NovelToon NovelToon
Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Jangan Salahkan Aku Mencintainya

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Penyesalan Suami
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: ANGGUR

Hans dan Lily telah menikah selama 2 tahun. Mereka tinggal bersama ibu Meti dan Mawar. Ibu Meti adalah ibu dari Hans, dan Mawar adalah adik perempuan Hans yang cantik dan pintar. Mawar dan ibunya menumpang di rumah Lily yang besar, Lily adalah wanita mandiri, kaya, cerdas, pebisnis yang handal. Sedangkan Mawar mendapat beasiswa, dan kuliah di salah satu perguruan tinggi di kota Bandung, jurusan kedokteran. Mawar mempunyai sahabat sejak SMP yang bernama Dewi, mereka sama-sama kuliah di bagian kedokteran. Dewi anak orang terpandang dan kaya. Namun Dewi tidak sepandai Mawar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANGGUR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

Mawar dan ibunya ikut sedih mendengar pernyataan dari Hans tentang kondisi Dewi yang sudah tidak bisa mempunyai anak lagi. Hans ikut bertanggung jawab pada Dewi sebagai seorang suami. Hans, Mawar, dan tante Meti kini telah berada di ruangan Dewi. Tante Meti berusaha menghibur Dewi karena Dewi telah mengetahui jika dirinya telah kehilangan bayinya. Hans telah mengatakan pada Dewi akibat dari kecelakaan yang menimpa Dewi, namun Hans belum berani jujur tentang rahim Dewi yang telah diangkat oleh dokter. Hans tidak ingin membuat hati Dewi semakin terluka.

Dewi: "Selama aku di rumah sakit, kamu harus menemaniku, mas. Kamu tidak perlu bekerja." ucapnya dengan suara pelan namun tegas.

Hans: "Iya, Wi. Aku akan menelpon kantor tentang cutiku." sahutnya. "Aku ke rumah ambil baju dulu, ya, Wi." ucapnya.

Dewi: "Jangan lama-lama, mas." sahutnya.

Hans: "Sekalian aku beli makanan, ya." ucapnya lagi. Dewi hanya menganggukkan kepalanya namun wajahnya kelihatan sedih. Setelah Hans keluar dari ruangan itu, Mawar mendekat ke arah Dewi dan memegang tangan sahabatnya itu.

Mawar: "Jangan sedih, ya. Kamu akan pulih, kok." ucapnya sambil tetap memegang tangan sahabatnya itu. Dewi menatap wajah Mawar, lalu tersenyum tipis pada Mawar.

Dewi: "Apakah artinya kamu akan kembali menjadi temanku lagi?" tanyanya dengan ragu-ragu. Mawar menghela nafas pendek, lalu mengusap kepala Dewi.

Mawar: "Dari dulu aku selalu menjadi temanmu, Wi." sahutnya dengan pelan.

Dewi: "Kamu marah padaku, saat aku bersama mas Hans." ucapnya.

Mawar: "Aku marah, tapi aku tidak membencimu, Wi. Kamu tetap sahabatku." sahutnya dengan lembut. "Lupakan saja masa lalu, ya. Maafkan aku, Wi." ucapnya dengan hati yang tulus. Dewi dan Mawar sama-sama tersenyum dan saling berpelukan. Tante Meti ikut tersenyum melihat anak dan menantunya berbaikan lagi.

Tante Meti: "Kalian jangan berantem lagi, dong." ucapnya sambil tersenyum lebar.

"Tiiit... Tiiit." Ponsel Mawar berdering, dia mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya.

Mawar: "Ini dari mas Hans." ucapnya saat menatap layar ponselnya.

Tante Meti: "Jawab saja, Mawar. Siapa tahu penting." ucapnya. Mawar menjawab panggilan telpon dari Hans.

Mawar: "Iya, mas." sahutnya. "Ada apa?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Hans: "Aku sekalian membelikan kamu dan ibu makanan, ya. Kamu dan ibu mau makan apa?" tanyanya.

Mawar: "Nasi goreng saja, mas. Biar kenyang." sahutnya.

Hans: " Baiklah, kamu dan ibu tunggu, ya. Jangan pulang dulu." ucapnya.

Mawar: "Iya, mas." sahutnya. Hans dan Mawar sama-sama menutup ponsel mereka. Hans tetap melaju dengan mobilnya mencari restaurant yang selalu dia datangi dulu saat bersama dengan Lily. Beberapa menit kemudian, Hans tiba di depan restaurant kesukaannya. Hans memarkir mobilnya, lalu keluar dari dalam mobil. Hans berjalan santai memasuki restauran yang banyak didatangi oleh kawula muda maupun tua itu. Hans mulai memesan pesanan Mawar dan ibunya, juga buat Dewi.

Hans: "Pesan 3 bungkus nasi goreng spesial ya, mas." ucapnya kepada seorang pelayan. "Tolong buat 1 porsi untuk aku, ya, mas. Aku makan di sini saja." pintanya.

Pelayan: "Baik, mas." sahutnya dengan ramah. Hans duduk paling pojok di restauran itu, Hans mulai memperhatikan tiap orang yang mulai ramai memasuki restauran itu. Tiba-tiba pandangan mata Hans tertuju pada sosok yang dikenalnya, yaitu Lily dan Toni yang sedang duduk di salah satu ruangan bagian dalam. Lily dan Toni tertawa bersama seolah sedang merasakan kebahagiaan. Hans berdiri dari tempat duduknya, lalu mulai melangkah dengan pelan menghampiri Lily dan Toni.

Hans: "Hai, Li." sapanya dengan sopan. Lily dan Toni menoleh ke arah Toni, lalu tersenyum kecil.

Lily: "Hai, mas." sahutnya dengan suara lembut. "Apakah kamu makan di sini juga, mas?" tanyanya dengan rasa ingin tahu.

Hans: "Iya, Li."

Lily: "Aku ikut sedih mendengar kondisi Dewi, mas. Semoga Dewi cepat sembuh, ya." ucapnya dengan wajah yang sedih. "Rosa yang memberitahukan padaku." ucapnya lagi.

Hans: "Iya, Li. Terima kasih, ya." ucapnya sambil menatap ke arah Toni dengan tatapan tidak senang. Seorang pelayan mendatangi Hans.

Pelayan: "Pesanannya sudah ada di meja mas, ya." ucapnya sambil menunjuk ke arah tempat duduk Hans.

Hans: "Iya, terima kasih." sahutnya. Hans menatap Lily, lalu berkata: "Aku kembali ke mejaku, ya." ucapnya sambil tersenyum kecil.

Lily: "Iya, mas." sahutnya dengan suara lembut. Hans membalikkan badannya, lalu melangkah dengan terburu-buru kembali ke tempat duduknya. Toni hanya menatap Hans dari kejauhan.

Toni: "Sepertinya dia cemburu padaku, Li." ucapnya sambil tersenyum lebar.

Lily: "Masa sih? Bagaimana kamu bisa tahu, Ton?" tanyanya dengan rasa penasaran

Toni: "Dia menatapku dengan sinis tadi." sahutnya.

Lily: "Mungkin hanya perasaanmu saja, Ton. Mas Hans tidak mungkin cemburu." sahutnya dengan ragu-ragu. "Dia mencintai Dewi." sahutnya lagi dengan penuh keyakinan. Toni tersenyum tipis, dia tahu jika Hans masih mengharapkan Lily untuk menjadi istrinya lagi.

Toni: "Apakah kamu sudah selesai makan?" tanyanya sambil melirik ke arah piring Lily.

Lily: "Iya, Ton. Aku sudah kenyang." ucapnya. "Ayo, kita pulang. Ini sudah hampir jam 9 malam." ajaknya sambil melirik ke arah jam tangannya.

Toni: "Iya, Li. Aku juga sudah kenyang." sahutnya. Toni dan Lily sama-sama berdiri dari tempat duduk mereka, lalu berjalan bersama sampai ke depan pintu kaca restauran. Sebelum membuka pintu kaca restauran itu, Lily sempat menoleh ke tempat duduk Hans dan berniat untuk pamitan, namun Lily tidak melihat Hans lagi.

Toni: "Ayo, Li." ajaknya sambil membuka pintu kaca restaurant itu. Toni dan Lily berjalan dengan pelan ke arah parkiran mobil, Toni membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Lily untuk naik lebih dulu.

Toni: "Silahkan, tuan putri." ucapnya sambil tersenyum lebar.

Lily: "Ada-ada saja kamu, Ton." sahutnya sambil tertawa kecil. Lily masuk ke dalam mobil, setelah itu Toni juga masuk ke dalam mobilnya.

Toni: "Kamu harus bahagia, Li. Jangan sia-siakan hidupmu dengan kesedihan." ucapnya di dalam mobil. Toni mulai melaju dengan mobilnya menuju ke rumah Lily untuk mengantar Lily pulang.

Lily: "Sok bijak kamu, Ton." sindirnya sambil tersenyum lebar.

Toni: "Hehe. Aku memang bijak dan sangat baik." ucapnya sambil tertawa kecil memuji diri sendiri. "Ada apa dengan Dewi, ya?" tanyanya dengan rasa penasaran. "Beritahu aku, dong." ucapnya lagi.

Lily: "Kamu kepo banget, sih." ucapnya sambil melirik ke arah Toni yang sedang menyetir.

Toni: "Aku hanya mendengar pembicaraanmu tadi di restaurant itu, Li." ucapnya. Lily menghela nafas pendek, tatapannya lurus ke depan.

Lily: "Dewi kecelakaan, Ton. Dewi bertengkar dengan mas Hans." sahutnya dengan suara pelan.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!