin, jelas dikirim dari markas utama mereka di luar kota.

Para penjaga itu bergerak dari rumah ke rumah, dari toko ke toko, menanyai orang-orang dengan kasar. Salah satu penjaga Keluarga Lin memegang gulungan perkamen. Dia membentangkannya di depan seorang pemilik toko yang ketakutan.

Itu adalah potret.

Bahkan dari jarak ini, Chen Kai bisa mengenalinya. Itu adalah wajahnya.

"Badai telah tiba," bisiknya.

Dia mundur dari jendela, pikirannya berpacu. Dia tidak bisa tinggal di sini. Penginapan kumuh ini mungkin berada di urutan terakhir dalam daftar pencarian mereka, tetapi mereka akan tiba di sini pada akhirnya.

Dia harus pergi. Tapi kemana?

Kembali ke halaman kecilnya? Tidak. Itu adalah tempat pertama yang akan mereka cari. Dia yakin tempat itu sudah diawasi atau bahkan dihancurkan.

Menemui Chen Ling? Mustahil. Dia tidak akan pernah mempertaruhkan nyawa adiknya dengan membawanya ke dalam masalah ini. Dia harus menjauh darinya untuk melindunginya.

Dia terjebak di dalam Kota Awan Jatuh. Gerbang kota pasti dijaga ketat. Keluarga Lin telah mengerahkan kekuatan sebesar ini hanya untuk satu orang—seorang ahli Alam Pembangunan Fondasi—yang terbunuh. Mereka tidak akan membiarkan pembunuhnya lolos.

"Yao?" panggilnya dalam hati.

Tidak ada jawaban. Hanya keheningan. Kaisar Yao masih tertidur lelap, memulihkan kekuatan jiwanya.

Chen Kai benar-benar sendirian.

Dia menarik napas dalam-dalam, memaksa dirinya untuk tenang. Kepanikan adalah musuhnya. Dia mulai menganalisis situasinya seperti seorang ahli strategi.

"Aku punya sumber daya," pikirnya, menyentuh cincin Paman Liu di jarinya. "Aku punya uang, Batu Roh, dan pil. Yang tidak aku punya adalah waktu dan tempat yang aman."

Jika dia tidak bisa meninggalkan kota, dia harus bersembunyi. Tapi tidak ada tempat di dalam tembok ini yang aman untuk waktu lama.

Satu-satunya pilihan adalah keluar.

Tapi bagaimana? Gerbang dijaga. Memanjat tembok? Mungkin, tapi itu sangat berisiko. Para penjaga di tembok pasti diperkuat, dan dalam kondisinya yang tujuh puluh persen sembuh, dia tidak yakin bisa melakukannya tanpa terdeteksi.

Dia membutuhkan pengalih perhatian. Dia membutuhkan... sebuah karavan.

Karavan dagang adalah satu-satunya kelompok yang mungkin diizinkan meninggalkan kota setelah pemeriksaan ketat. Keluarga Lin mungkin kuat, tetapi mereka tidak bisa memblokade seluruh perdagangan kota untuk waktu yang lama tanpa membuat marah kekuatan lain.

Dia harus mengambil risiko.

Pertama, dia harus mengubah penampilannya. Dia tidak bisa berjalan-jalan dengan wajahnya yang terpampang di setiap sudut jalan.

Dia memeriksa cincin Paman Liu lagi. Di antara tumpukan barang-barang pribadi pelayan tua itu, dia menemukan apa yang dicarinya. Jubah perjalanan berwarna cokelat tua yang sederhana, topi bambu lebar dengan pinggiran kain tipis yang bisa menutupi wajah, dan yang paling penting, sebuah botol kecil berisi cairan aneh.

"Cairan Pengubah Tulang Tingkat Rendah," gumam Chen Kai, membaca labelnya. Itu bukan topeng, tapi sesuatu yang jauh lebih baik. Itu adalah obat yang bisa mengubah struktur tulang wajah seseorang untuk sementara.

Tanpa ragu, dia meminumnya. Rasa sakit yang aneh dan tumpul menyebar di wajahnya saat tulang pipi, rahang, dan hidungnya sedikit bergeser. Dia melihat ke cermin retak di kamar. Wajah yang balas menatapnya adalah orang asing—seseorang yang tampak lima tahun lebih tua, dengan wajah yang lebih kasar dan mata yang terlihat biasa saja.

Itu sempurna.

Dia mengganti jubahnya yang berlumuran darah dengan jubah cokelat Paman Liu dan mengenakan topi bambu itu. Dia sekarang terlihat seperti pedagang keliling atau tentara bayaran rendahan.

Dia tidak bisa membawa banyak barang. Dia mengkonsolidasikan semua barang berharganya—Batu Roh, pil, manual teknik, dan kotak hitam misterius—ke dalam cincin Paman Liu.

Terakhir, dia meletakkan seratus koin perak di atas meja. Lebih dari cukup untuk membayar sewa kamar selama sebulan. Dia tidak ingin pemilik penginapan yang malang itu mendapat masalah karena telah menampungnya.

Dia membuka pintu, mengintip ke koridor. Kosong.

Dengan langkah yang tenang dan disengaja, dia menuruni tangga, melewati lobi yang kosong, dan melangkah keluar ke jalanan yang kacau balau.

Dia berjalan lurus menuju sekelompok penjaga Keluarga Chen yang sedang menanyai seorang pedagang kaki lima.

"Hei, kau!" Seorang penjaga menghentikannya, menatapnya dengan curiga. "Tunjukkan wajahmu!"

Jantung Chen Kai berdebar, tapi ekspresinya tetap tenang. Dia perlahan mengangkat pinggiran topinya, memperlihatkan wajahnya yang "baru".

Penjaga itu membandingkan wajah kasarnya dengan potret di tangannya—potret pemuda tampan berusia enam belas tahun. Dia mendengus jijik.

"Bukan dia. Pergi sana!"

Chen Kai mengangguk dalam diam dan terus berjalan.

Dia berhasil.

Dia menghabiskan satu jam berikutnya berjalan menuju distrik perdagangan di dekat gerbang utama. Seperti yang dia duga, di sana ada kekacauan. Beberapa karavan dagang besar tertahan, para pedagang berdebat sengit dengan kapten penjaga Keluarga Lin.

"Aku harus mengirimkan barang-barang ini ke Kota Batu Hitam! Aku punya tenggat waktu!" teriak seorang pedagang gemuk.

"Tidak ada yang pergi sampai kami memeriksa setiap gerobak!" balas kapten Keluarga Lin.

Chen Kai melihat celahnya. Di tengah kekacauan itu, para penjaga sedang memeriksa gerobak satu per satu, tetapi fokus mereka adalah pada orang-orang, bukan pada kargo.

Dia melihat sebuah gerobak besar yang sarat dengan karung-karung gandum, diparkir sedikit jauh dari antrian utama. Penjaga sudah memeriksanya dan menempelkan segel 'SUDAH DIPERIKSA' di sisinya.

Menggunakan 'Langkah Bayangan' miliknya, dia bergerak seperti hantu. Dalam sekejap mata, dia melompati sisi gerobak, menyelipkan dirinya di antara dua karung gandum yang berbau apek, dan menarik terpal untuk menutupi dirinya.

Sekarang, yang harus dia lakukan hanyalah menunggu.

Satu jam berlalu. Dia bisa mendengar teriakan para penjaga dan keluhan para pedagang. Akhirnya, dia merasakan gerobak itu bergetar hebat.

"Baiklah, lolos!" teriak kusir di depan.

Dengan derak roda yang keras, gerobak itu mulai bergerak.

Chen Kai berbaring diam dalam kegelapan yang pengap, tersembunyi di antara karung gandum. Dia merasakan gerobak itu berhenti sejenak di gerbang kota, mungkin untuk pemeriksaan terakhir, lalu kembali bergerak, kecepatannya bertambah.

Udara berdebu berganti dengan aroma segar hutan dan tanah.

Dia berhasil. Dia keluar.

Dia membuka matanya dalam kegelapan. Dia telah lolos dari Kota Awan Jatuh. Dia sekarang adalah seorang buronan, seorang pelarian.

Tapi dia juga bebas.

Dia tahu persis ke mana dia akan pergi. Sebuah tempat di mana Keluarga Lin atau Keluarga Chen tidak akan berani mencarinya dengan gegabah. Tempat yang sempurna untuk bersembunyi, berlatih, dan menjadi lebih kuat.

1
wisnu
semangat thor💪
alfariz aditya
ceritanya sejauh ini bagus👍👍
Bucek John
harta menang perang gak peenah diambil walau kultivator masih sabgat mesken sekaki...!!! apalagi tdk punya cincinbruang walau hanya kecil saja, hambar belum nambahkeseruan ...!!
Joe Maggot Curvanord
lanjut thor
awas kalo sampai putus d tengah jalan critanya aku cari penulisnya wkwkwkw
Joe Maggot Curvanord
alurnya bagus banget
ga terlalu cepat op
pelan berdarah tapi pasti
saya suka
byk bintang untuk penulis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!