 
                            Clara Moestopo menikah dengan cinta pertamanya semasa SMA, Arman Ferdinand, dengan keyakinan bahwa kisah mereka akan berakhir bahagia. Namun, pernikahan itu justru dipenuhi duri mama mertua yang selalu merendahkannya, adik ipar yang licik, dan perselingkuhan Arman dengan teman SMA mereka dulu. Hingga suatu malam, pertengkaran hebat di dalam mobil berakhir tragis dalam kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya. Tapi takdir berkata lain.Clara dan Arman terbangun kembali di masa SMA mereka, diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya… atau mengulang kesalahan yang sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 24.Rencana awal.
Pagi itu langit Jakarta tampak cerah, tapi hati Clara justru terasa berat. Udara di rumahnya seperti kehilangan kehangatan sejak semalam. Ria sudah mengirim pesan menanyakan hasil analisis rambut Desi, tapi Clara belum berani menjawab. Rambut itu baru saja ia dan mamanya serahkan ke petugas laboratorium rumah sakit pagi tadi.
“Kalau hasilnya cocok dengan sampel yang kita punya,” ujar Luna dengan nada tenang namun penuh tekanan, “itu berarti dugaanku selama ini benar.”
Clara hanya mengangguk pelan. Ia tidak tahu harus merasa lega atau takut jika hasilnya benar-benar membuktikan bahwa Desi adalah anak kandung ayahnya dan bahwa kebohongan besar telah menyelimuti rumah tangga orang tuanya.
Clara sudah bertekad tidak akan membiarkan mamanya menderita sendiri di kehidupan keduanya, karena ia sendiri pernah merasakan penghianatan, kecewa oleh pria yang ia cintai dengan tulus.
Sekarang Clara sudah kembali di kehidupan yang lalu, maka hal buruk tidak akan ia biarkan terjadi pada mama dan dirinya sendiri.
Setelah menyerahkan sampel, mereka memutuskan untuk pergi ke kantor agen properti yang terletak di kawasan yang tenang, tidak jauh dari komplek tempat Finn tinggal. Luna mengenakan blus putih sederhana dan celana panjang abu-abu, rambutnya diikat rapi, tampak berusaha tegar meski ada bayangan kelelahan di wajahnya.
“Ma,” Clara berkata pelan saat mereka duduk di mobil agen. “Apa Mama yakin mau cari rumah sekarang? Kita belum tahu hasil tesnya.”
Luna menatap ke luar jendela, pandangannya kosong. “Mama sudah cukup tahu, Clara. Bahkan tanpa hasil itu pun, Mama sudah lihat siapa sebenarnya ayahmu. Kalau memang semuanya harus berakhir, setidaknya kita punya tempat baru untuk mulai lagi.”
Mobil berhenti di depan rumah mungil dua lantai berwarna krem. Halamannya kecil tapi terawat, dengan pohon kamboja di sudut dan pagar hitam sederhana. Agen properti tersenyum ramah sambil membuka gerbang.
“Silakan, Bu Luna, Nona Clara. Rumah ini baru selesai direnovasi. Lokasinya strategis, dekat sekolah dan juga dekat jalan utama.”
Clara menatap sekeliling pelan. Rumah itu sederhana tapi terasa hangat. Ada sesuatu yang aneh tenang tapi juga asing. Ia baru saja melangkah masuk ke ruang tamu ketika suara langkah kaki dari arah luar membuatnya menoleh.
Seseorang baru saja berhenti di depan pagar.
Finn.
Cowok itu mengenakan jaket biru tua dan celana jeans, baru pulang dari tempat nongkrong nya. Begitu melihat siapa yang berdiri di halaman rumah itu, langkahnya spontan terhenti.
Finn mengenali sosok Clara dari kejauhan bersama Luna.
“Clara?” panggilnya dengan pelan.
Finn berdiri terpaku di balik pepohonan di seberang jalan, menatap Clara dan mamanya yang kini tengah berbincang dengan agen properti di halaman rumah krem dua lantai itu. Matanya sempat membulat pelan saat menyadari sesuatu yang tak masuk akal.
Rumah itu…
Rumah yang sedang mereka lihat bukan rumah sembarangan. Itu rumah milik keluarganya sendiri, rumah yang sudah lama kosong sejak kakeknya memutuskan untuk tidak lagi menyewakannya pada orang luar.
Apa yang mereka lakukan di sini? pikir Finn, alisnya berkerut dalam. Kenapa mereka melihat rumah ini? Mau pindah ke sini?
Ia berusaha menenangkan diri, tapi rasa ingin tahu menekan dadanya terlalu kuat. Alih-alih muncul dan menyapa seperti biasa, langkahnya justru melambat. Ia bersembunyi di balik mobil putih yang terparkir tak jauh dari pagar, cukup untuk mendengar percakapan samar dari arah halaman.
Luna dan agen properti berdiri di teras depan. Suara lembut Luna terdengar jelas, membawa nada tenang namun menyimpan kepedihan.
“Kalau rumah ini masih tersedia, saya ingin menyewanya secepat mungkin,” katanya. “Tempatnya tenang, dan lokasinya cocok untuk putriku karena dekat dengan tempatnya sekolah.”
Agen itu mengangguk sopan. “Tentu, Bu. Pemilik rumahnya kebetulan keluarga tua yang sudah lama pindah. Tapi sekarang mereka tinggal bersama cucunya dirumah utama di blok sebelah. Kalau semua dokumen sudah siap, saya bisa bantu proses kontraknya hari ini juga.”
Finn menahan napas. Apa maksud dia keluarga tua? Itu maksudnya… kakekku dan nenek.
Matanya menajam, menatap punggung Clara yang berdiri tak jauh di depan pintu rumah. Clara tampak diam, memandangi ruangan kosong di dalam rumah itu seolah sedang membayangkan sesuatu. Ada sesuatu di wajahnya tapi bukan sekadar rasa ingin pindah, tapi seperti seseorang yang sedang mencari tempat perlindungan.
Finn menatap lebih lama. Dalam hatinya muncul perasaan aneh, campuran khawatir dan penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi sama mereka?
Bukannya Clara dan mamanya sudah tinggal di rumah keluarga moestopo, jadi mengapa mereka mencari tempat tinggal baru?, pikir Finn.
Luna kembali berbicara. “Kalau semua berjalan lancar, kami mungkin akan pindah minggu depan. Saya hanya ingin tempat yang tenang untuk memulai hidup baru bersama putri saya.”
Agen itu tersenyum. “Baik, Bu Luna. Saya akan hubungi pemilik rumah hari ini untuk persetujuan.”
Setelah beberapa menit, keduanya keluar dari halaman. Mereka lalu berjalan menuju taksi yang menunggu di depan rumah.
Finn bersembunyi lebih dalam di balik mobil, memastikan mereka tidak melihatnya. Saat taksi itu perlahan menjauh, ia baru berani keluar dan berdiri di depan rumah. Pandangannya terarah pada gerbang hitam kecil dan pohon kamboja yang tumbuh di sudut halaman.
“Rumah ini…” gumamnya pelan. “Aku tidak tahu alasan mereka pindah,tapi jika mereka pindah disini maka aku bisa dekat dengan Clara.”
Ada sesuatu yang tidak beres. Clara tidak akan datang ke sini tanpa alasan. Dan melihat ekspresi ibunya tadi, Finn yakin mereka sedang menghadapi sesuatu yang besar,sesuatu yang mungkin Clara sembunyikan darinya.
Ia menghela napas dalam, lalu berlari kecil menyusuri jalan menuju rumah utamanya yang hanya berjarak dua blok dari sana.
Begitu sampai di depan pagar besar berwarna abu tua, ia langsung masuk tanpa menunggu penjaga rumah menyapa.
“Kakek!” panggilnya keras. “Kek, aku harus bicara!”
Suara langkah kaki terdengar dari arah taman belakang. Seorang pria tua dengan rambut putih rapi dan tongkat kayu muncul perlahan. Wajahnya tenang, namun sorot matanya tajam Kakek Morgan,pengusaha terkenal dengan dikenal dengan tangan besi. di usia senja ia terpaksa terus bekerja,sampai Finn siap memegang perusahaan mereka.
“Ada apa ribut-ribut pagi begini, Finn?” tanyanya, menatap cucunya yang masih terengah.
Finn berdiri di hadapannya, berusaha menata napas. “Kek… rumah yang di blok C-7 itu, rumah yang kosong itu siapa yang mau menyewanya,kakek mau saja terutama mamanya Clara kalau bisa gratis saja untuk mereka berdua.”
Kakek Morgan memiringkan kepala sedikit. “Ngomong apa sih kamu,Clara mana mungkin mau sewa rumah kakek.Bukankah dia punya rumah keluarga sendiri,untuk apa dia pindah?.”
Finn menatapnya tak percaya. “Tapi barusan aku lihat ada orang datang sama agen properti. Mereka lihat rumah itu, dan katanya agen akan urus kontraknya hari ini.”
Kakek Morgan tampak terkejut. “Siapa?”
Finn terdiam sejenak sebelum menjawab pelan, “Clara, Kek. Teman sekolahku… dan ibunya. Mereka yang mau sewa rumah itu,kakek dan nenek yang mau dia menjadi cucu menantu kalian.”
Kakek Morgan menatap cucunya lama, lalu menghela napas pelan. “Clara, ya..,gadis cantik putri Lukman yang berani berdebat dengan mu. ”
“Iya kek”
“Baik-baik kakek akan kontrakan rumah itu dengan harga murah, jika benar itu Clara yang kamu maksud”
“Janji ya kek”ucapnya sambil tersenyum.
Finn pun merasa bahagia memiliki cara mendekati Clara, agar mau menjadi pacarnya.
penasaran bangetttttttt🤭